Laman

Sabtu, 06 Desember 2014

* { --UJIAN YANG TERBERAT ITU -----} *

Kita tidak pernah merasakan ujian seberat Imam Ahmad yang disiksa agar mengakui ideology bathil bahwa Al-Qur’an adalah makhluk.
Kita tidak pernah merasakan tajamnya tebasan pedang di leher kita, sebagaimana yang dirasakan Sa’id bin Jubair demi mempertahankan prinsip agamanya.
Kita pun tak bisa membayangkan perihnya tubuh Bilal bin Rabah yang disiksa di tengah gurun, hanya agar dirinya keluar dari ajaran nabi kita, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Saya hanya ingin menasehati diri saya terlebih dahulu, kemudian untuk kita semua, bahwa boleh jadi ujian terberat yang akan kita rasakan jauh lebih ringan dari yang pernah dirasakan umat pendahulu kita.

Karena, boleh jadi ujian terberat itu bukanlah siksaan fisik.
Namun, ujian itu akan muncul dari orang-orang yang kita cintai.
Dari orang-orang yang selama ini mendukung kita dalam kebaikan.
Dari orang-orang yang selama ini berdiskusi dengan kita membahas perkara agama.
Dari orang-orang yang selama ini bersama kita hadir mendengarkan kajian-kajian …

Mungkin kita tidak merasa bahwa itu adalah ujian yang berat ketika kita menggugurkan prinsip yang selama ini kita genggam erat. Na’am, kita tak merasakannya sebagai ujian karena kita telah terbawa arus yang mereka bawa menuju kelalaian yang tidak kita sadari.
Dulu kita sama-sama mengatakan peliharalah jenggot, tetapi kini kita katakan, “Selamat, Kau telah diterima di perusahan X”, tanpa ada rasa perih di hati melihat jenggot yang telah terpotong.
Dulu kita sama-sama memotong celana-celana kita yang menjulur di bawah mata kaki, tetapi kini kita katakan, “Selamat Kau naik jabatan dengan gaji sekian puluh juta. Traktir makan-makan dong”, tanpa ada rasa marah di hati melihat celana telah terjulur di bawah mati kaki kembali.
Dulu kita sama-sama bersuara lantang, “Hapuskan gambar dan foto makhluk bernyawa!”, tetapi kini kita katakan, “Selamat kau telah meraih gelar sarjana, mari kita foto-foto untuk mengenang wisuda ini.”
Dimana rasa kecemburuan beragama yang dulu kita rasakan bersama?

Itulah ujian yang berat.
Sangat berat…

Bagaimana tidak kita rasakan berat, di saat orang-orang yang kita cintai justru semakin menjauh menuju peremehan sunnah?
Bagaimana tidak kita rasakan berat, di saat orang-orang di sekitar kita bahu-membahu mendorong kita untuk belomba mencari harta dunia yang kotor ini?
Bagaimana tidak kita rasakan berat, di saat kita merasa kembali asing, bersendirian melangkah dalam jalan yang kita anggap sebagai prinsip?
Namun …
Di saat semua manusia mulai menjauh dari jalan ini, memang tetap harus ada orang yang bisa berpikir jernih.
Mohonlah pertolongan kepada Allah. Luruskan Niat.
Dan… istiqomahlah!
Meski kau bersendirian …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar