Laman

Sabtu, 29 November 2014

~~~~~ ** DIALOG TENTANG HATI **~~~~~

Begitu halus tipu daya iblis itu..
Perlahan tapi pasti , dalam ritme yang sangat lambat..
Getar dawai itu terlalu syahdu.. membuat diri tertidur dan hanyut dalam mimpi. Hingga lupa sedang terpedaya..
Demi keakuan prinsip ikut tergadaikan..
Hati berbisik... "Ah ini untuk maslahat yang lebih besar"
Tapi... apakah tujuan yang baik bisa membuat segala cara yang bathil menjadi baik..?
Bila iya, lantas siapa sebenarnya yang awam..?
Dahulu kecerdasan selalu berawal dari kecerdasan hati. Lalu ilmu menjadi pandu dalam setiap tindakan.
Namun kini..... 
Kecerdasan selalu saja melahirkan eksperimen-eksperiman dan ide-ide gila dengan segala pemaknaan yang dipaksakan.
Hijau, indah dan menyilaukan.. Begitulah dunia. 
Indah.... hingga pesonanya terlalu kuat untuk dilawan.
Hati lalu berbisik...
"Tapi saya harus maju.. Saya kuat...Saya akan merubah dari dalam... Saya bisa jaga diri."
Ah... Siapa kita sehingga merasa kuat dihadapan fitnah yang datang "Bagai kepingan-kepingan malam".
Seperti fajar yang mengantarkan malam pada pagi... Halus dan tak terasa. Diripun kalah saat hati kecil tertidur. Kemudian terbangun dengan hati yang lain bersama sejuta defini baru untuk setiap tindakan hidup.
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا
Katakanlah:"Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya ?

الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya."

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.
(QS: Al Kahfi: 103-105)

Allahu Akbar Semoga bermamfaat Allahu  Ta'ala a'lam

        { Ustadz Aan Chandra Thalib حفظه الله تعالى }

~~~*** DO'A IBU SANGATLAH MUSTAJAB ***~~~

 Seorang anak mungil sedang asyik bermain-main tanah. Sementara sang ibu sedang menyiapkan jamuan makan yang diadakan sang ayah. Belum lagi datang para tamu menyantap makanan, tiba-tiba kedua tangan bocah yang mungil itu menggenggam debu. Ia masuk ke dalam rumah dan menaburkan debu itu diatas makanan yang tersaji.
Tatkala sang ibu masuk dan melihatnya sontak beliau marah dan berkata, “idzhab ja’alakallahu imaaman lilharamain  { Pergi kamu Biar kamu jadi imam di Haramain…}

   Dan SubhanAllah, kini anak itu telah dewasa dan telah menjadi imam di masjidil Haram…!! Tahukah kalian, siapa anak kecil yang di doakan ibunya saat marah itu…??
Beliau adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais, Imam Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum muslimin di seluruh dunia. 

   Ini adalah teladan bagi para ibu , calon ibu, ataupun orang tua… hendaklah selalu mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya. Bahkan meskipun ia dalam kondisi yang marah. Karena salah satu do'a yang tak terhalang adalah do'a orang tua untuk anak-anaknya. Sekaligus menjadi peringatan bagi kita agar menjaga lisan dan tidak mendo'akan keburukan bagi anak-anaknya. Meski dalam kondisi marah sekalipun. 

    “Janganlah kalian mendo'akan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, juga hartamu.
Jangan pula mendo'akan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat dimana Allah mengabulkan do'a kalian…”(HR. Abu Dawud)

Senin, 24 November 2014

***~~~~~~~~` MUHASABAH ~~~~~~~~~~~***

   Hidayah itu tak selamanya ada di hati. Layaknya bunga, ia butuh dijaga, dipelihara dan dirawat dengan sepenuh hati. Ketika ada dorongan hati ingin melakukan kebaikan yang ini dinamakan hidayah, maka rengkuhlah ia. Dekap dirinya dengan cara segera melaksanakan kebaikan itu agar tak sekadar berupa keinginan atau niat. Tak perlu menunggu terlalu banyak pertimbangan yang hanya mengakibatkan hidayah pergi dan enggan kembali. Sungguh, sayang sekali.
   Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah bersabda bahwa barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya niscaya akan dipahamkan masalah agama. Ketika seseorang mendapat hidayah entah itu ingin berhijab, ingin keluar dari lingkaran riba, ingin bekerja yang halal, tidak mau pacaran dan lain sebagainya, itu artinya Allah telah memberikan petunjuk kebaikan padanya. Merugi orang-orang yang tidak segera menyambut pancaran hidayah yang tidak semua bisa mendapatkannya.
  Tak perlu beribu alasan untuk membenarkan nafsu berpaling dari hukum Allah. Karena itu, senyampang hidayah masih mau bersemayam di hati, rengkuh dan genggamlah ia. Jangan pernah dilepaskan lagi apapun yang terjadi
   Ketukan hati pada kebaikan ini jangan dibiarkan saja. Jaga ia dengan terus berdoa dan memaksimalkan usaha. Bilapun ada satu dan lain hal kendala menghadang, jangan langsung putus asa. Berkumpullah dengan orang-orang salih karena mereka akan ikut menjaga hidayah yang sudah mulai tumbuh dalam hati. Ketika si pacar tak mau diputuskan padahal kamu sudah tahu hukum pacaran dalam Islam, maka jangan mudah menyerah.
   Begitu pun ketika kamu memutuskan untuk bekerja tanpa riba, yakinlah bahwa rezeki Allah itu luas. Riba hanya menjadikan hidupmu tidak berkah. Keyakinan yang kuat untuk meninggalkan yang haram dan bersegera pada kebaikan ini butuh lingkungan yang mendukung. Berteman dengan orang-orang yang salih adalah salah satu upaya untuk menjaga hidayah agar ia semakin kokoh.
   Sami’na wa atho’na. Saya dengar dan saya patuh. Inilah sikap para sahabat dan salafus salih terdahulu ketika mereka mengetahui salah satu hukum dalam Islam. Mereka mendengar dan langsung patuh. Tak perlu beribu alasan untuk membenarkan nafsu berpaling dari hukum Allah. Karena itu, senyampang hidayah masih mau bersemayam di hati, rengkuh dan genggamlah ia. Jangan pernah dilepaskan lagi apapun yang terjadi. Wallahu alam.

Sabtu, 22 November 2014

~~~* TERTIPU OLEH KEPINTARAN *~~~

Ada Kisah seorang ikhwah..
Yang amat mencintai istrinya. .
Namun istrinya tak mencintainya. .
Ia mengharapkan lelaki lain. .
Yang lebih darinya. .
Wanita itu telah pandai Bahasa Arab. .
Sementara suaminya. .
Hanya memahami Bahasa Indonesia. .
Wanita itu telah lama mengaji. .
Sementara suaminya. .
Sibuk membanting tulang mencari nafkah. .
Tuk membahagiakan kekasihnya. .
Wanita itu telah banyak menghafal al-Qur'an. .
Sementara suaminya tak banyak bisa menghafal. .
Mungkin. .
Kini suaminya sudah tak berharga di matanya. .
Mungkin. .
Kini cintanya telah pudar di hatinya. .
Karena tak sesuai harapannya. .
Demikianlah. .
Kisah cinta yang bertepuk sebelah. .
Karena istrinya tertipu oleh kepintarannya. .
Ilmu tak membuatnya semakin sayang pada
suaminya. .
Ilmu tak membuatnya semakin berbakti kepada
suaminya. .
Ilmu membuatnya angkuh. .
Tak ada lagi cinta dihatiku, kilahnya. .
Saudariku. .
Engkau boleh lebih berilmu dari suamimu. .
Tapi mungkin suamimu lebih takut kepada Allaah darimu. .
Engkau boleh punya banyak kelebihan di atas
suamimu. .
Tapi, suamimu. .
Mungkin lebih dicintai oleh Robbmu karena
ketawadhu'annya. .
Al Hasan Al Bashri rohimahullaah berkata. .
Ilmu itu bukanlah dengan banyak menghafal
riwayat. . Namun ilmu adalah yang menimbulkan rasa takut kepada Allaah. .
Dimanakah hadits yang telah engkau hafal,
"Suamimu adalah Surgamu atau Nerakamu.."
Ya Robb. .
Berilah kami ilmu yang bermanfaat...
Oleh Ustadz Abu Yahya Badru Salam, Lc

Senin, 17 November 2014

*~~~~~ JANGAN SOMBONG ~~~~~*

Suatu hari di tepi sungai Dajlah, Hasan al-Basri melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak...
Kemudian Hasan berbisik dalam hati,
"Alangkah buruk akhlak orang itu dan baiknya kalau dia seperti aku!".
Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas kerana karam.
Enam dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan.
Kemudian dia berpaling ke arah Hasan al-Basri dan berkata,
"Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang sahaja, sedang saya telah menyelamatkan enam orang".
Bagaimanapun Hasan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu berkata kepadanya,
"Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di samping saya ini adalah ibu saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak".
Hasan al-Basri tertegun lalu berkata,
"Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan".
Lelaki itu menjawab,
"Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan".
Semenjak itu, Hasan al-Basri semakin dan selalu merendahkan hati bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada orang lain.
Jika Allah membukakan pintu solat tahajud untuk kita, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang sedang tertidur nyenyak.
Jika Allah membukakan pintu puasa sunat, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang tidak ikut berpuasa sunat.
Boleh jadi orang yang gemar tidur dan jarang melakukan puasa sunat itu lebih dekat dengan Allah, daripada diri kita. Ilmu Allah sangat amatlah luas...
Jangan pernah ujub & sombong dengan amalanmu...

Rabu, 12 November 2014

*** KISAH TAKJUB BUAH DARI KEJUJURAN ***

Inilah sebuah kisah nyata-yang terjadi pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu.

Suatu hari Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya para sahabat sedang asyik berdiskusi sesuatu. Di kejauhan datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka
Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata,
"Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!" "Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini!".
Umar segera bangkit dan berkata,"Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka wahai anak muda?"
Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata, "Benar, wahai Amirul Mukminin."
"Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.
Pemuda lusuh itu memulai ceritanya,"Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku, kuikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia. Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera kucabut pedangku dan kubunuh ia. Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."
"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.
"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.
Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh tersebut .
"Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat', ujarnya.
"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat atas kematian ayahmu", lanjut Umar.
"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala, "kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".
Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur dan bertanggung jawab.
Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata,"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah" ujarnya dengan tegas,
"Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".
"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda.
"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?" tanya Umar.
"Sayangnya tidak ada Amirul Mukminin, bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?" pemuda lusuh balik bertanya.
"Baik, aku akan meberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.
"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.
Tiba-tiba dari belakang hadirin terdengar suara lantang, "Jadikan aku penjaminnya wahai Amirul Mukminin".Ternyata Salman al Farisi yang berkata..
"Salman?" hardik Umar marah, "Kau belum mengenal pemuda ini,Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini".
"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, ya Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.
Akhirnya dengan berat hati Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh.Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.
Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua.
Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.
Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman. Salah satu sahabat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam yang paling utama.
Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.
Akhirnya tiba waktunya penqishashan, Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.
Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.
"Itu dia!" teriak Umar, "Dia datang menepati janjinya!".
Dengan tubuh bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.
"Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku.." ujarnya dengan susah payah, "Tak kukira.. urusan kaumku.. menyita..banyak.. waktu..".
"Kupacu.. tungganganku.. tanpa henti, hingga.. ia sekarat di gurun.. terpaksa.. kutinggalkan.. lalu aku berlari dari sana.."
"Demi Allah", ujar Umar menenanginya dan memberinya minum, "Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?"
"Agar.. jangan sampai ada yang mengatakan.. di kalangan Muslimin.. tak ada lagi ksatria.. tepat janji.." jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.
Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru,lalu ia bertanya, "Lalu kau Salman, mengapa mau-maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"
"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya", Salman menjawab dengan mantap.
Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.
"Allahu Akbar!" tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak,
"Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu".
Semua orang tersentak kaget.
"Kalian.." ujar Umar, "Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?" Umar semakin haru.
"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya" ujar kedua pemuda membahana.
"Allahu Akbar !" teriak hadirin.
Pecahlah tangis bahagia, haru dan bangga oleh semua orang.
  Begitupun kita disini, di saat ini..sambil menyisipkan sebersit rasa iri karena tak bisa merasakannya langsung bersama saudara-saudara kita pada saat itu..

Senin, 10 November 2014

{~~~**** AKHLAQ UMAR BIN KHATTAB RADIALLAHU ANHU PADA ISTRINYA ***~~~}

Akhlaq Umar Bin Khattab Radiallahu anhu terhdap istrinya.
Dikisahkan bahwa seorang dari pedalaman Arab datang ingin menghadap Umar bin Khattab.
Orang itu berharap Umar akan memberikan nasehat dan jalan keluar atas persoalan rumah tangga yg tengah dihadapinya.
Ia membawa segudang pengaduan atas perilaku isterinya.
Berharap pula Umar sebagai khalifah mau memberi pelajaran kepada isterinya yang dinilainya sudah sangat keterlaluan.
Sebagai suami ia merasa sudah tidak punya harga diri.
Selalu saja manjadi objek omelan & tajamnya lidah sang isteri.
Hingga sampai di muka pintu rumah khalifah Umar, pria itu ragu berdiri di depan pintu menunggu Umar keluar sebab ia mendengar istri Umar bersuara keras kapada beliau dan membantahnya sedangkan Umar diam tidak membalas ucapan istrinya.
Pria itu lalu berbalik hendak pergi, sambil berkata,
"Jika begini keadaan Umar. Yg dikenal dg sifat keras & tegas dan ia seorang amirul mukminin, maka bagaimana dengan keadaanku ?"
Umar pun keluar & ia melihat orang itu hendak berbalik & pergi dari pintu rumahnya seraya berkata,
"Apa keperluanmu wahai pria?"
"Wahai Amirul Mukminin, semula aku datang hendak mengadukan kejelekan akhlak istriku dan sikapnya yang membantahku.
Lalu aku mendengar istrimu berbuat demikian, maka aku pun kembali sambil berkata,
"Jika demikian keadaan amirul mukminin bersama istrinya, maka bagaimana dengan keadaanku ?"
Mendengar keluhan pria itu atas dirinya dan apa yang dialaminya sendiri, Umar berkata,
"Wahai saudaraku. Sesungguhnya aku bersabar atas sikapnya itu karena HAK-HAKnya kepadaku.
Dia yg memasakkan makananku,
yang membuatkan rotiku,
yang mencucikan pakaianku,
yang menyusui anak-anaku
dan hatiku tenang denganya dari perkara yang haram(zina).
Karena itu aku bersabar atas sikapnya".
Jawaban Umar membuat pria tercenung kemudian berkata :
"Wahai Amirul Mukminin, demikian pula istriku".
Umar berkata;
”Karena itu, Bersabarlah padanya wahai saudaraku .."
(Ust. Abu RiyadL Nurcholis Majid Ahmadi LC).
-------------------------------------------------------------
Apakah sikap antum sama seperti umar kepada istrinya...???

Jumat, 07 November 2014

{~~~* PEMIMPIN HEBAT LAHIR DARI RAKYAT HEBAT*~~~}

Ketahuilah salah satu hikmah Allah subhanahu wa ta'ala dalam mahluk-mahluk-Nya adalah di mana Allah subhanhau wa ta'ala menjadikan para pemimpin pemimpin yang ada,dari pemimpin pemimpin kepada makluk-Nya sebagai bentuk cerminan dari mental kebanyakan kaum tersebut,Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan para pemimpin pemimpin tersebut sebagai contoh bagi para kaum yang di pimpinnya,ketika kaum yang di pimpinnya adalah kaum yang bermental baik,kaum yang banyak melakukan keadilan,melaksanakan apa-apa yang telah menjadi kwajibannya,menuntut hanya apa-apa yang telah menjadi haknya dan tidak merampas apa-apa yang menjadi hak orang lain,maka begitu pulalah pemimpin pemimpin yang ada pada mereka namun sebaliknya ketika sebuah kaum di aman para penduduk tersebut banyak meninggalkan apa-apa yang menjadi tanggung jawab mereka dan merampas yang bukan sebenarnya menjadi hak mereka maka demikianlah akan muncul pemimpin pemimpin yang zalim terhadap mereka,itulah salah satu hikmah yang di berikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala di alam smesta-Nya ini,
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :Demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan. (QS. Al-An’am: 129)
Maka dari situlah bisa kita fahami muncullah pemimpin pemimpin yang terbaik dari ummat ini yaitu pada khilafah urrashidin...mengapa muncul pemimpin pemimpin se adil demikian dengan kualitas sekaliber abu bakar rhadiallahu anhu dengan sekaliber umar bin khattab rhadiallhu anhu,ustman ibnu affan ali bin abi thalib dan seluruh para sahabt,munnul pemimpin terbaik demikian berangkat dari kaum yang luar biasa yaitu kaum terbaik salaf us saalih didikan Rasulullah shallahu alaihi wa sallam muncul pulalah pemimpin pemimpin terbaik di antara mereka berangkat dari kaum terbaik,
Abdul malik ibnu marwan salah seorang khalifah dari bani umayyah ketika saat itu dia di keluhkan oleh para masyarakatnya,sprti biasa masyarakat hanya bisa mengeluh dan mengeluhkn pemimpin yang ada,mereka berkata ingin pemimpin adil,pemimpin yang perduli kepada rakyat.kemudian mailk ibnu marwan mengumpulkan mereka semua dan malik ibnu marwan brkata kepada mereka :
Apakah kalian wahai rakyatku kalian ingin aku menjadi bagi kalian sebagai mana abu bakar dan umar..? yang terkenal dengan keadilan dan ketakwaannya..?
lantas kamumnya berkata : Ya..kami ingin kau adil sebagai amna abu bkar dan umar sperti dahulu,
Kemudian malik ubnu marwan menjawab : Maka jadilahj kalian bagi kami sebagai amna rakyatnya abu bakar dan umar,yaitu para sahabat ketakwaan yang tinggi,.dengan kesadaran beragama yang tinggi,tinggkat keadilan pada diri yang tinggi maka pantaslah muncul pemimpin pemimpin semacam abu bakar dan umar..lantas apabila kalian ingin pemimpin semacam demikian tingkatkn kwalitas diri kalian shingga pantaslah muncul pemimpin pemimpin yang baik pada kalian,sungguh luar biasa hikmah yang di katakan..
Begitupun ali ibnu abu thalib rhadilallahu anhu pada suatu hari di kritisi oleh salah seorang khuwarij ketika itu yang berani berkata kepada ali..
Wahai imam mengapa fitnah-fitnah pemberontakan pemberontakan banyak terjadi pada zamanmu yakni sekarang,dan tidak terjadi ketika pada zamannya umar ibnu khattab dulu ?
Maka ali memberikan jawaban yang telak dan tegas kepadanya.Ali ibnu abu thalib berkata: Sesungguhnya umar, abu bakar, ketika memimpin rakyatnya adalah rakyat spertiku,rakyat dengan kwalitas sperti aku.adapaun aku ketika memimpin maka rakyatnya adalah rakyat sperti dengan kwalitas rakyat sperti dirimu..Masya Allah luar biasa bukan apa yang di bawakan hikmah oleh kaum salaf us saalih.
Oleh kerna itu ikhwani wa ukhwati fillah untuk menjadikan sebuah perbaikan pada ummat ini jangan pernah kita bermimpi untuk melakukan perbaikan di mulai dari atas atau mulai dari pada pemimpin itu tdk mungkin,kerna perbaikan harus di mulai dari tingkat paling bawah sebagai mana rasulullah shallallahu alaihi wa sallam perbaiki generasi awal dengan mendidik dari tingkat yang paling bawah yaitu dari tauhid sebagai mana yang di sampaikan oleh imam malik : Sesungguhnya akhir dari ummat ini tidak akan menjadi baik kecualai dengan hal yang memperbaiki ummat ini terdahulu,yang memerbaiki awal ummat ini generasi salaf terdahulu adalah di mulai dari tauhid yang kuat,dengan ketaatan yang luar baisa kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,demikainlah sharusnya kita jadikan tauhid tauhid yang kuat pada diri kita masing-masing,terapkan syari'at iktui sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam baik dalam aqidah,ibadah,dan bermu'ammalah pada diri kita dan kluraga kita masing-masing sebagaimana Allah subhanahu wa ta'
ala sampaikan QU ANFUSAKUM WA AHLIKUM NARA sisanya kita lakukan al amru bill ma'ruf wa nahi anill mungkar sebatas kemampuan dan sebatas hak kita untuk melakukan hal tersebut,apa bila setiap individu memiliki kesadaran demikain dengan sendirinya akian terbentuk keluarga keluarga yang bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta'a bertauhid dan beriman dengn baik maka dengan sendirinya akan terbentuk komunitas yang baik,dan dengan sendirinya pula akn terbentuk kaum dan negri yang baik berangkat dengan dari kesadaran setiap individu terhadap tauhid dan terhadap apa-apa yang menjadi kwajiban,apa-apa yang menjadi haq masing masing individu pada ummat tersebut dengan sendirinya akan muncul sendiri pemimpin pemimpin yang baik kerna dari sebuah kaum yang berkwalitas baik pula sungguh demikianlah Allah subhanahu wa ta'ala jadikan sunnahnya atas segala alam smesta-Nya.
Kerna Allah tak jadikan se ekor singa yang mulia sebagai pemimpin bagi gerombolan tikus, sebagai mana Allah tak di jadikan burung elang sebagai pemimpin bagi golongan ular,golong tikus akan di pimpin oleh se ekor tikus begitu jugahalnya golongan singa akan di pimpin oleh se ekor singa..
Oleh :Ustadz Riyadh bin Badr Bajrey
Allahu a'lam..

Senin, 03 November 2014

{~~~KHUTBAH IBLIS YANG MENYENTUH HATI~~~}

Iblis berkhutbah…??, benar…ia berkhutbah…bahkan khutbah yang paling menyentuh hati…tidak ada khutbah yang menyentuh hati sebagaimana khutbah Iblis ini.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ ، قَامَ إِبْلِيْسُ خَطِيْبًا عَلَى مِنْبَرٍ مِنْ نَارٍ ، فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ

"Tatkala hari kiamat Iblis berdiri di atas sebuah mimbar dari api lalu berkhutbah seraya berkata, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya…" (Tafsiir At-Thobari 16/563)

Al-Haafizh Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :

يُخْبِرُ تَعَالَى عَمَّا خَطَبَ بِهِ إِبْلِيْسُ أَتْبَاعَهُ، بَعْدَمَا قَضَى اللهُ بَيْنَ عِبَادَهُ، فَأدخل المؤمنين الجنات، وأسكن الكافرين الدركات، فقام فيهم إبليس -لعنه الله -حينئذ خطيبا ليزيدهم حزنا إلى حزنهم (4) وغَبنا إلى غبْنهم، وحسرة إلى حسرتهم

"Allah mengabarkan tentang khutbah yang disampaikan oleh Iblis kepada para pengikutnya, yaitu setelah Allah memutuskan/menghisab para hambaNya, lalu Allah memasukan kaum mukminin ke surga, dan Allah menempatkan orang-orang kafir ke dalam neraka jahannam. Maka Iblispun tatkala itu berdiri dan berkhutbah kepada para pengikutnya agar semakin menambah kesedihan di atas kesedihan mereka, kerugian di atas kerugian, serta penyesalan di atas penyesalan…." (Tafsiir Al-Qur'an Al-'Adziim 4/489)

Khutbah tersebut disampaikan oleh Iblis kepada para pengikutnya pada saat yang sangat menegangkan…tatkala mereka pertama kali dimasukkan ke dalam neraka jahannam…tatkala mereka telah melihat api yang menyala-nyala yang siap membakar mereka…!!!

Khutbah tersebut…

Benar-benar masuk ke dalam hati para pengikut Iblis…,

Khutbah yang mengalirkan air mata mereka…

khutbah yang benar-benar telah menyadarkan mereka akan kesalahan-kesalahan mereka…

Khutbah yang menyadarkan mereka bahwasanya selama ini mereka hanya terpedaya oleh sang pemimpin…sang khotiib…Iblis la’natullah 'alaihi

Allah menyebutkan khutbah Iblis yang sangat menyentuh tersebut:

وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِي مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (٢٢)وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ (٢٣)

"Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepada kalian tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian, melainkan (sekedar) aku menyeru kalian lalu kalian mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kalian mencerca aku akan tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian dan kalian pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian yang mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih".
Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka" (QS Ibrahim : 22-23)

Demikianlah khutbah Iblis tersebut….setelah ia menggoda manusia…setelah menipu mereka…setelah menjerumuskan mereka dalam neraka…setelah tercapai cita-citanya…lalu…
Iapun berlepas diri dari para pengikutnya. Ia sama sekali tidak mau bertanggung jawab atas godaan-godaannya…
Bahkan ia sama sekali tidak mau disalahkan dan dicela…akan tetapi ia menyuruh mereka (para pengikutnya) untuk mencela diri mereka sendiri…
Bahkan ia mengaku sejak dulu kufur/ingkar terhadap kesyirikan yang dilakukan oleh pengikutnya…

Yang lebih menjadikan para pengikutnya tersentuh, Iblis menutup khutbahnya dengan menyatakan bahwa "Sesungguhnya orang-orang zalim mendapatkan siksaan yang pedih"…lalu Iblis menyebutkan tentang kenikmatan penduduk surga, yaitu orang-orang yang tidak mau menjadi pengikut Iblis…!!!

Sungguh kehinaan dan kesedihan yang tidak bisa terbayangkan dalam hati para penghuni neraka tatkala mendengar khutbah dari sang pemimpin…

Semoga Allah menjaga kita dari rayuan Iblis…jangan sampai kita termasuk dari orang-orang yang tersentuh karena kutbah Iblis ini….orang-orang yang tatkala di dunia tidak tersentuh oleh nasehat-nasehat, tidak tergerak hati mereka tatkala mendengar pengajian-pengajian dan khutbah-khutbah…hati mereka hanyalah tergerak dan tersentuh tatkala mendengar khutbah Iblis….wal'iyaadzu billah


Silahkan rujukan di sini https://www.youtube.com/watch?v=JhZTgHkJ01w

{ ~~~kisah Julaibib Radhiyallahu Anhu ~~~}

Julaibib, begitu dia biasa dipanggil. Sebutan ini sendiri mungkin sudah menunjukkan ciri jasmani serta kedudukannya di antara manusia; kerdil dan rendahan.
Julaibib. Nama yang tak biasa dan tak lengkap. Nama ini, tentu bukan dia sendiri yang menghendaki. Tidak pula orangtuanya. Julaibib hadir ke dunia tanpa mengetahui siapa ayah dan yang mana bundanya. Demikian pula orang-orang, semua tak tahu, atau tak mau tahu tentang nasab Julaibib. Tak dikenal pula, termasuk suku apakah dia. Celakanya, bagi masyarakat Yatsrib, tak bernasab dan tak bersuku adalah cacat kemasyarakatan yang tak terampunkan.
Julaibib yang tersisih. Tampilan jasmani dan kesehariannya juga menggenapkan sulitnya manusia berdekat-dekat dengannya. Wajahnya yang jelek terkesan sangar. Pendek. Bungkuk. Hitam. Fakir. Kainnya usang. Pakaiannya lusuh. Kakinya pecah-pecah tak beralas. Tak ada rumah untuk berteduh. Tidur sembarangan berbantalkan tangan, berkasurkan pasir dan kerikil. Tak ada perabotan. Minum hanya dari kolam umum yang diciduk dengan tangkupan telapak. Abu Barzah, seorang pemimpin Bani Aslam, sampai-sampai berkata tentang Julaibib, ”Jangan pernah biarkan Julaibib masuk di antara kalian! Demi Allah jika dia berani begitu, aku akan melakukan hal yang mengerikan padanya!”
Demikianlah Julaibib.
Namun jika Allah berkehendak menurunkan rahmatNya, tak satu makhlukpun bisa menghalangi. Julaibib berbinar menerima hidayah, dan dia selalu berada di shaff terdepan dalam shalat maupun jihad. Meski hampir semua orang tetap memperlakukannya seolah dia tiada, tidak begitu dengan Sang Rasul, Sang rahmat bagi semesta alam. Julaibib yang tinggal di shuffah Masjid Nabawi, suatu hari ditegur oleh Sang Nabi, Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. ”Ya Julaibib”, begitu lembut beliau memanggil, ”Tidakkah engkau menikah?”
”Siapakah orangnya Ya Rasulallah”, kata Julaibib, ”Yang mau menikahkan putrinya dengan diriku ini?”
Julaibib menjawab dengan tetap tersenyum. Tak ada kesan menyesali diri atau menyalahkan takdir Allah pada kata-kata maupun air mukanya. Rasulullah juga tersenyum. Mungkin memang tak ada orangtua yang berkenan pada Julaibib. Tapi hari berikutnya, ketika bertemu dengan Julaibib, Rasulullah menanyakan hal yang sama. ”Wahai Julaibib, tidakkah engkau menikah?” Dan Julaibib menjawab dengan jawaban yang sama. Begitu, begitu, begitu. Tiga kali. Tiga hari berturut-turut.
Dan di hari ketiga itulah, Sang Nabi menggamit lengan Julaibib kemudian membawanya ke salah satu rumah seorang pemimpin Anshar. ”Aku ingin”, kata Rasulullah pada si empunya rumah, ”Menikahkan puteri kalian.”
”Betapa indahnya dan betapa berkahnya”, begitu si wali menjawab berseri-seri, mengira bahwa Sang Nabi lah calon menantunya. ”Ooh.. Ya Rasulallah, ini sungguh akan menjadi cahaya yang menyingkirkan temaram dari rumah kami.”
”Tetapi bukan untukku”, kata Rasulullah. ”Kupinang puteri kalian untuk Julaibib.”
”Julaibib?”, nyaris terpekik ayah sang gadis.
”Ya. Untuk Julaibib.”
”Ya Rasulullah”, terdengar helaan nafas berat. ”Saya harus meminta pertimbangan isteri saya tentang hal ini.”
”Dengan Julaibib?”, isterinya berseru. ”Bagaimana bisa? Julaibib yang berwajah lecak, tak bernasab, tak berkabilah, tak berpangkat, dan tak berharta? Demi Allah tidak. Tidak akan pernah puteri kita menikah dengan Julaibib. Padahal kita telah menolak berbagai lamaran..”
Perdebatan itu tak berlangsung lama. Sang puteri dari balik tirai berkata anggun. ”Siapakah yang meminta?”
Sang ayah dan sang ibu menjelaskan.
”Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah? Demi Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah lah yang meminta, maka tiada akan dia membawa kehancuran dan kerugian bagiku.” Sang gadis shalihah lalu membaca ayat ini;
Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS Al Ahzab [33]: 36)
Dan Sang Nabi dengan tertunduk berdoa untuk sang gadis shalihah, ”Allahumma shubba ‘alaihima khairan shabban.. Wa la taj’al ‘aisyahuma kaddan kadda.. Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atas mereka, dalam kelimpahan yang penuh berkah. Janganlah Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah..”
Doa yang indah.
Sungguh kita belajar dari Julaibib untuk tak merutuki diri, untuk tak menyalahkan takdir, untuk menggenapkan pasrah dan taat pada Allah dan RasulNya. Tak mudah menjadi orang seperti Julaibib. Hidup dalam pilihan-pilihan yang sangat terbatas. Kita juga belajar lebih banyak dari gadis yang dipilihkan Rasulullah untuk Julaibib. Belajar agar cinta kita berhenti di titik ketaatan. Meloncati rasa suka dan tak suka. Karena kita tahu, mentaati Allah dalam hal yang tak kita suka adalah peluang bagi gelimang pahala. Karena kita tahu, seringkali ketidaksukaan kita hanyalah terjemah kecil ketidaktahuan. Ia adalah bagian dari kebodohan kita.
Isteri Julaibib mensujudkan cintanya di mihrab taat. Ketika taat, dia tak merisaukan kemampuannya.
Memang pasti, ada batas-batas manusiawi yang terlalu tinggi untuk kita lampaui. Tapi jika kita telah taat kepada Allah, jangan khawatirkan itu lagi. Ia Maha Tahu batas-batas kemampuan diri kita. Ia takkan membebani kita melebihinya. Isteri Julaibib telah taat kepada Allah dan RasulNya. Allah Maha Tahu. Dan Rasulullah telah berdoa. Mari kita ngiangkan kembali doa itu di telinga. ”Ya Allah”, lirih Sang Nabi, ”Limpahkanlah kebaikan atas mereka, dalam kelimpahan yang penuh barakah. Janganlah Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah..”
Alangkah agungnya! Urusan kita sebagai hamba memang taat kepada Allah. Lain tidak! Jika kita bertaqwa padaNya, Allah akan bukakan jalan keluar dari masalah-masalah yang di luar kuasa kita. Urusan kita adalah taat kepada Allah. Lain tidak. Maka sang gadis menyanggupi pernikahan yang nyaris tak pernah diimpikan gadis manapun itu. Juga tak pernah terbayang dalam angannya. Karena ia taat pada Allah dan RasulNya.
Tetapi bagaimanapun ada keterbatasan daya dan upaya pada dirinya. Ada tekanan-tekanan yang terlalu berat bagi seorang wanita. Dan agungnya, meski ketika taat ia tak mempertimbangkan kemampuannya, ia yakin Allah akan bukakan jalan keluar jika ia menabrak dinding karang kesulitan. Ia taat. Ia bertindak tanpa gubris. Ia yakin bahwa pintu kebaikan akan selalu terbuka bagi sesiapa yang mentaatiNya.
Maka benarlah doa Sang Nabi. Maka Allah karuniakan jalan keluar yang indah bagi semuanya. Maka kebersamaan di dunia itu tak ditakdirkan terlalu lama. Meski di dunia sang isteri shalihah dan bertaqwa, tapi bidadari telah terlampau lama merindukannya. Julaibib lebih dihajatkan langit meski tercibir di bumi. Ia lebih pantas menghuni surga daripada dunia yang bersikap tak terlalu bersahabat kepadanya. Adapun isterinya, kata Anas ibn Malik, tak satupun wanita Madinah yang shadaqahnya melampaui dia, hingga kelak para lelaki utama meminangnya.
Saat Julaibib syahid, Sang Nabi begitu kehilangan. Tapi beliau akan mengajarkan sesuatu kepada para shahabatnya. Maka Sang Nabi bertanya di akhir pertempuran, “Apakah kalian kehilangan seseorang?”
“Tidak Ya Rasulallah!”, serempak sekali. Sepertinya Julaibib memang tak beda ada dan tiadanya di kalangan mereka.
“Apakah kalian kehilangan seseorang?”, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya lagi. Kali ini wajahnya merah bersemu.
“Tidak Ya Rasullallah!” Kali ini sebagian menjawab dengan was-was dan tak seyakin tadi. Beberapa menengok ke kanan dan ke kiri.
Rasulullah menghela nafasnya. “Tetapi aku kehilangan Julaibib”, kata beliau.
Para shahabat tersadar.
“Carilah Julaibib!”
Maka ditemukanlah dia, Julaibib yang mulia. Terbunuh dengan luka-luka, semua dari arah muka. Di seputaran menjelempah tujuh jasad musuh yang telah dia bunuh.
Sang Rasul, dengan tangannya sendiri mengafani Sang Syahid. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam menshalatkannya secara pribadi. Ketika kuburnya digali, Rasulullah duduk dan memangku jasad Julaibib, mengalasinya dengan kedua lengan beliau yang mulia. Bahkan pula beliau ikut turun ke lahatnya untuk membaringkan Julaibib. Saat itulah, kalimat Sang Nabi untuk si mayyit akan membuat iri semua makhluq hingga hari berbangkit. “Ya Allah, dia adalah bagian dari diriku. Dan aku adalah bagian dari dirinya.”
Ya. Pada kalimat itu; tidakkah kita cemburu..?
                                                   (  Salim A. fillah  )