Laman

Selasa, 30 Desember 2014

*~~~ DARI MASJID KITA BANGKIT ~~~*

Masjid ialah potongan bumi yang paling mulia. Ia merupakan kesejukan mata bagi orang yang beriman. Betapa tidak kita pungkiri keagungannya? Sedang kita mengetahui bahwa masjid merupakan rumah Allah yang merupakan tempat terbaik di semesta. Tapi mengapa saat ini masjid masih kalah ramai dibanding bioskop, konser pertunjukkan, dan arena sepak bola? Ini musibah.. Sungguh musibah…
Tempat yang Paling Dicintai Allah
Masjid adalah sebaik-baik tempat di muka bumi. Ia merupakan pasar pahala yang bertabur begitu banyak keutamaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Tempat yang paling dicintai Allah ialah masjid, dan tempat yang paling dimurkai Allah ialah pasar.” (HR. Muslim)
Syaikh ‘Abdurrazaq bin ‘Abdil Muhsin Al ‘Abbad menjelaskan sebab dikatakannya masjid sebagai tempat yang paling dicintai Allah ialah karena di dalamnya banyak disebut nama Allah, ditegakkan shalat, dibacakan Al Qur’an, dan di dalamnya pula terdapat banyak majelis-majelis ilmu dan perkara-perkara lain yang dicintai oleh Allah. Berbeda dengan pasar yang di dalamnya banyak dijumpai transaksi-transaksi haram, perbuatan-perbuatan buruk, dan kemungkaran-kemungkaran lain yang terjadi di pasar. (lihat Ta’zhimus Shalah)
Syiar agama di masjid sebagai pembeda dengan negeri kafir.
Dahulu, sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berperang melawan orang-orang kafir, beliau memastikan terlebih dahulu apakah ada kumandang suara adzan dari negeri tersebut atau tidak? Hal ini menunjukkan syiar-syiar agama yang nampak dari masjid-masjid kaum muslimin merupakan pembeda manakah negeri orang-orang kafir atau kaum muslimin. (lihat ‘Imaratul Masajid karya ‘Abdul ‘Aziz ‘Abdullah Al Humaidi)
Memakmurkan Masjid
Adapun bentuk pemakmuran masjid dapat dilakukan dengan dua cara, yaknis secara lahir ataupun batin. Pemakmuran secara lahiriah ialah dengan menjaga fisik dan bangunan masjid. Sebagaimana diceritakan oleh ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan manusia untuk mendirikan bangunan masjid di suatu perkampungan, kemudian beliau memerintahkan agar masjid tersebut dibersihkan dan diberi wewangian. (Shohih Ibnu Hibban. Dinilai shahih oleh Al Albani).
Sedangkan memakmurkan secara batin maksudnya ialah memakmurkan masjid dengan mengisi kegiatan peribadahan di sana, semisal meramaikan majelis ilmu, shalat jama’ah, dan lain sebagainya. Rasulullah sangat menjunjung tinggi seluruh bentuk upaya pemakmuran masjid, tak terkecuali shalat jama’ah. Sampai-sampai beliau berangan membawa kayu bakar untuk membakar rumah orang-orang yang tidak menghadiri shalat jama’ah.
“Orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At Taubah : 18)
Keutamaan Memakmurkan Masjid
[1] Mendapatkan Naungan Allah
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan Allah, di hari tak ada lagi naungan selain naungan-Nya… (diantara yang rasul sebutkan)… Seorang yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid” (Muttafaqun ‘alaihi)
Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan makna hadits ini dengan mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa keterkaitan hati seorang dengan masjid disebabkan sangking cintanya diri orang tersebut dengan masjid.” (lihat Fathul Bari’ oleh Ibnu Hajar)
[2] Tiap langkahnya berbalas derajat dan terampunkan dosa
“Shalat di masjid dengan berjamaah itu dilebihkan 25 derajat dari shalat yang dikerjakan di rumah dan di pasar. Sesungguhnya jika salah seorang diantara kalian berwudhu kemudian menyempurnakan wudhunya lalu mendatangi masjid dan tak ada keinginan lain kecuali hendak shalat, maka tidaklah ia melangkah dengan satu langkah pun melainkan Allah mengangkatnya satu derajat dan terhapus darinya satu kesalahan” (HR. Muslim)
[3] Sakinah, Rahmat, dan disebut namanya didepan Malaikat
“Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, saling mempelajarinya diantara mereka, melainkan sakinah (ketenangan) diturunkan kepada mereka, rahamt Allah akan meliputi mereka, dan para malaikat akan senantiasa menaungi mereka. Pula, Allah akan menyebut nama mereka di hadapan malaikat yang berada di sisi-Nya” (HR.Muslim)
Teladan Generasi Terdahulu dalam Kejayaan Islam
Lembaran sejarah di masa silam, sudah pernah terhiasi dengan tinta kejayaan islam. Maka sudah sepatutnya kita mencontoh generasi terdahulu mengenai sikap mereka dalam memakmurkan masjid.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Allah kelak dalam keadaan muslim, maka hendaklah ia menjaga shalat lima waktu tatkala adzan telah diseru. Sesungguhnya Allah telah mensyariatkan sebuah sunnah yang agung dan shalat berjamaah adalah diantara sunnah tersebut. Seandainya kalian shalat di rumah-rumah kalian, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang belakangan maka sungguh kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Jika kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, maka sungguh kalian telah berada dalam kesesatan” (HR. Muslim)
Demikianlah sahabat nabi mewasiatkan pesan-pesan ketaatan. Begitulah pula, dengan generasi setelahnya. Ada banyak keteladanan yang bisa kita jadikan panutan. Belum sampaikah kepada kita kisah tentang Sa’id bin Musayyib, seorang ulama tabi’in yang mana ia tak pernah mendengar suara adzan melainkan ia sudah berada di dalam masjid terlebih dahulu? (lihat Tahdzibu At Tahdzib, dinukil dari Ma’alim Fii Thariiq Thalab Al Ilmi)
Al Qadhi Taqiyuddin Sulaiman berkata, “Aku sama sekali tidak pernah shalat wajib sendirian kecuali dua kali. Dan ketika aku shalat seorang diri, seolah-olah aku seperti tidak melaksanakan shalat” (lihat Dzail Thabaqat Al Hanabilah, dinukil dari Ma’alim Fii Thariiq Thalab Al Ilmi)
Pula, Asy Sya’bi yang berkata, “Tidaklah datang waktu shalat, melainkan saya rindu kepadanya. Sejak saya masuk Islam, tidaklah telah tiba waktu iqamah shalat dikumandangkan, melainkan ssaya telah dalam keadaan berwudhu.” (Siyar A’lam An Nubala, dinukil dari Ma’alim Fii Thariiq Thalab Al Ilmi)
Atau belum terdengarkah di telinga kita, kisah Ar-Rabi’ bin Khaytam yang lumpuh kakinya, akan tetapi ia masih bersegera pergi ke masjid dengan dibantu oleh dua orang laki-laki. Dikatakan kepadanya, “Hai Abu Yazid! Kamu memiliki udzur untuk mendirikan shalat di rumahmu. “Benar.” Ia lanjut menjawab, “Akan tetapi aku mendengar seruan hayya ‘alal falaah (Mari Kita Menuju Kemenangan). Dan aku kira, bagi sesiapa yang mendengar ajakan ini, seharusnya ia menjawab dan memenuhi panggilannya meskipun datang dalam keadaan merangkak” (lihat Hilyatul Auliya’, 2/113)
Masya Allah, kita belumlah lemah jasadnya dan tidaklah pula dalam keadaan lumpuh kakinya. Akan tetapi mengapa sampai detik ini kita masih enggan untuk mermakmurkan masjid yang merupakan potongan bumi Allah yang paling mulia? Megapa masih saja ada keraguan untuk mengisi shaf-shafnya? Masih saja malu untuk menjawab tiap seruan panggilan dan bersegera memenuhi masjid dalam ketaatan? Mengapa? Apa perlu kiranya Allah jadikan kita lemah dan lumpuh terlebih dahulu, barulah kita mau tergerak hatinya untuk bisa memakmurkan masjid? Hanya kepada Allah lah sebaik-baik tempat kita mengadu.
                                                 Dari Masjid Kita Bangkit…!!
Jangan coba kita ragukan bagaimana begitu antusiasnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memakmurkan masjid. Sungguh teramat banyak sabdanya yang memotivasi dan menjelaskan kepada kita mengenai keutamaannya. Kita juga banyak mendengar kisah generasi terdahulu yang begitu luar biasanya menjadikan masjid sebagai tempat terindah di dalam hatinya. Maka wajarlah Islam berjaya sedemikian luar biasanya
  Semoga bermamfaat...

~~~ IKHWAN SAMBUTLAH SERUAN ADZAN UNTUK SHALAT BERJAMA'AH ~~~

Nabi kita yg mulia pernah bertanya kepada para sahabatnya;
"Wahai para sahabatku..
Siapa diantara kalian yg berminat untuk pergi ke Buthan dan Aqiq (yaitu 2 pasar unta yg berada didekat kota madinah), utk mendapatkan 2 unta Qomawaini secara GRATIS dan HALAL tanpa dosa dan tdk memutuskan tali silaturahim?? Para sahabatpun sangat antusias..
Maka ketika para sahabat sangat antusias ingin pergi ke pasar tersebut, untuk mengambilnya..
---
( ketahuilah saudara2ku unta ini adalah jenis unta terbaik yg ada di muka bumi yg harganya lebih dari 500jt. Bahkan baru2 ini ada unta yg terjual 8 juta rial atau setara dgn Rp 25 milyar.
Dan diberikan 2 ekor perhari= 1 miliar/hari
Maka 1 bulan = 30 miliar )
Maka Nabi mencegah dan mengatakan kepada mereka :
"mengapa kalian tdk pergi kemasjid saja?? utk membaca dan mempelajari 2 ayat dari Alquran nulkarim..
Karena 2 ayat ini lebih mahal dan lebih berharga dari 2 unta Qomawaini, 3 ayatnya lebih berharga dari 3 unta, dan begitu seterusnya... (Riwayat Muslim)
Subhanallah...

Sabtu, 27 Desember 2014

*~~~ KONGLOMERAT MUSLIM YANG LUAR BIASA ~~~*

Petikan dari Facebook/Cukuplah Allah Bagiku
Jutawan Arab Saudi yang berjaya mengubah hidup beliau daripada seorang rakyat miskin hingga berjaya mengumpul kekayaan, Sulaiman Al-Rajhi, merupakan seorang dermawan yang terkenal di dunia.Beliau adalah pengasas Bank Al-Rajhi, bank Islam terbesar di dunia, dan salah satu daripada syarikat terbesar di Arab Saudi.
Sehingga 2011, kekayaan beliau telah dianggarkan oleh majalah Forbes, bernilai sebanyak AS$ 7.7 bilion sekali gus disenaraikan sebagai orang ke-120 yang terkaya di dunia.
Yayasan Saar milik beliau adalah sebuah organisasi amal yang terkenal di negara tersebut.
Keluarga Al-Rajhi dianggap sebagai salah satu daripada keluarga kaya yang BUKAN daripada keluarga diraja, dan mereka adalah antara dermawan terkemuka di dunia.
Walaupun Al-Rajhi adalah seorang jutawan, tetapi beliau memilih untuk menjadi ‘miskin’ sehinggakan beliau tidak mempunyai sebarang wang dan juga saham yang dimiliki beliau sebelum ini.
Keadaan tersebut terjadi apabila beliau memindahkan kesemua aset yang dimiliki kepada anak-anak beliau dan mendermakan aset-aset yang selebihnya.
Bagi menghargai jasa beliau terhadap dunia Islam, termasuk mengasaskan bank Islam terbesar dunia dan juga segala usaha yang dijalankan untuk membasmi kemiskinan, Al-Rajhi telah dipilih untuk menerima Anugerah Antarabangsa Raja Faisal atas jasa beliau kepada Islam.
Dalam satu wawancara yang dibuat oleh Muhammad Al-Harbi dari Al-Eqtisadiah Business Daily, Al-Rajhi menceritakan tentang bagaimana beliau mampu meyakinkan ketua-ketua bank di dunia, termasuk Bank of England, hampir 30 tahun lalu, bahawa bayaran ‘faedah’ adalah sesuatu yang haram bagi kedua-dua agama iaitu Islam dan Kristian, dan bank secara Islam adalah penyelesaian yang terbaik bagi menaikkan taraf ekonomi dunia.
Kisah Al-Rajhi berkisarkan tentang bagaimana seseorang itu meraih kekayaan dari bawah.
Beliau terpaksa melalui kesusahan ketika beliau kecil sebelum menjadi kaya, dan kemudiannya meninggalkan segala harta yang ada setelah mengecapi kejayaan.
Al-Rajhi masih lagi aktif dalam bekerja walaupun usia beliau telah mencecah lebih daripada 80 tahun.
Beliau memulakan tugas harian sejurus selepas solat Subuh dan terus bekerja hingga selepas solat Isyak.
Beliau kini sedang memberikan tumpuan terhadap Yayasan SAAR, dengan berulang-alik di negara-negara Arab bagi menguruskan segala hal-hal yang berkaitan dengan yayasan tersebut.
Beliau sering membawa diari kecil untuk mencatatkan aktiviti harian beliau dan sentiasa memastikan tidak akan terlepas dari satu aktiviti pun.
Al-Rajhi juga merupakan seorang yang amat berjaya dalam apa jua bidang yang beliau ceburi.
Selain daripada mengusahakan bank Islam terbesar dunia, beliau juga telah mengasaskan ladang binatang ternakan yang terbesar di Timur Tengah.
Daripada segi perladangan, beliau telah menjalankan banyak eksperimen ternakan secara organik di negara-negara Arab, termasuk perladangan udang Al-Laith. Beliau juga turut mengasaskan perniagaan hartanah dan juga beberapa lagi pelaburan.
Temubual:
Sheikh Suleiman, adakah anda kini telah menjadi miskin semula?
Ya. Kini apa yang saya miliki hanyalah pakaian-pakaian saya. Saya telah membahagikan harta saya kepada anak-anak dan juga mendermakan selebihnya untuk menjalankan projek-projek amal. Ini bukanlah sesuatu yang aneh bagi saya. Kedudukan kewangan saya kini telah menjadi kosong sebanyak dua kali dalam hidup saya. Jadi, saya amat faham akan keadaan ini. Namun, kini perasaan itu dipenuhi dengan kegembiraan dan juga ketenangan. Sememangnya saya yang memilih untuk menjadi miskin.
Mengapa berbuat begitu?
Segala kekayaan dimiliki oleh Allah s.w.t, kita hanyalah ditugaskan untuk menjaga kekayaan tersebut. Ada beberapa sebab mengapa saya memilih untuk memilih jalan ini. Antara sebab-sebab utamanya adalah saya perlu menjaga sahabat-sahabat Islam dan juga anak-anak saya. Ia adalah antara perkara yang paling penting dalam hidup. Saya juga tidak suka untuk membuang masa di mahkamah hanya kerana ada antara mereka yang tidak bersetuju dengan jumlah harta yang diwariskan kepada mereka. Terdapat banyak contoh di mana anak-anak mula berpecah hanya kerana harta yang kemudiannya menghancurkan syarikat. Negara ini telah banyak kehilangan syarikat-syarikat besar kerana perbalahan harta yang boleh diselesaikan jika kita mencari jalan penyelesaian yang lebih berkesan. Selain daripada itu, setiap umat Islam perlu bersedekah sebagai bekalan pahala di akhirat kelak, Jadi, saya lebih suka jika anak-anak saya mencari kekayaan sendiri daripada bergantung dengan saya.
Adakah Sheikh mempunyai banyak masa terluang setelah membahagikan kesemua harta?
Seperti yang telah saya maklumkan tadi, saya masih lagi bekerja keras untuk mendapatkan lebih derma. Saya telah bekerjasama dengan pelbagai agensi bagi menjayakan projek ini. Secara kebiasaanya, umat Islam sering membahagikan satu per tiga ataupun suku daripada kekayaan mereka untuk bersedekah yang hanya akan diberikan setelah mereka meninggal dunia. Namun, bagi saya, saya mahu mula bersedekah ketika saya masih hidup. Jadi, saya telah membawa anak-anak saya ke Mekah pada hujung bulan Ramadhan dan memberitahu mereka idea saya. Mereka bersetuju terhadap idea tersebut. Saya telah meminta bantuan daripada agensi-agensi yang berkaitan untuk membahagikan kesemua harta saya termasuk saham dan juga hartanah kepada anak-anak dan juga untuk didermakan. Kesemua anak-anak saya berpuas hati terhadap inisiatif saya dan mereka kini sedang menguruskan segala harta yang saya berikan kepada mereka.
Berapa banyak harta yang dibahagikan kepada anak-anak dan juga untuk didermakan?
Beliau tergelak tanpa memberi sebarang jawapan.
Apakah perasaan Sheikh terhadap kesemua projek yang sedang dijalankan?
Saya ingin menegaskan bahawa terdapat beberapa faktor yang saya ambil sebelum melakukan sebarang pelaburan. Eksperimen yang saya lakukan terhadap pertukaran wang adalah salah satu daripada sebab mengapa saya mengasaskan bank. Ketiadaan bank Islam juga menjadi antara sebab mengapa saya mula mengasaskan Bank Al-Rajhi, yang kini merupakan bank Islam terbesar di dunia. Saya mulakan eksperimen saya dengan membuka pejabat di Britain dimana kami mula memperkenalkan sistem perbankan Islam ke peringkat yang lebih besar. Eksperimen tersebut kemudiannya mula berkembang dan ia mula mendapat sokongan daripada ulama-ulama Saudi pada ketika itu. Saya masih ingat lagi bagaimana permohonan saya untuk mendapatkan lesen untuk membuka bank tidak diterima pada mulanya. Ini adalah kerana pihak British tidak memahami apa-apa pun tentang sistem perbankan Islam. Saya kemudiannya pergi ke London dan berjumpa dengan Pengurus Bank of England dan dua daripada pegawai kanan beliau. Saya memberitahu mereka bahawa penggunaan faedah adalah haram bagi Islam dan juga Kristian dan kebanyakan daripada mereka sanggup menyimpan wang mereka di dalam kotak di rumah daripada menyimpan di dalam bank. Saya cuba untuk meyakinkan mereka bahawa (jika mereka mula membuka bank Islam) ini mampu menaikkan taraf ekonomi dunia. Mereka akhirnya bersetuju untuk mula membuka bank-bank Islam. Saya kemudiannya mula mengembara ke serata dunia di bahagian Timur dan Barat, dan berjumpa dengan ketua-ketua bank negara di beberapa buah negara dan memberitahu mereka bagaimana ciri-ciri yang terdapat dalam dunia ekonomi Islam. Kami mula bekerja dan mencapai kejayaan di negara-negara Arab dan melaksanakan perbankan Islam di London, saya kemudiannya berjumpa dengan Mufti Besar Sheikh Abdul Aziz bin Baz dan Sheikh Abdullah bin Humaid, dan memberitahu mereka tentang rancangan saya bahawa : ‘Kita mampu, dengan izin Allah, memajukan perbankan Islam. Mereka memuji saya atas inisiatif yang saya jalankan. Dari situlah kami mula mengusahakan Bank Al-Rajhi seperti mana yang anda dapat lihat hari ini. Bagi projek Ladang Ternakan Al-Watania pula, saya mula mendapat inspirasi untuk menjalankan projek tersebut apabila melawat ladang ternakan di luar negara. Saya dapati bahawa cara mereka menyembelih adalah salah. Saya kemudiannya mengambil keputusan untuk melabur dalam bidang ternakan atas nama Islam dan negara. Saya tetap menjalankan projek tersebut walaupun membuat pelaburan dalam industri ternakan adalah sesuatu yang agak berisiko pada masa tersebut. Kini, Al-Watania telah menjadi salah satu daripada projek mega di Saudi. Syarikat tersebut mendapat 40 peratus daripada saham di negara-negara Arab, dan ayam-ayam Al-Watania diberikan makanan yang cukup dan disembelih dengan cara yang halal menurut undang-undang syariah.
Walaupun dengan semua kekayaan yang dimiliki, mengapa syeikh tidak mempunyai satu pun kapal terbang sendiri?
Saya ada banyak kapal terbang, tetapi kesemuanya dimiliki oleh syarikat-syarikat penerbangan tertentu. Saya memilikinya setiap kali saya membayar tiket penerbangan untuk ke satu-satu destinasi (gurauan). Saya sering terbang dengan kadar kelas ekonomi kerana Allah tidak memberikan kita harta untuk ditunjuk-tunjuk.
Bagaimana pula dengan hobi syeikh?
Saya tidak mempunyai sebarang hobi yang khusus. Bagaimanapun, saya suka mengembara di padang pasir. Saya tidak pernah mengambil pakej percutian di negara-negara lain selain dari Saudi.
Ketepatan masa Al-Rajhi
Wawancara ini telah menunjukkan bagaimana disiplin Al-Rajhi dalam menepati masa. “Pada awal karier saya dalam industri, saya mempunyai beberapa perjumpaan dengan beberapa syarikat besar di Eropah. Saya masih ingat lagi kisah dimana saya terlambat selama beberapa minit dalam satu perjumpaan dengan salah seorang pegawai besar sebuah syarikat. Walaupun hanya beberapa minit, beliau tidak mahu meneruskan perjumpaan tersebut. Selepas kejadian tersebut, setelah projek kami mula berkembang, pegawai yang sama pula lambat untuk berjumpa dengan saya, jadi, saya pula yang tidak mahu meneruskan perjumpaan tersebut. Saya sering membawa kertas untuk menulis segala perjumpaan dan urusan dan sentiasa memastikan agar saya sering menepati masa walau apa pun.”
Al-Rajhi berkata lagi: Saya amat menepati segala perkara yang diterapkan dalam Islam sepanjang hidup saya. Saya pernah mendapat undangan daripada kerajaan Arab untuk menghadiri satu persidangan yang berkaitan dengan pelaburan. Kemudiannya, dalam persidangan yang sama, saya dijemput untuk mengambil bahagian dalam majlis makan malam mereka, saya dapati bahawa antara aktiviti yang dijalankan ketika majlis tersebut adalah bertentangan dengan ajaran Islam. Saya kemudiannya keluar dari majlis makan malam tersebut. Kemudian, Abdul Aziz Al-Ghorair dari UAE turut serta bersama saya. Tidak lama selepas itu, menteri yang bertanggungjawab terhadap persidangan tersebut datang kepada kami dan kami mula menerangkan kepada beliau bahawa aktiviti yang dijalankan di majlis tersebut adalah bertentangan dengan budaya Islam. Beliau kemudiannya berkata bahawa aktiviti-aktiviti di majlis tersebut akan dibatalkan. Apabila mereka membatalkan aktiviti tersebut, kami kembali menyertai majlis tersebut.
Penyelesaian Masalah
Al-Rajhi berkata: Pada satu masa, salah satu daripada kilang yang diuruskan oleh anak saya habis dijilat api. Apabila dia datang untuk memaklumkan perkara tersebut kepada saya, saya memberitahu: Sebut Alhamdulillah. Saya meminta anak saya supaya tidak membuat sebarang laporan tentang kerugian yang dialami bagi meminta pampasan daripada pihak berkuasa. Sebaliknya, pampasan yang diberikan oleh Allah adalah lebih penting bagi kita. Assam Al-Hodaithy, Pengurus Kewangan bagi syarikat Ternakan Al-Watania berkata: “Apabila kilang tersebut terbakar, kami telah membuat keputusan untuk tidak menyakiti hati Al-Rajhi dengan memberitahu beliau tentang apa yang terjadi. Kami kemudiannya berjumpa dengan beliau keesokan harinya dan memberitahu akan perkara yang terjadi, beliau mengarahkan kami untuk berpindah ke tempat lain dan membersihkan segala kerosakan sehingga semuanya dibaiki.” Perkara yang sama terjadi di satu lagi projek Al-Watania di Mesir. Syarikat tersebut kerugian kira-kira SR10 juta Pound Mesir. Apabila pegawai projek tersebut menghubungi Al-Rajhi untuk memberitahu perkara tersebut, beliau terkejut apabila Al-Rajhi menjawab dengan menyebut: “Alhamdulillah.”

Jumat, 26 Desember 2014

~~~*** DO'A ZIARAH KUBUR ***~~~

Dari Sulaiman bin Buraidah dari ayahnya ia berkata : Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajar mereka jika pergi ke pekuburan untuk mengucapkan,
السلام عليكم أهل الديار من المؤمنين والمسلمين، وإنا إن شاء الله بكم لاحقون، نسأل الله لنا ولكم العافية
Assalâmu ‘alaikum ahla_ddiyâr mina_lmu’minîna wa_lmuslimîn, wa innâ in syâ-a_Llâhu bikum lâhiqun, nas-alu_Llâha lanâ wa lakumu_l’âfiyah.
Keselamatan atas kalian, penduduk negeri, dari orang-orang mukmin dan orang-orang muslim, dan sesungguhnya kami insyaallah akan menyusul kalian, kami memohon kepada Allah keafiatan untuk kami dan kalian. (HR. Muslim)
- Ibnu Abbas ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lewat di pemakaman kota Madinah, maka beliau menghadap kepada mereka dengan wajahnya dan berkata,
السلام عليكم يا أهل القبور، يغفر الله لنا ولكم، أنتم سلفنا ونحن بالأثر
Assalâmu ‘alaikum yâ ahla_lqubûr, yaghfiru_Llâhu lanâ wa lakum, antum salafunâ wa nahnu bi_l-atsar
Kselamatan atas kalian wahai penduduk kubur. Mudah-mudahan Allah mengampuni kami dan kalian. Kalian adalah pendahulu kami dan kami akan mengikuti kalian. (HR. At-Tirmidzi).
- Dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan,
السلام عليكم دار قومٍ مؤمنين، وإنا إن شاء الله بكم لاحقون
Assalâmu ‘alaikum dâra qaumin mu’minîn, wa innâ in syâ-a_Llâhu bikum lâhiqun.
Keselamatan atas kalian (penghuni) kampung orang-orang beriman, dan sesungguhnya kami insyaallah akan menyusul kalian. (HR. Muslim)

Kamis, 25 Desember 2014

~~~* KETIKA CINTA TERURAI MENJADI PERBUATAN *~~~

(Catatan Seorang Ikhwan)
Kulitnya hitam. Wajahnya jelek. Usianya tua.
Waktu pertama kali masuk ke rumah wanita itu, hampir saja ia percaya kalau ia berada di rumah hantu. Lelaki kaya dan tampan itu sejenak ragu kembali. Sanggupkah ia menjalani keputusannya? Tapi ia segera kembali pada tekadnya. Ia sudah memutuskan untuk menikahi dan mencintai perempuan itu. Apapun resikonya.
Suatu saat perempuan itu berkata padanya, "Ini emas-emasku yang sudah lama kutabung, pakailah ini untuk mencari wanita idamanmu, aku hanya membutuhkan status bahwa aku pernah menikah dan menjadi seorang istri." Tapi lelaki itu malah menjawab, "Aku sudah memutuskan untuk mencintaimu.
Aku takkan menikah lagi."
Semua orang terheran-heran. Keluarga itu tetap utuh sepanjang hidup mereka. Bahkan mereka dikaruniai anak-anak dengan kecantikan dan ketampanan yang luar biasa. Bertahun-tahun kemudian orang-orang menanyakan rahasia ini padanya. Lelaki itu menjawab enteng, "Aku memutuskan untuk mencintainya. Aku berusaha melakukan yang terbaik. Tapi perempuan itu melakukan semua kebaikan yang bisa ia lakukan untukku. Sampai aku bahkan tak pernah merasakan kulit hitam dan wajah jeleknya dalam kesadaranku. Yang kurasakan adalah kenyamanan jiwa yang melupakan aku pada fisik."
Begitulah cinta ketika ia terurai jadi perbuatan. Ukuran integritas cinta adalah ketika ia bersemi dalam hati... terkembang dalam kata... terurai dalam perbuatan...
Kalau hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya.
Kalau hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai dengan kepalsuan
dan tidak nyata...
Kalau cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon;
akarnya terhunjam dalam hati, batangnya tegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam perbuatan.
Persis seperti iman, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh perbuatan.
Semakin dalam kita merenungi makna cinta, semakin kita temukan fakta besar ini, bahwa cinta hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa
integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan.
Rahasia dari sebuah hubungan yang sukses bertahan dalam waktu lama adalah pembuktian cinta terus menerus. Yang dilakukan para pecinta sejati disini adalah memberi tanpa henti. Hubungan bertahan lama bukan karena perasaan cinta yang bersemi di dalam hati, tapi karena kebaikan tiada henti yang dilahirkan oleh perasaan cinta itu. Seperti lelaki itu, yang terus membahagiakan istrinya, begitu ia memutuskan untuk mencintainya. Dan istrinya, yang terus menerus melahirkan kebajikan dari cinta tanpa henti.
Subhanallah....

Jumat, 19 Desember 2014

*~~~ RENUNGKAN LAH ~~~*

Ketika kita lapar, tangan ibu yang menyuapi. Ketika kita haus, tangan ibu yang memberi minuman. Ketika kita menangis, tangan ibu yang mengusap air mata. Ketika kita gembira, tangan ibu yang menadah syukur, memeluk kita erat dengan deraian air mata bahagia.
Ketika kita mandi, tangan ibu yang meratakan air ke seluruh badan, membersihkan segala kotoran. Ketika kita dilanda masalah, tangan ibu yang membelai duka sambil berkata, "Sabar nak, sabar ya sayang."
NAMUN,
Ketika ibu sudah tua dan kelaparan, tiada tangan dari anak yang menyuapi. Dengan tangan yang gemetar, ibu menyuapkan sendiri makanan ke mulutnya dengan linangan air mata. Ketika ibu sakit, dimana tangan anak yang ibu harapkan dapat merawat ibu yang sedang sakit?
Ketika nyawa ibu terpisah dari jasad. Ketika jenazah ibu hendak dimandikan, dimana tangan anak yang ibu harapkan untuk menyirami jenazah ibu untuk terakhir kali.
Tangan ibu, tangan ajaib. Sentuhan ibu, sentuhan kasih. Dapat membawa ke Surga Firdaus

*** ~ SAKARATUL MAUT PALING BERKESAAN ~***

Ini adalah kisah sakaratul maut yang begitu
berkesan dari seorang pemuda yang begitu
berbakti pada orang tuanya. Yang begitu
mengagumkan kita, ketika ia ingin dipanggil oleh
bidadari surga menjelang kematiannya, ia pun
masih meminta izin pada ibunya. Bagaimana
baktinya yang luar biasa?
Sebuah kisah yang menggugah hati setiap insan
beriman, tentang balasan nan indah bagi
seorang anak yang berbakti kepada ibunya.
Membuat iri siapa pun yang mendengarnya.
Bergetar lah hati setiap orang beriman yang
menyaksikannya. Dalam salah satu khutbahnya,
Syaikh Muhammad Hassan menceritakan
tentang keajaiban yang dialami seorang pemuda
saat detik-detik sakaratul maut menjemputnya.
Tidak asing lagi bagi siapa pun yang
mengenalnya bahwa ia adalah potret pemuda
masa kini yang amat cinta dan berbakti kepada
ibundanya.
“Di antara keajaiban yang sampai kepadaku
pada Ramadhan kali ini adalah kisah tentang
seorang anak muda di antara anak-anak muda
kita. Sesosok pemuda yang sangat berbakti
kepada ibunya terbaring di atas kasur kematian
pada usia keemasannya, yang belum genap tiga
puluh tahun. Dalam kegentingan akhir hayatnya
itu, tatkala detik-detik sakaratul maut
menjemputnya, orang-orang yang ada di
sekelilingnya terheran-heran saat mendengar ia
mengucapkan kalimat-kalimat yang sangat
menakjubkan. Sungguh, sangat menakjubkan!
“Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus
izin dulu kepada ibuku.”
Masih saja pemuda tersebut mengulang-ulang
kalimat yang sama. Hingga membuat mereka
yang menyaksikan fenomena itu bergegas
memanggil ibunya, yang sedari awal menyendiri
dalam kamarnya, menangis, lantaran tak kuasa
melihat sang buah hati menghadapi sakaratul
maut. Tidak lain karena sang buah hati adalah
sosok suri tauladan yang amat berbakti kepada
ibunya. Mereka pun mengabarkan apa yang
sedang terjadi dengan anaknya.
“Lihat lah anakmu, ia terus-menerus
mengucapkan kalimat-kalimat yang aneh!!“
Mendengar hal itu, sontak sang ibu yang cemas
berlari menuju kamar anaknya. Didapatinya dahi
sang anak mulai mengeluarkan buliran-buliran
keringat bak mutiara. Dan ini adalah sebagian di
antara tanda-tanda husnul khotimah -semoga
Allah Ta’ala mewafatkan kita dalam keadaan
beriman-.
Ia dengarkan sendiri kalimat yang terus diulang-
ulang oleh buah hatinya.
“Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus
izin dulu kepada ibuku.”
Segera ia dekati buah hatinya. Dan Subhanallah,
ia segera bertanya kepada anak kesayangannya,
“Wahai fulan, ini aku, ibumu. Wahai fulan, aku
ibumu, Nak. Aku ibumu, anakku. Dengan siapa
kau bicara?”
Ketika ajal yang kian dekat, di saat waktu yang
demikian singkat itu, akhirnya sang pemuda
shalih ini menceritakan peristiwa paling berkesan
yang belum pernah ia rasakan sebelumnya
selama hidupnya. Ia pun menoleh kepada ibunya
seraya berkata,
“Wahai ibuku, seorang gadis sangat cantik jelita,
Ibu. Belum pernah aku melihat gadis secantik itu.
Ia datang kemari. Sungguh aku melihatnya persis
di hadapanku. Ia datang melamarku untuk
dirinya, Ibu. Aku bilang kepadanya, tidak. Aku
tidak bisa sampai aku minta izin dulu kepada
ibuku.”
Maka sang ibu pun langsung menimpali,
“Aku izinkan, anakku. Sungguh, dia adalah
hurriyatun (bidadari) dari surga untukmu. Aku
sudah izinkan, Nak.“
Sedemikian tinggi inikah derajatmu wahai
pemuda? Hingga istrimu (di surga) datang
kepadamu membawa kabar gembira, sementara
dirimu masih ada di dunia? Jangan lah kalian
kaget. Tidak perlu kalian semua heran, karena
dalam kondisi seperti ini, seorang mukmin akan
diperlihatkan tempat tinggalnya di surga dan di
neraka. Ia akan melihat tempatnya di sisi Allah
‘Azza wa Jalla. Bahkan ia akan melihat para
malaikat-Nya. Ia benar-benar melihat malaikat
dengan mata kepalanya. Ia pun akan mendengar
sebuah bisyarah (kabar gembira).
“Allah akan meneguhkan orang-orang beriman
dengan kalimat tsabit (La ilaha Illa Allah) dalam
kehidupan dunia dan akhirat. Dan Allah akan
menyesatkan orang-orang yang dzalim. Allah
melakukan apa saja yang Ia
kehendaki .”[Ibrahim: 27]
Dan Maha Benar Allah Ta’ala yang berfirman
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata Rabb
kami adalah Allah, kemudian mereka
beristiqomah dengannya, maka para malaikat
akan turun kepadanya seraya berkata,
“Janganlah kalian takut.”
Di mana kejadian itu? Di atas kasur ketika
mereka akan meninggal, menurut salah satu
pendapat. Atau tatkala mereka keluar dari alam
kubur, sebagaimana pendapat yang lain dari para
ulama tafsir. “ Jangan lah kalian takut, dan
jangan pula bersedih. Berbahagia lah kalian
dengan surga yang telah dijanjikan untuk
kalian.”[Fushilat: 30]

~~~ BEGINILAH SEHARUSNYA ~~~

Amirul Mu'minin Umar radhiallahu anhu berkata:
اجتنبوا أعداء الله في أعيادهم
"Jauhilah musuh-musuh Allah pada hari-hari besar mereka"
(Lihat: Sunan Al Kubro: 1/297 dan Kanz Ummaal: 1/405 no.1732)
Syaikh Ali Mahfudz Al Azhary mengatakan:
Diantara musibah yang menimpa kaum muslimin baik kalangan awam maupun orang-orang khusus adalah ikut sertanya kaum muslimin pada perayaan hari-hari besar mereka (ahli kitab) baik yahudi maupun nasrani, serta menganggap perayaan hari besar mereka adalah sesuatu yang baik. Padahal Rasulullah shallahu alaihi wasallam sangat membenci terjadinya sinkronisasi antara kaum muslimin dengan ahli kitab dari segala sisi. Sampai-sampai orang yahudi berkata: Sesungguhnya Muhammad tidak meninggalkan suatu dari urusan kami melainkan dia menyelisihi kami dalam urusan itu.
Bandingkan sikap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan realita yang terjadi pada manusia hari ini, dimana mereka turut serta dalam perayaan dan kebiasaan ahli kitab. Engkau dapati pada hari-hari besar tersebut kaum muslimin meninggalkan pekerjaan mereka dipabrik-dipabrik atau meninggalkan perdagangannya serta (meliburkan) aktivitas menuntut ilmu. Mereka menjadikan hari-hari itu sebagai hari untuk rehat dan bergembira. Mereka memanjakkan keluarga, memakai baju baru, menghiasi telur untuk anak-anak sebagaimana yang dilakukan oleh ahli kitab dari kalangan yahudi dan nashrani. Hal ini dan yang semisalnya merupakan bukti kebenaran sabda Rasulullah shallahu alaihi wasallam dalam hadits shohih;
"Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Hingga apabila mereka masuk kedalam lubang dhab, kalian juga akan mengikutinya. Kami berkata: Ya Rasullah, Apakah mereka orang-orang yahudi dan nasrani, Rasul bersabda, "siapa lagi kalau bukan mereka..? (HR. Bukhori dari Abi said Al Khudry radhiallahu anhu).
Oleh karenanya, bagi siapa saja yang menginginkan keselamatan terhadap agama dan kehormatannya, maka hendaklah dia tetap berada dirumahnya dan melarang anak-anak serta keluarganya atau siapa saja yang berada dibawah tanggungannya untuk keluar pada hari itu. Juga mencegah mereka agar tidak ikut serta dengan orang-orang Yahudi dan Nashrani pada kegiatan mereka serta kegiatan orang-orang fasiq ditempat-tempat mereka"
(Dikutip secara ringkas dari : Al Ibdaa' fi madhaaril ibtidaa' halaman 274-276)
                                 (~~ Oleh Ustadz Aan Chandra Thalib~~)

*~~ TAQWA YANG MEMBUAT KITA BERBEDA ~~*

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu(QS Al-Hujuroot : 13).
Dahulu di Khurasan hiduplah seorang alim yang berasal dari kalangan mawaali (budak yang dimerdekakan). Suatu hari hujan lebat mengguyur seantero kota, murid-murid yang ikut bersama sang alim tadi berebutan untuk memayunginya. Di tengah jalan mereka bertemu seorang asyraf (keturunan nabi) dalam keadaan mabuk keras. Saking mabuknya orang ini sering jatuh dan hampir tidak bisa berjalan, bajunya berlumuran becek.
Melihat orang-orang mengerumuni sang alim maka dengan angkuhnya sang Asyraf berkata:
Wahai budak..!! Mengapa orang-orang berkumpul disekelilingmu serta mengagungkanmu sementara tak seorangpun peduli terhadapku.? padahal aku seorang Asyraf..!
Sang Alim menjawab: " Itu karena aku mengikuti cara hidup kakekmu (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam) sementara engkau mengikuti cara hidup kakekku (orang majusi).
Syaikh Hamid memberi komentar: "Begitulah... orang dimuliakan kerena ketakwaannya bukan karena nasabnya. Allah menjadikan kita berbeda suku untuk saling kenal mengenal, bukan untuk saling berbangga. Tidak ada perbedaan antara orang arab dan orang ajam kecuali dengan taqwa.
Bila menjadi keturunan seorang nabi mendatangkan manfaat tanpa amal sholeh, maka Kan'an yang merupakan putra nabi Nuh akan diselamatkan karena nasabnya. Namun kenyataannya tidak.
Ingatlah.. Apabila sangkakala ditiup terputuslah nasab diantara kalian. Allah berfirman:
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ
"Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab (hubungan) di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya." (QS.23:101)
Cukuplah Allah telah menjadikan islam sebagai tali persaudaraan diantara kita. Tidak ada yang bisa memutuskan tali persaudaraan itu. Adapun ikatan nasab akan putus. Contohnya, "Bila seorang anak murtad, maka terputuslah nasab antara dia dan ayahnya, begitu juga sebaliknya.
Umar pernah mengatakan:
إنا قوم أعزنا الله بالإسلام ، فلن نبتغي العزة بغيره
Sesungguhnya kami adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam. Karena itu kami tidak akan mencari kemuliaan selain dengan Islam.”
(Faidah dari Majelis Sama' Siroh Ibnu Hisyam bersama Syaikh Hamid Akram Al Bukhory)
Catatan:
Ibnu Syihab mengatakan, "Suatu ketika Umar bin Khattab pergi mengunjungi Syam. Di antara kami ada Ubaidillah bin Jarrah. Mereka melewati sungai yang dangkal, sementara Umar menunggangi Onta. Menghadapi keadaan itu, Umar segera turun dan melepaskan sepatunya lalu mengalungkan kedua sepatunya tadi diatas bahunya, kemudian ia mengambil kendali ontanya dan dipegangnya sambil menyebrangi sungai. Lalu Abu Ubaidah bertanya keheranan: “Wahai Amirul Mukminin, mengapa anda berbuat seperti itu? Melepaskan sepatu dan meletakkannya di atas bahumu, mengambil kendali onta serta memeganinya sambil menyeberangi sungai? Sungguh akan membahagiakan diriku kalau penduduk negeri memuliakanmu!”
Lalu Umar menjawab: “Awwih... Seandainya yang berkata itu bukan dirimu wahai Abu Ubaidah, niscaya aku akan menjadikanmu pelajaran atas ummat Muhammad.
Ketahuilah, dahulu kita adalah kaum yang paling hina, lalu Allah memuliakan kita dengan agama Islam. Karena itu jika kita mencari kemuliaan dengan selain Islam, maka Allah akan menghinakan kita.”
(Diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Al Mustadrak)
Untukmu yang selalu berbangga dengan nasab, sejenak renungkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berikut ini:
وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
"Barang siapa yang amalannya lambat maka nasabnya tidak akan bisa mempercepatnya" (HR Muslim)
Imam Nawawi menjelaskan:
"Makna hadits ini adalah barang siapa yang amalnya kurang maka nasabnya tidak akan membuatnya sampai pada kedudukan yang setara dengan orang-orang yang beramal, Maka sudah sepatutnya dia tidak bersandar kepada kemuliaan nasab dan keutamaan leluhurnya kemudian lalai dalam beramal" (Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim)
Ibnu Rojab Al-Hanbali mengatakan: "Karena Allah memberi ganjaran/balasan berdasarkan amalan dan bukan atas dasar nasab sebagaimana firman Allah:
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ
"Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab (hubungan) di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya." (QS.23:101)

**~~~ MELIHAT KE BAWAH ~~~**

Sahabat.. Sering terbersit di benak kita sebuah tanya. Mengapa setiap kali melihat orang yang diberi kelebihan oleh Allah dari sisi materi dada kita menjadi sesak, jiwa kita lelah, ada hasrat untuk memiliki apa yang mereka miliki. Tak jarang hasrat itu membuat nikmat yang ada dalam genggaman seolah tak ada artinya..?
Jawabannya, karena kita lalai dalam mengamalkan wasiat Rasulullah shallahu alaihi wasallam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan At Tirmidzi dari Sahabat Abu Hurairah –radhiallahu anhu-, Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:
انْظُرُوا إلى مَنْ هو أسْفَلَ مِنْكُم، ولا تَنْظُروا إلى مَنْ هو فَوْقَكُم، فهو أجْدَرُ أنْ لا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ الله عليكم
“Lihatlah kepada orang yang dibawah kalian dan jangan melihat orang yang lebih di atas kalian. Yang demikian itu (melihat ke bawah) akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kalian.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian melihat orang yang diberi kelebihan dalam hal harta atau rupa/fisik, maka hendaklah ia melihat orang yang lebih dibawah dari dirinya.”
Kedua hadits di atas mengandung pelajaran penting untuk setiap muslim, agar mereka selalu melihat ke bawah dalam perkara dunia. Karena melihat keatas hanya akan membuat diri berkeluh kesah, dada menjadi sesak, pikiran menjadi kalut, hati menjadi lelah memikirkan dunia yang seolah berpihak pada orang lain. Dan pada akhirnya diri inipun lalai mensyukuri karunia Allah yang ada.
Namun bila kita melihat kebawah, kita akan tau bahwa ada orang lain yang hidupnya jauh lebih sulit dari kita, sehingga hati terpanggil untuk mensyukuri berbagai karunia itu.
Dalam uraiannya terhadap hadits diatas, Imam Al Mubarakfury –rahimahullah- menjelaskan:" Apabila seseorang memandang pada orang yang diberi kelebihan dari sisi materi, maka dia akan menganggap remeh nikmat yg ada pada dirinya. Dan hal itu akan menjadi penyebab kemurkaan Tuhannya. Namun bila ia melihat ke bawah, dia akan bersyukur, bersikap tawadhu, dan memuji Rabb-nya atas segala limpahan karunia-Nya" (Tuhfatul Ahwadzi 7:182)
Ada satu ungkapan menarik dari seorang salaf, Aun Ibnu Abdillah Ibnu Utbah –rahimahullah-. Beliau mengatakan, "Aku banyak bergaul dengan orang-orang kaya, maka aku tidak mendapati orang yang paling banyak obsesinya melebihi diriku. Aku selalu melihat tunggangan mereka jauh lebih baik dari tungganganku, pakaian mereka jauh yang lebih baik dari pakaianku. Namun setelah mendengar hadits ini aku memilih bergaul dengan orang-orang faqir. Maka akupun merasakan ketenangan dan rehat karena letih mengejar obsesi".
Sahabat… Sudah selayaknya bagi seorang mukmin untuk tidak menolehkan pandangannya kepada ahli dunia, karena hal itu hanya akan menumbuhkan kekaguman yang selalu berakhir dengan jiwa yang lelah..
Allah azza wa jalla berfirman:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Artinya:
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. 20:131)
Berhentilah menatap dan mengharap kemegahan dunia yang ada pada orang lain, syukuri apa yang ada. Agar kita menjadi hamba yang qanaah. Ingat! Ini bukan soal banyak atau sedikit, tapi murni soal keberkahan.
Itu dalam perkara dunia, adapun dalam perkara agama/akhirat yang berlaku adalah sebaliknya. Seorang muslim diperintahkan untuk selalu melihat ke atas, kepada orang yang lebih baik darinya dalam dalam hal ketaqwaan, amal sholeh dan ketaatan lainnya. Agar semangatnya terpacu untuk terus mempersembahkan amal terbaik disisa waktu yang ada.
                                       {--Oleh Ustadz :Aan Chandra Thalib--}

***~ BAPAK DAN ANAK YANG KAYA { HATI } ~***

Umar bin Abdul 'Aziz rahimahullah menangis,
tatkala melihat anaknya pada hari raya memakai pakaian yang usang.
Anaknya tersebut berkata,
"Apakah yang membuatmu menangis ya amirul mukminin?"
Umar menjawab,
"Putraku, aku takut hatimu bersedih pada hari raya ini.
Engkau melihat anak-anak yang lain memakai baju yang bagus,
tapi kamu memakai baju seperti ini."
Anaknya kemudian berkata,
"Ya Amirul Mukminin, yang patut bersedih adalah
orang yang tidak memperoleh ridha Allaah
atau dia durhaka kepada bapak dan ibunya.
Dan aku berharap Allaah meridhaiku dengan ridhamu."
Lalu Umar menangis, memeluk dan mencium
kening anak kecil kesayangannya itu, seraya mendoakannya
dengan keberkahan dan kebaikan.
Maka dia termasuk orang yang kaya (hati) setelah bapaknya.
Semoga Allaah ta'ala menganugerahkan anak yang salih dan salihah kepada kita semua.
Allahumma Aamiin.,

Sabtu, 13 Desember 2014

~*** R E N U N G A N ***~

Sepenggal kisah dari Al-Azhar Cairo.Mesir
Seorang Syekh yang alim lagi berjalan-jalan santai bersamasalah seorang di antara murid-muridnya di sebuah taman.
Di tengah-tengah asyik berjalan sambil bercerita, keduanya
melihat sepasang sepatu yang sudah usang lagi lusuh. Mereka berdua yakin kalau itu adalah sepatu milik pekerja kebun yang
bertugas di sana, yang sebentar lagi akan segera menyelesaikan pekerjaannya.
Sang murid melihat kepada syekhnya sambil berujar:
“Bagaimana kalau kita candai tukang kebun ini dengan menyembunyikan sepatunya, kemudian kita bersembunyi dibelakang pohon-pohon? Nanti ketika dia datang untuk memakai sepatunya kembali, ia akan kehilangannya. Kita lihat bagaimana dia kaget dan cemas!”
Syekh yang alim dan bijak itu menjawab:
“Ananda, tidak pantas kita menghibur diri dengan mengorbankan orang miskin. Kamu kan seorang yang kaya, dan kamu bisa saja menambah kebahagiaan untuk dirinya. Sekarang kamu coba memasukkan beberapa lembar uang kertas ke dalam sepatunya, kemudian kamu saksikan bagaimana respon dari tukang kebun miskin itu”.
Sang murid sangat takjub dengan usulan gurunya. Dia
langsung saja berjalan dan memasukkan beberapa lembar uang ke dalam sepatu tukang kebun itu. Setelah itu ia bersembunyi di balik semak-semak bersama gurunya sambil mengintip apa yang akan terjadi dengan tukang kebun.
Tidak beberapa lama datanglah pekerja miskin itu sambilmengibas-ngibaskan kotoran dari pakaiannya. Dia menuju tempat sepatunya ia tinggalkan sebelum bekerja.Ketika ia mulai memasukkan kakinya ke dalam sepatu, ia menjadi terperanjat, karena ada sesuatu di dalamnya.
Saat ia keluarkan ternyata…….uang.
Dia memeriksa sepatu yang satunya lagi, ternyata juga berisi uang.
Dia memandangi uang itu berulang-ulang, seolah-olah ia tidakpercaya dengan penglihatannya.
Setelah ia memutar pandangannya ke segala penjuru ia tidakmelihat seorangpun.
Selanjutnya ia memasukkan uang itu ke dalam sakunya, lalu ia berlutut sambil melihat ke langit dan menangis. Dia berteriak dengan suara tinggi, seolah-olah ia bicara kepada Allah ar rozzaq :
“Aku bersyukur kepada-Mu wahai Robbku. Wahai Yang MahaTahu bahwa istriku lagi sakit dan anak-anakku lagi kelaparan. Mereka belum mendapatkan makanan hari ini. Engkau telah menyelamatkanku, anak-anak dan istriku dari celaka”.
Dia terus menangis dalam waktu cukup lama sambil memandangi langit sebagai ungkapan rasa syukurnya atas karunia dariAllah Yang Maha Pemurah.
Sang murid sangat terharu dengan pemandangan yang ia lihat di balik persembunyiannya. Air matanya meleleh tanpa dapat ia bendung.
Ketika itu Syekh yang bijak tersebut memasukkan pelajaran kepada muridnya : “Bukankah sekarang kamu merasakan kebahagiaan yang lebihdari pada kamu melakukan usulan pertama dengan menyembunyikan sepatu tukang kebun miskin itu?”
Sang murid menjawab:
“Aku sudah mendapatkan pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku. Sekarang aku baru paham makna kalimat yang dulu belum aku pahami sepanjang hidupku:
“Ketika kamu memberi kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak dari pada kamu mengambil”.
Sang guru melanjutkan pelajarannya.
Dan sekarang ketahuilah bahwa pemberian itu bermacam-macam :
Memaafkan kesalahan orang di saat mampu melakukan balas dendam adalah suatu pemberian.
Mendo’akan temanmu di belakangnya (tanpa sepengetahuannya) itu adalah suatu pemberian.
Berusaha berbaik sangka dan menghilangkan prasangka buruk darinya juga suatu pemberian.
Menahan diri dari membicarakan aib saudaramu dibelakangnya adalah pemberian lagi.
Ini semua adalah pemberian, supaya kesempatan memberi tidak dimonopoli oleh orang-orang kaya saja.
Jadikanlah semua ini pelajaran, wahai.. Sahabat...
Semoga bermanfa’at...

Sabtu, 06 Desember 2014

* { --UJIAN YANG TERBERAT ITU -----} *

Kita tidak pernah merasakan ujian seberat Imam Ahmad yang disiksa agar mengakui ideology bathil bahwa Al-Qur’an adalah makhluk.
Kita tidak pernah merasakan tajamnya tebasan pedang di leher kita, sebagaimana yang dirasakan Sa’id bin Jubair demi mempertahankan prinsip agamanya.
Kita pun tak bisa membayangkan perihnya tubuh Bilal bin Rabah yang disiksa di tengah gurun, hanya agar dirinya keluar dari ajaran nabi kita, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Saya hanya ingin menasehati diri saya terlebih dahulu, kemudian untuk kita semua, bahwa boleh jadi ujian terberat yang akan kita rasakan jauh lebih ringan dari yang pernah dirasakan umat pendahulu kita.

Karena, boleh jadi ujian terberat itu bukanlah siksaan fisik.
Namun, ujian itu akan muncul dari orang-orang yang kita cintai.
Dari orang-orang yang selama ini mendukung kita dalam kebaikan.
Dari orang-orang yang selama ini berdiskusi dengan kita membahas perkara agama.
Dari orang-orang yang selama ini bersama kita hadir mendengarkan kajian-kajian …

Mungkin kita tidak merasa bahwa itu adalah ujian yang berat ketika kita menggugurkan prinsip yang selama ini kita genggam erat. Na’am, kita tak merasakannya sebagai ujian karena kita telah terbawa arus yang mereka bawa menuju kelalaian yang tidak kita sadari.
Dulu kita sama-sama mengatakan peliharalah jenggot, tetapi kini kita katakan, “Selamat, Kau telah diterima di perusahan X”, tanpa ada rasa perih di hati melihat jenggot yang telah terpotong.
Dulu kita sama-sama memotong celana-celana kita yang menjulur di bawah mata kaki, tetapi kini kita katakan, “Selamat Kau naik jabatan dengan gaji sekian puluh juta. Traktir makan-makan dong”, tanpa ada rasa marah di hati melihat celana telah terjulur di bawah mati kaki kembali.
Dulu kita sama-sama bersuara lantang, “Hapuskan gambar dan foto makhluk bernyawa!”, tetapi kini kita katakan, “Selamat kau telah meraih gelar sarjana, mari kita foto-foto untuk mengenang wisuda ini.”
Dimana rasa kecemburuan beragama yang dulu kita rasakan bersama?

Itulah ujian yang berat.
Sangat berat…

Bagaimana tidak kita rasakan berat, di saat orang-orang yang kita cintai justru semakin menjauh menuju peremehan sunnah?
Bagaimana tidak kita rasakan berat, di saat orang-orang di sekitar kita bahu-membahu mendorong kita untuk belomba mencari harta dunia yang kotor ini?
Bagaimana tidak kita rasakan berat, di saat kita merasa kembali asing, bersendirian melangkah dalam jalan yang kita anggap sebagai prinsip?
Namun …
Di saat semua manusia mulai menjauh dari jalan ini, memang tetap harus ada orang yang bisa berpikir jernih.
Mohonlah pertolongan kepada Allah. Luruskan Niat.
Dan… istiqomahlah!
Meski kau bersendirian …

{~~~ PANJANGKANLAH JENGGOTMU ~~~}

Dari hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Selisihilah orang-orang musyrik, potonglah kumis (hingga habis) dan sempurnakan jenggot (biarkan tumbuh lebat,-peny)” Shahih Al-Bukhari, kitab Al-Libas (5892, 5893), Shahih Musim, kitab Ath-Thaharah (259).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot memanjang, selisihilah orang-orang Majusi” Shahih Muslim, kitab Ath-Thaharah (260)

Imam An-Nasai di dalam sunannya mengeluarkan hadits dengan sanad yang shahih dari Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang tidak pernah mengambil dari kumisnya (memotongnya), maka dia bukan termasuk dari golongan kami” Sunan At-Turmudzi, kitab Al-Adab (2761), Sunan An-Nasai, kitab Ath-Thaharah

Al-Allamah besar dan Al-Hafizh terkenal, Abu Muhammad bin Hazm berkata, “Para ulama telah besepakat bahwa memotong kumis dan membiarkan jenggot tumbuh adalah fardlu (wajib)”

Bahwa memelihara, memperbanyak dan membiarkan jenggot memanjang adalah fardhu, tidak boleh ditinggalkan sebab Rasulullah memerintahkan demikian sementara perintahnya mengandung makna wajib sebagaimana firman Allah Ta’ala:

Artinya: “Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah” [Al-Hasyr : 7]

Ikhwan Fillah,Masihkah Engkau Enggan Untuk Memanjangkan jenggot ?? :)