Laman

Selasa, 26 Juni 2012

BELAJAR DENGAN HATI''KETIKA HATI SEDANG GALAU


                                  بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
ASSALAMAU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH
Sepotong hati memang acap kali terbolak-balikan, seperti me-ji-ku-hi-bi-ni-u dalam pancaran pelangi. Susah, senang, bahagia, sedih, kasih, sayang, cemburu, cinta dan yang saat ini populer adalah GALAU.
Galau, sebuah kata sifat yang banyak menghiasi tampilan status jejaring sosial, desiran kata, dan tentunya sering menyelimuti atmosfir suasana hati seseorang. Bukan hanya dirasakan oleh para ABG saja, orang yang sudah lanjut pun ikut merasakannya. Rasanya asam, kecut manis pahit berbaur jadi satu.
Galau, sebuah suasana hati yang meresahkan, membuat sang hati tak tenang dan tak jarang sangat berpengaruh pada perilaku seseorang. Yang biasa riang jadi garang, yang biasanya semangat jadi terasa penat, yang biasanya aktif jadi pasif, yang biasanya suka jadi duka, yang biasanya gembira jadi bencana, yang biasanya syukur jadi kufur, yang biasanya cinta jadi menderita…
Ah… galau. Ada apa denganmu? Saat ku butuhkan bara api semangat, malah kau padamkan dengan mengajak hatiku pada suasanamu… Bilakah kau tahu, seandainya aku tanpa dirimu…
Bagaimanapun, seorang manusia dewasa. Manusia yang semakin spesifik akan setiap permohonan dalam untaian doanya, bukan hanya memandang hanya apa yang diinginkan hatinya, kadang juga berfikir apakah itu semua pantas untuk ia sandang, apakah pantas untuk ia dapatkan, dan apakah benar – benar sejatinya pantas untuk dirinya. Manusia dewasa yang telah diberikan kemampuan untuk mengelola suasana hatinya, mengendalikan sebuah warna yang akan menyinari warna hatinya. Apakah hanya akan berlama – lama untuk mempertahankan warna hijau? Mempercepat datangnya warna merah? Menghilangkan warna kuning? Atau konsisten untuk seberkas warna merah jambu? Ataukah putih? Ya, seseorang yang dewasa dialah sang ahli dalam memanage hati. Menjadikan proporsinya pas untuk dikonsumsi oleh suasana ruhiyahnya, bahkan untuk kondisi fisiknya.
Ketika problematika datang bertubi – tubi, kesedihan menghampiri, gelisah yang menggelayuti, iri melihat sana – sini.  Bilakah galau melanda, menyusup perlahan ataupun dengan cepatnya membalikkan hati yang tenang, menjadikannya resah gelisah dan tak tahu harus bagaimana lagi. Terdapatlah 8 penawar yang insya Allah akan membalikkan hati kita menjadi hati yang bersuasana ideal, tenteram dan nyaman
1. Dzikrullah (mengingat kepada Allah)
“(Yaitu) orang – orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
2. Membaca Al-Qur’an
Sebuah kapal selam akan tetap bertahan di dalam air dengan tanpa masalah sedikit pun, walau di permukaan bumi terjadi berbagai guncangan keadaan dia tetap bertahan, berjalan dengan pasti tak ada pengaruh bisikan sana – sini, yang ada dia hanya bersikukuh untuk meneruskan perjalanannya sembari menikmati indahnya aneka makhluk di dasar laut.
Rasakanlah tenteramnya saat membaca ayat suci yang memang original buatan Yang Maha Pemilik Hati, sekalipun kita tak mengerti terjemahan dalam bahasa Indonesianya, tapi adalah perasaan yang berbeda dibandingkan dengan membaca buku – buku biasa, terlebih jika kita telah mengetahui arti dari ayat – ayat yang telah kita baca, subhanallah. Ya, karena Al – Qur’an memang istimewa.
3. Menjauhi maksiat
Bagaimana caranya hati kita menjadi tenteram, sementara hati kecil kita terus menolak akan kebenaran palsu (maksiat) yang kita lakukan? Segera tinggalkan, seburuk – buruknya hati pasti akan merasa tak nyaman jika kita melakukan kesalahan. Karena, sejatinya fitrah hati adalah suci. Dan ini tentang bagaimana orang yang diamanahi hati untuk tetap menjaga kesuciannya. Apakah akan tetap terjaga dalam kesuciannya, ataukah merelakannya untuk ditutupi oleh kebenaran palsu dan keindahan yang semu.
4. Menjauhi ketergantungan pada makhluk
Apa yang membuatmu ragu untuk melakukannya dengan tegaknya pijakanmu sendiri? Kita sama, kita bisa. Coba dulu deh & rasakan sensasinya. Optimis.
5. Perbanyak ibadah
Sibukkan diri dengan ibadah, karena segala sesuatu yang kita lakukan, memang surga adalah obsesinya. Bagaimana caranya untuk meraih surga?
6. Yakin dengan pertolongan Allah.
Bukankah Allah itu dekat? Allah akan sesuai prasangka hambaNya.
7. Memperhatikan bukti kekuasaan Allah
Lihat sekeliling kita, betapa mentari dengan cerahnya menyambut kita, betapa malam yang selalu setia menina bobo kan kita dalam ketenangannya. Lihatlah betapa ilmu terbentang luas, dan apakan sedikit pun telah kita genggam dengan penguasaan? Rasakan setiap apa kita hirup, sebuah proses yang terus berulang tanpa ada keluh kesah karena segalanya telah berjalan pada koridor kebenaran yang tepat
8. Bersyukur
Dan Allah akan memberi balasan dan menambah nikmat-Nya kepada orang-orang yang bersyukur. Qur’an: Surat Ali Imran: 144.
Coba membiasakan diri mencatat, setiap hari, semua hal baik yang terjadi pada kita hari itu. (Keep a gratitude journal). Sudahkah kita mensyukuri apa yang kita dapatkan? Apa yang kita rasakan? Apa yang kita peroleh? Sudahkah?
Wallahua’lam…

Minggu, 24 Juni 2012

~~~SURAT SEORANG SAHABAT~~~

 Bismillaahirrohmaanirrohiim…
Sahabat fillah, percayalah…
Kebahagiaan seorang sahabat sejati bukan terletak pada ucapan terima kasih kita. Bukan juga terletak pada hadiah yang kita berikan padanya.
Kebahagiaan seorang sahabat sejati terletak pada keberhasilan kita dalam mencapai potensi terbaik!
Karena kita selalu memperhatikan dengan sungguh-sungguh atas pesan-pesan yang ia sampaikan. Dan menyikapinya dengan benar dalam setiap langkah hidup kita.
Sahabat terbaik adalah yang datang dengan nasihat-nasihat kehidupan yang dengannya engkau mengerti arti hidup dan kehidupan ini.
Ia tak mengharapkan sesuatu darimu selain engkau menjadi orang yang baik dan mampu memberi kebaikan kepada orang lain.
Ia hanya ingin melihat senyum dari wajahmu saat engkau menghadap Rabbmu…
Ia tak ingin ada kegelisahan dan kesedihan karena dunia tersirat di wajahmu.
Tapi, ia mengharapkan kesedihan dan kegelisahanmu dikarenakan ketakutanmu kepada ALLAH!
Sahabatmu bukanlah orang yang takut jika engkau terasing pada kehidupan dunia.
Namun, ia hanya takut, jika pada hari kebangkitan nanti, engkau termasuk orang-orang yang terusir dari rahmatNya!
Ia tak takut jika harus berpisah denganmu pada kehidupan dunia.
Namun, yang ia takutkan adalah ketika ia harus dipisahkan denganmu pada kehidupan setelah kehidupan yang fana ini… yaitu kehidupan akhirat, tanpa bias menolongmu sedikit pun.
Karena ia pun tak tahu dimana akhir dari perjalanan hidupnya, apakah di surga yang diliputi dengan segala kesenangan? Ataukah di neraka yang tak mengenal cinta, kasih sayang, dan persahabatan???
Sahabat fillah…
Selamat berjuang mengarungi samudra kehidupan dunia.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita.
Semoga selalu ada cinta di hati kita.
Cinta karena Rabbuna.
Sehingga timbul kejujuran dalam mencintai Allah dan hamba-hambaNya.
Wallahua’lam.

Jumat, 22 Juni 2012

UKHUWAH ITU TAK PERNAH PUNYA DUSTA

Ia berbisik dengan bahasa yang tak direka-reka
Ucapan matamu bahkan mampu berbicara dengan 1000 ungkapan sarat makna
Ukhuwah tak butuh retorika
Modal ukhuwah adalah genderang iman yang menyala
Iman yang menghujam dalam dada
Ukhuwah berkelebat indah bersama rona keikhlasan
Aha, ana menukil nasihat Rasulullah SAW
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, melakukan najasy (semacam promosi palsu), saling membenci, memusuhi, atau menjual barang yang sudah dijual ke orang lain. Tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak menzhalimi, dan tidak membiarkan atau menghinakannya. Takwa itu di sini (beliau menunjuk ke dadanya tiga kali).”
Lalu apakah dengan diam lebih kita sukai daripada mengingatkan saudara kita ke jalan kebenaran?
Relakah kita membiarkan diri kita terjerembab fatamorgana kenaifan?
Padahal diri kita adalah diri saudara kita. Diri mereka adalah diri kita
Apa yang mereka rasakan harus kita rasakan pun sebaliknya
Atau justru “benteng” itu terlampau tinggi untuk kita naiki
Pengorbanan kerap lebih sulit untuk kita daki
Padahal kita adalah mereka, mereka adalah kita
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR. Muslim)
Patutkah kita menunggu hingga semua berlalu?
Dan semua akan berlari bagai angin lalu?
Ana yakin, Tidak…
Semua pasti merasai kerinduan akan “ruangan” itu
Ruangan tanpa sekat keangkuhan
Ruangan ukhuwah yang indah

“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR. Muslim)

Selasa, 19 Juni 2012

KETIKA AKU INGIN MENIKAH


Wahai Rabb semesta alam,
Ku ingin menikah atas perintahMu,
Sungguh ku sangat khawatir tak mampu menjalankan perintahMu
Tak berpijak nafsu atau kepentinganku, tapi tuk harap ridhaMu
Wahai Maha Penggerak hati,
Izinkanlah hati ini tunduk dalam biduk cinta keshalihan
Terpatri ikrar Ilahiyah dan tauhid
Jangan kau biarkan hatiku keras membatu karena nafsu
Terombang ambing atas cinta, harapan fana nan semu
Kini hatiku gelisah tak menentu ya Rabb
Air mata seolah tak terbendung karena khawatir akan fitnah
Takut akan kehancuran pribadiku karena godaan setan mengusik sepanjang waktu
Iman ini mulai rapuh dan ragu pada janjiMu
Ku sadari ya Rabb, saat ini pernikahan adalah ujian terbesarku
Orientasi dan kecintaan pada diriMu kini kau uji
Kau suguhkan harta, tahta, dan paras menarik semata
Ya Rabb lindungi dan mampukan diriku, untuk lolos ujianMu
Jangan gagalkan aku memperoleh ridhaMu ya Rabb
Kusadari begitu banyak pejuang yang gagal dalam ujian ini
Terbelenggu oleh duniawi dan kebahagiaan sesaat
Terjebak oleh nafsu dan romantika keruh
Melepaskan perjuangan hingga hilang hanyut dalam kenistaan cinta yang fana
Banyak cinta yang datang menghampiri dan aku resah ya Rabb
Ketika itu tak lahir dari syariatMu
Bukan dalam kerangka iman dan Islam
Bukan untukMu tapi hanya untukku
Ya Rabb, hanya padaMu aku berkesah
Karena hanya padaMu aku berlindung dan memohon
Tunjukilah jalan yang lurus dan benar ya Rabb
Jalan yang kau ridhai bukan jalan yang kau celakakan
Mampukan aku memenuhi perintahMu untuk menikah
Hindarkan dari kehancuran dan kehinaan
Kokohkan niat untuk melangkah dalam kesucian
Luluskan dalam menghadapi ujianMu…
Demi Allah aku menikah…
Laa illaha illallah Muhammadarrasulullah…

Jumat, 15 Juni 2012

MAAF''KECANTIKANMU MUSIBAH BAGIKU

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Ukhti, saudariku,
kau cantik, ku akui itu
karena memang kau terlahir untuk itu
walau relatif kecantikanmu
tergantung hak individu
Ku tahu kecantikanmu anugerah
dari Rabbiku dan Rabbimu tapi, bukankah Rabbiku dan Rabbimu punya aturan untuk itu
Kau harus menjaganya
dari mata lelaki jalang
yang belum halal
baginya dan bagimu
Tahukah kau itu
atau kau sama sekali tak tau
atau pura-pura tak tau
atau tak mau tau soal itu
Rabbiku dan Rabbimu memberi instruksi untukmu
ulurkan kain ke seluruh tubuhmu
biar kau tak diganggu
Rabbiku dan Rabbimu juga ada instruksi untukmu
jangan nampakkan perhiasanmu
panjangkanlah kain itu ke dadamu
Rabbiku dan Rabbimu menambah instruksi untukmu dan untukku
tundukkan pandanganmu
agar hati kita tak berdebu
Namun, kenapa kau
tak gubris instruksi itu
dengan kau
umbar auratmu
kau hiasi aurat itu
agar mata lelaki terayu
mengakui cantikmu
indah bentuk tubuhmu
bagaimana aku menjaga nafsu
kalau kau umbar aurat selalu
aku sama sekali tak menyalahkanmu
karena ini lemahku
di depan sang nafsu
Tapi, mungkin lebih mudahku
membendung sang nafsu
kalau kau membantu
dengan menutup auratmu
karena ku bukan malaikat
bukan juga iblis terlaknat
imanku bisa melesat mendarat
bisa juga melusut melarat
hari ini, ku menjadi tuan nafsu
namun besok, mungkin nafsu memperbudakku
ku takut lirikan itu
menambah saldo dosa- dosaku
semoga kau menyadari itu
wahai ukhti saudariku
demi kebaikanku dan kebaikanmu
demi hatiku dan hatimu yang berdebu
karena noda- noda pandangan itu..''

Senin, 11 Juni 2012

TEMUKAN AKU DALAM ISTIKHARAHMU


Jodohku
Sabar dan tenanglah
Aku di sini masih bersabar menantimu
Hatimu tak sedang terluka kan?
Tersenyumlah
Karena aku yakin kebahagiaan akan slalu menyertai kita
Jikalau detik ini hatimu sedang terluka, basuhlah wajahmu dengan air
Dan mendekatlah kepada-Nya,
Tapi di sini aku berharap kau baik-baik saja
Waktu terasa lama buatku,
Tapi aku yakin takkan lama lagi kau akan hadir menyapaku
Mengajakku untuk melakukan shalat fardhu
Sering pula kau akan menanyakan
Sudah shalatkah kau?
Jodohku
Aku rindu
Kapan kita bertemu?
Begitu banyak hal yang ingin ku ceritakan kepadamu
Begitu banyak pula harapanku untuk menantikan nasihat-nasihatmu
Hati ini kosong dan tak sabar menanti kehadiranmu
Semoga engkau kan membalut & menyembuhkan luka di hatiku
Temukan aku dalam istikharahmu..''

SAAT ITU AKAN TIBA...!!!!


Sejenak lupakan tawa itu. Tinggalkan dulu segala urusan duniawimu. Luangkan waktu ‘tuk sekedar mengingat, bermuhasabah akan sesuatu yang pasti menghampiri diri.
Saat itu akan tiba, sahabat!
Saat dimana wajahmu terlihat pucat pasi. Tubuhmu kaku tak bergerak. Gelar hanya tinggal sejarah. Segala prestasi dan pencapaian yang didapat tak ada yang peduli. Bukankah hanya amal yang setia mengikuti?
Saat itu kau sendiri, mempertanggungjawabkan skenario hidup yang kau pilih. Baik buruk diperhitungkan di pengadilan dengan keadilan tertinggi. Mungkin ada banyak penyesalan akan waktu dunia yang terlewati sia-sia. Mungkin juga akan ada kelegaan atas kesadaran beribadah.
Atau saat yang lain akan tiba, sahabat!
Saat dimana kabar itu menghampirimu. (Siapapun) yang tersayang meninggalkanmu untuk selamanya. Tak akan ada lagi dialog yang terangkai panjang, tak bisa lagi canda tawa menggurat indah. Kau sendiri, melihat tubuh yang tersayang terbujur kaku.
Saat itu, hilanglah kesempatan ‘tuk mewujudkan niat baik membahagiakan. Hilang pula sosok yang paling menyayangi dan mengerti dirimu. Mungkin terlalu banyak penyesalan dalam keterlupaan dan kedurhakaan. Mungkin juga masih ada kelegaan atas doa yang pernah terpanjatkan.
Maka yang manapun, sebelum kepastian saat itu tiba, masih ada waktu yang diberikanNya. Jika sekarang kita terlalu lena dalam setumpuk aktivitas keduniaan, maka rehatlah, berikan sedikit waktu bagi diri ‘tuk mengingat yang kekal di sana. Apa yang sudah dilakukan? Sudah siapkah jika ‘tamu’ itu tiba-tiba menjemput diri? Atau sanggupkah diri jika ‘tamu’ itu menghampiri orang yang tersayang?
Tak ada yang bisa menjamin batas hidup seseorang. Mungkin besok atau sekarang, saat diri sedang bergelimang prestasi, saat orang-orang banyak yang mengagumi, atau saat dunia kau rasa telah diraih, saat itu pula Dia memanggilmu. Dan saat itu, hanya predikat khusnul khatimah yang bisa menjamin hidup setelah meninggalmu.