Laman

Rabu, 21 Desember 2011

AYAH ! SHALAT SHUBUH

Suatu hari seorang anak sedang belajar di sekolahnya, dia baru kelas 3 SD. Di salah satu pelajaran, seorang guru menjelaskan tentang shalat subuh dan dia menyimaknya dengan seksama. Mulailah gurunya berbicara tentang keutamaan dan pentingnya shalat subuh dengan cara yang menggugah, tersentuhlah anak didiknya yang masih kecil itu. Terpengaruhlah seorang anak kecil tadi oleh perkataan gurunya sementara ini dia belum pernah shalat subuh sebelumnya dan juga keluarganya.
Ketika dia pulang ke rumah, berfikirlah dia bagaimana caranya supaya bisa bangun untuk shalat subuh besoknya. Dia tidak mendapatkan caranya selain tidak tidur semalaman sampai bisa melaksanakan shalat subuh. Dia melakukan caranya itu. Dan ketika mendengar azan, bergegaslah dia untuk menjalankan shalat subuh. Tetapi ada masalah bagi anak kecil ini untuk sampai ke masjid karena letaknya jauh dari rumahnya. Dia tidak bisa berangkat sendirian, maka menangislah dia dan duduk di depan pintu. Tetapi tiba-tiba dia mendengar suara sepatu seseorang dari arah jalan, dibukalah pintu dan keluarlah segera dari rumahnya. Nampaknya kakek ini menuju masjid. Anak kecil ini melihat sang kakek dan dia kenal. Kakek ini adalah kakek temannya, Ahmad. Anak kecil ini mengikuti Kakek Ahmad di belakangnya dengan rasa khawatir dan perlahan-lahan dalam berjalan, jangan sampai Si kakek merasa diikuti dan melaporkan dia ke keluarganya dan yang kemungkinan akan menghukumnya. Berjalanlah peristiwa ini seterusnya sampai pada suatu ketika Si kakek dipanggil oleh Allah Pemilik jiwa dan raganya. Si kakek wafat.
Anak kecil mendengar kabar ini, tertegunlah dia dan menangis sejadi-jadinya. Ayahnya sangat heran melihat kondisi seperti ini, kemudian bertanyalah kepada anaknya, “wahai anakku kenapa kamu menangis sampai seperti ini, dia itu bukan teman bermainmu dan bukan pula saudaramu yang hilang?” Anak kecil itu melihat kearah ayahnya dengan berlinang air mata penuh kesedihan, dan berkata kepada ayahnya, “seandainya yang meninggal itu ayah, bukan dia.” Bagai disambar petir dan tercenganglah seorang ayah kenapa anaknya yang berkata dengan ungkapan seperti itu, dan kenapa begitu cintanya anaknya kepada si kakek? Anak kecil menjawab dengan suara parau, “Aku tidak kehilangan dia karena hal-hal yang ayah sebutkan.” Bertambah heran ayahnya itu dan bertanya, “lalu karena apa?” Anak itu menjawab, “karena shalat ayah….karena shalat!” Kemudian anak itu menambahkan pembicaraannya, “Ayah, kenapa ayah tidak shalat subuh? Kenapa ayah tidak seperti si kakek dan seperti orang lain yang aku lihat?” Berkata ayahnya, “dimana kamu melihatnya?” Anak kecil itu menjawab, “di masjid.” Berkata lagi ayahnya, “bagaimana kisahnya?” Maka berceritalah anak kecil itu kepada ayahnya tentang apa yang dilakukan selama ini. Tersentuhlah seorang ayah oleh anaknya, lembutlah hati dan tubuhnya, jatuhlah air matanya, dipeluklah anaknya, dan semenjak peristiwa itu, ayah anak itu tidak pernah meninggalkan shalat satu waktupun dan semuanya dilakukan di masjid. (athfal lakin du’ah)

KISAH-KISAH ISTIGHFAR

1.Hasan Al-Bashri dan istighfar
Imam Al-Qurthubi mnyebutkan dari ibnu shabih dengan mengatakan,''seseorang pernah mengadu mengenai kondisi kelaparan kepada hasan Al-Bashri. makan beliau berkata kepadanya,' bersitighfarlah kepada Allah !'yang lain mengadukan tentang kefakiran. maka beliau berkata kepadanya,beristigfarlah kepada Allah !'yang lain berkata kepada beliau ,'berdoalah kepada Allah agar DIA menganugrahiku seorang anak !'maka beliau berkata kepadanya ,'beristigfharlah kepada Allah !'

Lantasn,rabi'bin shabih berkata kepada beliau ,beberapa orang orang telah datang menemuimu untuk mengadukan berbagai macam perkara ,namuan engkau hanya memerintahkan kepada mereka agar beristigfhar..?
Beliau pun menjawab ,'apa yang ku ucapkan itu sedikit pun bukan dari diriku sendiri.sebab, Allah berfirman dalam surat nuh,'maka ku katakan kepada mereka,'mhonlah ampun kepada rabbimu,sesungguhnya DIA adalah maha  pengampun.niscaya DIA akan mengirimkan kepadamu hujan  dengan lebat.dan mebanyakkan harta dan anak-anakmu.dan mengadakan kepadamu kebun-kebun dan meengadakan pula untukmu sungai-sungai (nuh:10-12).'
Seseorang orang bertanya kepada hasan Al-bashri,Tidak malaukah salah seseoraqng di antara kita kepada rabbinya,jika ia berbuat dosa kemudia ia beristghfar,lalu melakukan dosa lgi,lantas dia beristigfhar,dan demikain seterusnya ?'
Maka beliau berkata kepadanya ,Setan ingin supaya ia bisa mengalahkan kalian dalam masalah ini.kerna itu,jangan pernah meninggalakan istirghfar selama lamanya!!!'''

2 SEDEKAH DAN ISTIGFHAR OBAT KEMANDULAN

Allah berfirman dalam kitabnya yang mulia:
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثاً وَيَهَبُ لِمَن يَشَاءُ الذُّكُورَ
 أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَاناً وَإِنَاثاً وَيَجْعَلُ مَن يَشَاءُ عَقِيماً إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ

49. Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, [Asy-Syuura 49]

50. atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. [Asy-Syuura 50]

Inilah kebijakan Allah kepada mahluk-Nya kerna itu,wajib bagi setiap mukmin untuk mencari faktor-faktor dan kemudian percaya penuh kepada Allahh .

   Sedekah dan istighfar ialah termasuk dari sekian faktor dan denganya dapt di peroleh suatu kesembuhan,dengan izin Allah,saodara ku yang mulia berikut ana ketengahkan suatu kisah yang terdapt dalam hadits !
  Abu hanifah meriwayatkan sebuah hadits dalam Musnad-nya.jabir bin abdillah meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki mendatangi nabi bertanya kepada beliau .''Wahai Rasulullah,aku belum memiliki dan belum di karuniai seorang anakpun ??''
   Maka Rasulullah menjawab,'' sesuai dengan banyknya istigfharmu dan sedekahmu,maka engkau akan di beri rizki (anak)karenanya.''akhirnya laki-laki itupun mulai memrbanyak istirghfar dan sedekahnya.
  Jabir berkata,''setelah itu laki-laki itu pun di karuniai sembilan anak laki-laki 
{musnad abu hanifah,syarhu mala alal qari'.}

        syaikh Aidh Al-Qarani berkata dalam sebagaian ceramah,
  ''Di antara hal yang membaut iba ialah ada salah seorang yang mandul,tak mempunyai seorang anak pun para dokter tak mampu lagi menanganinya dan ilmu kedokteranpun tidak dapat menjawab masalah in.lants orang itu menanyakan hal tersebut kepada salah seorang ulama,maka orang alim itu menjawab.
Hendaknya kau banyak-banyak beristighfar di waktu pgi dan sore.sebab,Allah berfirman mengenai orang-orang yang banyak beristighfar :
  dan membanyakan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”. [Nuh : 12]
  Setelah itu orang itupun meperbanyak istighfar dan mengerjakannya secara kontinu.Sehingga Allah pun berkenan memberikan keturunan yang saleh kepadanya,''

3 ITIGHFAR DAN KEBERKAHAN RIZKI 

Kisah ini di cerikan seorang sahabat dengan secara lisn .

Ada salah seorang sahabt pergi ke pasar untuk menjual barang daganganya,pasar tersebut telah penuh sesak oleh para penjual dan pembeli,sahabt tersebut lalu mulai menmpati tempat yang telah tersedia untuk berjualan,ia pun mulai mengelar barang dagannya untuk di jual dan duduk di dekatnya.
  Waktu telah berjalan lama,namun ta seorang pun yang mendekati barang dagangannya.ada orang mendatanginya untuk meliht barang dagangannya,namun segera beranjak pergi.padahl sahabt tersebut sangat membutuhkan uang dan harus menjual barang daganganya agar kebutuhannya terpenuhin.
   Waktu waktu telah berllau cukup lama dan tak seorangpun mau membelinya.sahabat itupun mulai merasa kegundahan dan mulai berfikir apa yang harus di perbuat.
  Tak di nyana,terlintas dalam fikirannya sebuah hadits yang pernah dia denger dari seorang imam masjid.imam masjid itu pernah mengatakan,''Rasulullah bersabda:
  Barang siapa memerbanyak istighfar.niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dari setiap kesusahan dan jalan keluar dari setiap kesempitan.serta dia juga aka memberikan rizki dari arah yang tak di sangka-sangka.''

     Ia pun melepaskan ikatan lisan dan hatinya.lalu terus -menerus beristighfar.ia berkata.Demi Allah,ketika akan mulai beristighfar orang-orang pun mendekatiku, pembeli yang ini ingin memebeli dagangan ku,yang lain ingin membeli untuk dirinya sendiri,yang lain melebihkan harganya,dan yang lain menambahinya lagi.jiwakupun meras tenang dan barang daganganku telah laku segala puji hanya milik Allah.
  Aku pun segera pulang membawa hasil penjualan dan segera pulang ke rumah.sementara mataku bercuruan air mata,di sebabkan aku telah banyak menyia-nyiakan harta terpendam yang sangat berharga ini,yaitu istighfar.maka,segal puji hanayha milik Allah.

4 ISTRI MULAI TENANG KERNA ISTIGHFAR
Seseorng menceritakan kisahnya dengan bertuturan berikut ini adalah cerita tersebut:

Pada suatu hari,aku pulang meenju rumah setelah seharian penuh meraskan kepayahan dan kesulitan,tatkala aku membuka pintu ,ternayata istriku telah menantikan kedtangnku serta tanpak pada dirinya tanda-tanda marah dan emosi.
  Ia pun bergegas menegurku dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.kerna tak kausa menahan diri,aku pun menegurnya dengan kemarahan dan emosi pula.padahal,padahal waktu itu telah menunjukkan akhir malam.perdebatan dan amarah pun berlanjutan hingga menjelang shubuh.
  Akhirnya,istriku mengambil keputusan untuk meninggalkan dan pergi menuju ke rumah orang tuanya.akupun berusaha membatalka keputusannya,namun tak juga berhasil.ia pergi ke kamar dan berkemas-kemas menyiapkan tas dan kopernya untuk meninggalkan rumah.ku tinggalkanlah ia keluar dari dari rumah,dan aku tidak tau hendak kemana aku pergi.saat itu aku berada dalam keadaan sangat marah dan emosi.
     Di dekat rumahku terdapt sebuah masjid sementara adzan shubuh hampir di kuamndangksn.aku pun masuk ke dalam masjid,llau berhwudu'setelah itu.aku mengerjakan shalt dua rakaat.tak lama kemudian azan shubuh berkumandang aku pun mengerjakan shalt shubuh berjemaah usai shalat aku tetap berada di dalam masjid,untuk kemudian aku mulai beristighfar kepada Allah.keadaan ku ini berlangsung hinggaa hampir 1 jam.
   Lantas kau pun bangkit untuk pulang ke rumah.tatkala pintu ku buka ternyata istirku sedang dudk menantikan kedatangku.namun kali.di wajahnya tersembul senyum yang lebar.
     Setelah ku ucapkan saalam,aku pun bertanya kepadanya,
Masihkah engkau berketetapan untuk pergi meninggalkan rumah..??Istirku menjawab,''Tidak,aku menyesali keputusanku.''
   Aku bertanya kepada diriku sendiri,Ada yang aneh apa yang sebenarnya terjadi ..??''lalu aku bertanya kepadanya tentang rahasia dari perubahan sikapnya.ia menjawab,demi Allah,aku tidk tau, Akan tetapi,semenjak satu jam yang lalu jiwaku mendadak menjadi tenang serta aku tau bahwa aku yang sala. Allah telah memebri pettunjuk kepadaku.''
  Saat itu akupun jadi ingat bahwa pada saat yang bersamaan itulah aku mulai duduk un tuk beristighfar kepada Allah,dan aku jadi ingat sabda nabi:
   Barang siapa yang memperbanyak beristighfar,niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dari setiap kesusahan dan jalan keluar dari setip kesempatan,sert DIA juga akan memberikan rizki kepadanya dari arah yng tak di sangka-sangka.''

    Benarlah Rasuluallah !!

     ''Dan tiadalah yang di ucapkannya itu (AL-QUR'AN )menurut kemauan hawa nafsunya .Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang di wahyukan (kepadanya).''(An-Najm:3-4).

      Semoga bermamfaat bagi para pembaca dan pengunjung Aamiin,,,mhon maaf jika ada kekurangan sesungguhnya kesalahan itu datangnnya dari diri saya sendiri dan segala yang baik hanya milik Allah semata.'' 


Sabtu, 17 Desember 2011

Khalifah Umar bin Khatab radhiallahu’anhu Membantu Kelahiran Seorang Rakyatnya

Suatu hari Umar bin Khatab radhiallahu’anhu pergi dari rumah untuk mengetahui secara langsung keadaan rakyatnya. Dia bertemu dengan seorang laki-laki yang duduk dengan sedih dan gelisah di pintu masjid.

Umar bertanya, “Ada apa denganmu?” laki-laki itu menjawab, “Istriku hampir melahirkan, tetapi kami tidak memiliki apapun dan tidak seorangpun bersamanya.”.

Umar menanyakan rumahnya. Lalu dia menunjuk sebuah tenda di pinggiran kota Madinah.

Umar pulang menemui istrinya, Ummu Kultsum bin Ali radhiallahu’anhu seraya berkata, “Maukah kamu memperoleh kebaikan yang Allah antarkan kepadamu?” Istrinya bertanya, “Apa itu ya Amiirul Mukminin?” Umar menjelaskan, “Seorang wanita hampir melahirkan dan tidak ada yang menemaninya.” Istrinya menjawab, “Ya.”

Umar lalu mengambil tepung, mentega, dan susu kering. Dia berangkat, diikuti istrinya di belakangnya. Ketika sampai di tenda, Umar berteriak, “Wahai penghuni tenda.” Laki-laki itu keluar. Umar menyuruh  istrinya masuk kepada wanita itu, sedangkan ia menyiapakan bejana dengan tepung, mentega dan susu kering. Umar meletakkannya di tungku. Dia meniup apinya dan mengaduk isinya.

Apa yang ada di bejana belum juga masak, tetapi telah terdengar tangisan bayi dari dalam tenda yang diikuti suara Ummu Kultsum radhiallahu’anha, “Ya Amirul Mukminin, sampaikan  berita gembira kepada temanmu, anaknya laki-laki.” Laki-laki itu terkejut. Dia berkata, “Kami telah merepotkan dan melelahkan Amirul Mukminin.”   Umar berkata, “Tidak apa-apa.  Besok pagi datanglah kepada kami. Kami akan memberimu apa yang kamu perlukan untuk keluargamu.”

Keesokan harinya laki-laki itu datang. Umar memberinya unta betina dan makanan yang memenuhi punggungnya. Laki-laki itu berbahagia dan berterimakasih kepada  Amirul Mukminin radhiallahu’anhu.  Begitulah orang  besar mencetak sebuah keteladanan.

Khalifah Abu Bakar radhiallahu’anhu Menjadi Pelayan Nenek Buta

Pada masa Khulafa’ur Rasyidin para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan para tabi’in berlomba-lomba berbuat kebaikan dengan membantu orang yang membutuhkan dan menolong orang yang teraniaya. Abu  Bakar Ash-Shidiq radhiallahu’anhu dan Umar bin Khatab radhiallahu’anhu termasuk orang yang gigih berlomba-lomba dalam amal kebaikan yang mulia ini,  yang pelakunya mendapatkan kebaikan besar di dunia dan banyak pahala di akhirat.


Peristiwa ini terjadi pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu’anhu. Pada saat itu Umar mengamati apa yang dilakukan oleh Abu Bakar, lalu dia melakukan dua kali lipatnya karena ia bermaksud mendapatkan kebaikan dan mendahului Abu Bakar ke tingkat Surga tertinggi.

Suatu hari Umar mengamati Abu Bakar Ash-Shidiq di waktu fajar. Sesuatu telah menarik perhatian Umar. Saat Abu Bakar pergi ke pinggiran kota Madinah setelah shalat Subuh. Abu  Bakar mendatangi sebuah gubuk kecil untuk beberapa saat, lalu dia pulang kembali ke rumahnya. Umar tidak mengetahui apa yang ada di dalam gubuk itu dan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Umar mengetahui seluruh kebaikan yang dilakukan oleh Abu Bakar, kecuali rahasia urusan gubuk itu.

Hari-hari terus berjalan. Abu Bakar Ash-Shidiq tetap mengunjungi gubuk kecil di pinggiran kota itu. Umar tetap belum mengetahui apa  yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Sampai akhirnya Umar memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk itu sesaat setelah Abu Bakar meninggalkannya. Umar ingin melihat apa yang ada di dalam gubuk itu dengan matanya sendiri. Dia ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh sahabatnya disitu.

Manakala Umar masuk ke dalam gubuk kecil itu, Umar mendapakan seorang nenek tua yang lemah tanpa bisa bergerak. Nenek itu juga buta kedua matanya. Tidak ada sesuatu pun di dalam gubuk kecil itu. Umar tercengang dengan yang dilihatnya. Dia ingin mengetahui ada hubungan apa nenek tua ini dengan Abu Bakar radhiallahu’anhu.

Umar bertanya, “Apa yang dilakukan laki-laki itu (Abu Bakar) di sini?”. Nenek tua itu menjawab, “Demi Allah, aku tidak mengenalnya, wahai anakku.  Setiap pagi dia datang, membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia menyiapkan makan untukku.  Kemudian dia pergi tanpa berbicara apapun denganku”

Umar menekuk kedua lututnya, kedua matanya basah oleh air mata. Kemudian ia mengucapkan kalimatnya yang masyhur, “Wahai Abu Bakar, sungguh engkau telah membuat lelah para khalifah sesudahmu”   (maksudnya, khalifah berikutnya sesudah kekhalifahan Abu Bakar harus bekerja lebih keras agar mampu menandingi kualitas kekhalifahan Abu Bakar).

''KISAH JULAIBIB DAN ISTRI YANG TA'AT''

Wanita yang benar-benar shalihah ibarat seseorang yang tahan memegang bara api yang panas …

Jika telah sampai suatu perintah syariat pada seorang wanita muslimah maka ia segera taat, terima, dan tunduk (walau itu berat untuk dijalankannya).  Dia tidak menyanggah, tidak membangkang, ataupun mencari alasan untuk tidak menerimanya.

Perhatikanlah cerita wanita mulia ini! Cerita tentang seorang pengantin wanita

Adalah seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bernama Julaibib. Wajahnya sungguh tidak  menarik dan miskin pula. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menawarinya menikah. Dia berkata (tidak percaya), “Kalau begitu, Anda menganggapku tidak laku?”

Beliau bersabda, “Tetapi kamu di sisi Allah bukan tidak laku.”

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa terus mencari kesempatan untuk menikahkan Julaibib…

Hingga suatu hari, seorang laki-laki dari Anshar datang menawarkan putrinya yang janda kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar beliau nikahi. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Ya. Wahai fulan! Aku akan menikahkan putrimu.”

“Ya, dan sungguh itu suatu kenikmatan, wahai Rasulullah,” katanya riang.

Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku tidak menginginkannya untuk diriku…”

“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.

Beliau menjawab, “Untuk Julaibib…”

Ia terperanjat, “Julaibib, wahai Rasulullah?!!  Tunggu dulu ya Rasulullah.. Biarkan aku meminta pendapat ibunya….”

Laki-laki itu pun pulang kepada istrinya seraya berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melamar putrimu.”

Dia menjawab, “Ya, dan itu suatu kenikmatan…”

“Menjadi istri Rasulullah!” tambahnya girang.

Dia berkata lagi, “Sesungguhnya beliau tidak menginginkannya untuk diri beliau.”

“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.

“Beliau menginginkannya untuk Julaibib,” jawabnya.

Dia berkata, “Aku siap memberikan leherku untuk Julaibib… ! Tidak. Demi Allah! Aku tidak akan menikahkan putriku dengan Julaibib. Padahal, kita telah menolak lamaran si fulan dan si fulan…” katanya lagi.

Sang bapak pun sedih karena hal itu, dan ketika hendak beranjak menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (untuk menyampaikan penolakannya), tiba-tiba putrinya (yang sejak tadi menguping) berteriak memanggil ayahnya dari kamarnya, “Siapa yang melamarkanku kepada kalian?”

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,” jawab keduanya.

Dia berkata, “Apakah kalian akan menolak perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”

“Bawa aku menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh, beliau tidak akan menyia-nyiakanku,” lanjut sang putri.

Sang bapak pun pergi menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, seraya berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, terserah Anda. Nikahkanlah dia dengan Julaibib.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun menikahkannya dengan Julaibib, serta mendoakannya,

“Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.”

Tidak selang beberapa hari pernikahannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar untuk berangkat dalam peperangan (jihad fisabilillah), dan Julaibib ikut serta bersama beliau. Setelah peperangan usai, dan para shahabat mulai saling mencari satu sama lain diantara mayat-mayat yang bergelimpangan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”

Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan si fulan dan si fulan…”

Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”

Setelah semuanya selesai mencari, Rasulullah bersabda, “Aku kehilangan Julaibib…”

Mereka pun ramai-ramai mencari dan memeriksanya di antara orang-orang yang terbunuh. Tetapi mereka tidak menemukannya di arena pertempuran. Terakhir, mereka menemukannya di sebuah tempat terpisah yang tidak begitu jauh dari lokasi pertempuran.  Mayat Julaibib ditemukan diantara tujuh mayat orang-orang musyrik. Dia telah membunuh mereka, kemudian akhirnya ia terbunuh juga.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri memandangi mayatnya, lalu berkata,”Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia dari golonganku dan aku dari golongannya.”

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membopongnya di atas kedua lengannya dan memerintahkan mereka agar menggali tanah untuk menguburnya.

Anas radhiallahu ‘anhu bertutur kisah tentang peristiwa itu, “Selama kami menggali kubur, tubuh Julaibib radhiallahu ‘anhu tidak memiliki alas kecuali kedua lengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga ia digalikan dan diletakkan di liang lahatnya

Anas radhiallahu ‘anhu berkata kemudian, “Demi Allah! Tidak ada di tengah-tengah orang Anshar yang lebih banyak berinfak daripada janda Julaibib (setelah wafatnya Julaibib, jandanya menerima begitu banyak pampasan perang sebagai hadiah penghargaan, red).  Kemudian, para tokoh pun berlomba melamar janda Julaibib …”

Sungguh ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wata’ala,

“Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itu adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (An-Nur: 52).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah bersabda, sebagaimana dalam ash-Shahih, “Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.”  Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang enggan itu?”  Beliau bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku, maka ia masuk surga, dan barangsiapa mendurhakaiku berarti ia telah enggan.”

Jumat, 16 Desember 2011

''TAUBATNYA AHLI MAKSIAT''

Kisah ini diambil dari majalah “Al-Ummah Al-Qatriyyah” No. 70, dari kolom bertajuk “TAUBAT”, ditulis oleh Husein Uwais Mathar.
Sungguh sahabatku telah berubah, tertawanya renyah lembut menyapa setiap telinga, laksana fajar menyingsing menyambut pagi. Padahal sebelumnya tertawanya seringkali memekakkan telinga dan menyakiti perasaan. Kini pandangannya sejuk penuh tawadhu. Sedangkan sebelumnya penuh dengan pandangan yang destruktif. Ucapan yang keluar dari mulutnya kini penuh dengan perhitungan, padahal sebelumnya sesumbar ke sana kemari melukai dan menyakiti hati orang, tidak peduli dan tidak ada beban dosa. Wajahnya tenang diliputi cahaya hidayah setelah sebelumnya terkesan garang dan tidak ada belas kasihan.
Aku tatap wajahnya, dia paham apa yang aku inginkan, lalu ia berkata,
“Sepertinya engkau ingin bertanya kepadaku. Apa yang membuatmu berubah?”
“Ya, itu yang aku ingin Tanya kepadamu”, tandasku, wajahmu yang kulihat beberapa tahun yang lalu berbeda 180 derajat dengan wajah yang kulihat sekarang.
سُبْحَانَ مُغَيِّرِ الأَحْوَالِ
Maha suci Allah yang Maha merubah keadaan,” katanya penuh rasa syukur. “Hmm… pasti di balik semua itu ada kisah menariknya,” komentarku.
“Ya, kisahnya bila kukenang, selalu menambah keimananku kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, kisahnya melebihi khayalan, namun tetap sebuah kenyataan yang telah merubah arah hidupku, sekarang aku akan ceritakan semua kisah ini.”
Ketika aku sedang mengendarai mobil menuju Kairo, di salah satu jembatan yang menghubungkan kota tersebut, tiba-tiba seekor sapi dan seorang anak kecil melintas di depanku, aku kaget dan tidak dapat mengendalikan kendaraan. Tanpa sadar mobilku terjun ke sungai, dan aku sudah ada di dalam air. Aku angkat kepalaku ke atas agar bisa bernafas, tetapi mobilku terus tenggelam dan air nyaris memenuhi dalam mobilku, tanganku segera menjamah gagang pintu, tapi pintunya terkunci. Saat itu aku merasa akan segera mati, yang terbayang adalah perjalanan hidupku yang penuh dengan dosa dan noda. Segalanya seperti gelap, seperti berada di terowongan yang dalam dan gelap, panik mencekam dan batinku berteriak, “Yaa Rabb… Selamatkanlah aku, bukan dari kematian yang sebentar lagi akan kualami, tapi selamatkanlah aku dari segala dosa yang telah melingkupi diriku, aku merasa jiwaku seperti melayang dan mohon ampun kepada Allah sebelum menemui-Nya, lalu aku mengucap dua kalimat syahadat, aku mulai merasa akan mati.
Aku berusaha menggerakkan tanganku untuk menggapai sesuatu, tiba-tiba tanganku menyentuh sesuatu yang bolong, aku ingat!, bolongan tersebut berasal dari kaca bagian depan, yang pecah sejak tiga hari yang lalu, tanpa pikir panjang lagi, aku dorong sekuat tenaga badanku keluar dari kaca bolong tersebut, aku kembali melihat cahaya terang, aku lihat masyarakat menyaksikan dari tepi sungai seraya saling berteriak keras agar ada salah seorang yang menolongku, lalu terjun dua orang dari mereka ke sungai dan membawaku ke tepinya, dengan fisik yang lemah lunglai aku masih merasa tidak yakin bisa selamat dan kembali hidup, dari kejauhan kulihat mobilku perlahan-lahan terbenam ke dalam air. Sejak detik itu aku merasa sangat ingin meninggalkan masa laluku yang penuh dengan dosa, hal itu langsung kubuktikan sesampainya di rumah, langsung kurobek-robek gambar dan poster para selebritis pujaan dan gambar wanita setengah telanjang yang sengaja kupajang di dinding rumahku, lalu aku masuk ke kamar dan menghempaskan badanku di atas kasur sambil menangis, baru pertama kali ini aku merasa menyesal terhadap dosa-dosa yang telah kuperbuat, semakin keras tangisku dan semakin deras air mataku bercucuran, sementara badanku gemetar. Saat itulah aku mendengar azan, seakan-akan aku baru mendengarnya pertama kali. Aku langsung bangkit berdiri dan segera bergegas mengambil air wudhu. Di masjid, setelah aku menunaikan shalat, aku menyatakan taubat dan mohon kepada Allah  agar mengampuniku; Sejak itulah sebagaimana yang engkau lihat sekarang wajahku berubah karena taubat.”
Aku tertegun mendengar ceritanya lalu aku katakan kepadanya :
هَنِيْئًا لَكَ يَا أخِيْ وَحَمْدًا للهِ عَلَى سَلاَمَتِكَ لَقَدْ أَرَادَ اللهُ بِكَ خَيْرًا وَاللهُ يَتَوَلاَّكَ وَيَرْعَاكَ وَيُثَبِّتُ عَلَى الْحَقِّ خُطَاكَ
“Berbahagialah engkau hai saudaraku, segala puji bagi Allah atas keselamatanmu, sungguh Allah telah menghendaki kebaikan terhadapmu, Allah akan selalu melindungimu dan menjagamu, serta mengokohkan langkahmu di atas kebenaran”

Kamis, 15 Desember 2011

KISAH HABIL DAN QABIL PUTERA NABI ADAM AS

Tatacara hidup suami isteri Adam dan Hawa di bumi mulai tertib dan sempurna tatkala Hawa bersedia untuk melahirkan anak-anaknya yang akan menjadi benih pertama bagi umat manusia di dunia ini.

Siti Hawa melahirkan kembar dua pasang. Pertama lahirlah pasangan Qabil dan adik perempuannya yang diberi nama "Iqlima", kemudian menyusul pasangan kembar kedua Habil dan adik perempuannya yang diberi nama "Lubuda".

Kedua orang  tua, Nabi Adam dan Siti Hawa, menerima kelahiran keempat putera puterinya itu dengan senang dan gembira, walaupun Hawa telah menderita apa yang lumrahnya dideritai oleh setiap ibu yang melahirkan bayinya. Mereka mengharapkan dari keempat anak pertamanya ini akan menurunkan anak cucu yang akan berkembang biak untuk mengisi bumi Allah dan menguasai sesuai dengan amanat yang telah di bebankan ke atas bahunya.

Di bawah naungan ayah ibunya yang penuh cinta dan kasih sayang maka membesarlah keempat-empat anak itu dengan cepatnya melalui masa kanak-kanak dan menginjak masa remaja. Yang perempuan sesuai dengan kudrat dan fitrahnya menolong ibunya mengurus rumahtangga dan mengurus hal-hal yang menjadi tugas wanita,sedang yang laki-laki menempuhi jalannya sendiri mencari nafkah untuk memenuhi keperluan hidupnya. Qabil berusaha dalam bidang pertanian sedangkan Habil di bidang perternakan.

Penghidupan sehari-hari keluarga Adam dan Hawa berjalan tertib sempurna diliputi rasa kasih sayang saling cinta mencintai hormat menghormati masing-masing meletakkan dirinya dalam kedudukan yang wajar si ayah terhadap isterinya dan putera-puterinya,si isteri terhadap suami dan anak-anaknya. Demikianlah pula pergaulan di antara keempat bersaudara berlaku dalam harmoni damai dan tenang saling bantu membantu hormat menghormati dan bergotong-royong.

Keempat Anak Adam Memasuki Alam Remaja

Keempat putera-puteri Adam mencapai usia remaja dan memasuki alam akil baligh di mana nafsu berahi dan syahwat serta hajat kepada hubungan kelamin makin hari makin nyata dan nampak pada gaya dan sikap mereka hal mana menjadi pemikiran kedua orang tuanya dengan cara bagaimana menyalurkan nafsu berahi dan syahwat itu agar terjaga kemurnian keturunan dan menghindari hubungan kelamin yang bebas di antara putera-puterinya.

Kepada Nabi Adam Allah memberi ilham dan petunjuk agar kedua puteranya dikahwinkan dengan puterinya. Qabil dikahwinkan dengan adik Habil yang bernama Lubuda dan Habil dengan adik Qabil yang bernama Iqlima.

Cara yang telah di ilham oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Adam telah disampaikan kepada kedua puteranya sebagai keputusan si ayah yang harus dipatuhi dan segera dilaksanakan untuk menjaga dan mengekalkan suasana damai dan tenang yang meliputi keluarga dan rumahtangga mereka. Akan tetapi dengan tanpa diduga dan disangka rancangan yang diputuskan itu ditolak mentah-mentah oleh Qabil dan menyatakan bahawa ia tidak mahu mengahwini Lubuda, adik Habil dengan mengemukakan alasan bahawa Lubuda adalah buruk dan tidak secantik adiknya sendiri Iqlima. Ia berpendapat bahawa ia lebih patut mempersunting adiknya sendiri Iqlima sebagai isteri dan sekali-kali tidak rela menyerahkannya untuk dikahwinkan oleh Habil. Dan memang demikianlah kecantikan dan keelokan paras wanita selalu menjadi fitnah dan rebutan lelaki yang kadang-kadang menjurus kepada pertentangan dan permusuhan yang sampai mengakibatkan hilangnya nyawa dan timbulnya rasa dendam dan dengki di antara sesama keluarga dan sesama suku.

Kerana Qabil tetap berkeras kepala tidak mahu menerima keputusan ayahnya dan meminta supaya dikahwinkan dengan adik kembarnya sendiri Iqlima maka Nabi Adam seraya menghindari penggunaan kekerasan atau paksaan yang dapat menimbulkan perpecahan di antara saudara serta mengganggu suasana damai yang meliputi keluarga beliau secara bijaksana mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Tuhan untuk menentukannya. Caranya ialah bahawa masing- masing dari Qabil dan Habil harus menyerahkan korban kepada Tuhan dengan catatan bahawa barang siapa di antara kedua saudara itu diterima korbannya ialah yang berhad menentukan pilihan jodohnya.

Qabil dan Habil menerima baik jalan penyelesaian yang ditawarkan oleh ayahnya. Habil keluar dan kembali membawa peliharaannya sedangkan Qabil datang dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cucuk tanamnya yang rosak dan busuk kemudian diletakkan kedua korban itu kambing Habil dan gandum Qabil di atas sebuah bukit lalu pergilah keduanya menyaksikan dari jauh apa yang akan terjadi atas dua jenis korban itu.

Kemudian dengan disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Adam yang menanti dengan hati berdebar apa yang akan terjadi di atas bukit di mana kedua korban itu diletakkan, terlihat api besar yang turun dari langit menyambar kambing binatang korban Habil yang seketika itu musnah ternakan oleh api sedang karung gandum kepunyaan Qabil tidak tersentuh sedikit pun oleh api dan tetap tinggal utuh.

Maka dengan demikian keluarlah Habil sebagai pemenang dalam pertaruhan itu karena korban kambing telah diterima oleh Allah sehingga dialah yang mendapat keutamaan untuk memilih siapakah di antara kedua gadis saudaranya itu yang akan dipersandingkan menjadi isterinya.

Pembunuhan Pertama Dalam Sejarah Manusia

Dengan telah jalurnya keputusan dari langit yang menerima korban Habil dan menolak korban Qabil maka pudarlah harapan Qabil untuk mempersandingkan Iqlima tidak puas dengan keputusan itu namun tidak ada jalan untuk menyoalkan. Ia menyerah dan memerainya dengan rasa kesal dan marah sambil menaruh dendam terhadap Habil yang akan dibunuh di kala ketiadaan ayahnya.

Ketika Adam hendak berpergian dan meninggalkan rumah beliau mengamanahkan rumahtangga dan keluarga kepada Qabil. Ia berpesan kepadanya agar menjaga baik-baik ibu dan saudara-saudaranya selama ketiadaannya. Ia berpesan pula agar kerukunan keluarga dan ketenangan rumahtangga terpelihara baik-baik jangan sampai terjadi hal-hal yang mengeruhkan suasana atau merosakkan hubungan kekeluargaan yang sudah akrab dan intim.

Qabil menerima pesanan dan amanat ayahnya dengan kesanggupan akan berusaha sekuat tenaga menyelenggarakan amanat ayahnya dengan sebaik-baiknya dan sempurna berpergiannya akan mendapat segala sesuatu dalam keadaan baik dan menyenangkan. Demikianlah kata-kata dan janji yang keluar dari mulut Qabil namun dalam hatinya ia berkata bahawa ia telah diberi kesempatan yang baik untuk melaksanakan niat jahatnya dan melepaskan rasa dendamnya dan dengkinya terhadap Habil saudaranya.

Tidak lama setelah Adam meninggalkan keluarganya datanglah Qabil menemui Habil di tempat penternakannya. Berkata ia kepada Habil:"Aku datang ke mari untuk membunuhmu. Masanya telah tiba untuk aku lenyapkan engkau dari atas bumi ini."

"Apa salahku?"tanya Habil. Dengan asalan apakah engkau hendak membunuhku?"

Qabil berkata:"Ialah kerana korbanmu diterima oleh Allah sedangkan korbanku ditolak yang bererti bahawa engkau akan mengahwini adikku Iqlima yang cantik dan molek itu dan aku harus mengahwini adikmu yang buruk dan tidak mempunyai gaya yang menarik itu."

Habil berkata:"Adakah berdosa aku bahawa Allah telah menerima korbanku dan menolak korbanmu?Tidakkah engkau telah bersetuju cara penyelesaian yang diusulkan oleh ayah sebagaimana telah kami laksanakan?Janganlah tergesa-gesa wahai saudaraku, mempertaruhkan hawa nafsu dan ajakan syaitan! Kawallah perasaanmu dan fikirlah masak- masak akan akibat perbuatanmu kelak! Ketahuilah bahawa Allah hanya menerima korban dari orang-orang yang bertakwa yang menyerahkan dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan niat yang murni.Adakah mungkin sesekali bahawa korban yang engkau serahkan itu engkau pilihkannya dari gandummu yang telah rosak dan busuk dan engkau berikan secara terpaksa bertentangan dengan kehendak hatimu, sehingga ditolak oleh Allah, berlainan dengan kambing yang aku serahkan sebagai korban yang sengaja aku pilihkan dari perternakanku yang paling sihat dan kucintai dan ku serahkannya dengan tulus ikhlas disertai permohonan diterimanya oleh Allah.

Renungkanlah, wahai saudaraku kata-kataku ini dan buangkanlah niat jahatmu yang telah dibisikkan kepadamu oleh Iblis itu, musuh yang telah menyebabkan turunnya ayah dan ibu dari syurga dan ketahuilah bahawa jika engkau tetap berkeras kepala hendak membunuhku, tidaklah akan aku angkat tanganku untuk membalasmu kerana aku takut kepada Allah dan tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diredhainya.Aku hanya berserah diri kepada-Nya dan kepada apa yang akan ditakdirkan bagi diriku."

Nasihat dan kata-kata mutiara Habil itu didengar oleh Qabil namun masuk telinga kanan keluar telinga kiri dan sekali-kali tidak sampai menyentuh lubuk hatinya yang penuh rasa dengki, dendam dan iri hati sehingga tidak ada tempat lagi bagi rasa damai, cinta dan kasih sayang kepada saudara sekandungnya. Qabil yang dikendalikan oleh Iblis tidak diberinya kesempatan untuk menoleh kebelakang mempertimbangkan kembali tindakan jahat yang dirancangkan terhadap saudaranya, bahkan bila api dendam dan dengkin didalam dadanya mulai akan padam dikipasinya kembali oleh Iblis agar tetap menyala-yala dan ketika Qabil bingung tidak tahu bagaimana ia harus membunuh Habil saudaranya, menjelmalah Iblis dengan seekor burung yang dipukul kepalanya dengan batu sampai mati. Contoh yang diberikan oleh Iblis itu diterapkannya atas diri Habil di kala ia tidur dengan nyenyaknya dan jatuhlah Habil sebagai korban keganasan saudara kandungnya sendiri dan sebagai korban pembunuhan pertama dalam sejarah manusia

Penguburan Jenazah Habil

Qabil merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya.ia tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan tubuh saudaranya yang semakin lama semakin busuk itu.Diletakkannyalah tubuh itu di sebuah peti yang dipikulnya seraya mundar-mundir oleh Qabil dalam keadaan sedih melihat burung-burung sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh jenazah Habil yang sudah busuk itu.

Kebingungan dan kesedihan Qabil tidak berlangsung lama kerana ditolong oleh suatu contoh yang diberikan oleh Tuhan kepadanya sebagaimana ia harus menguburkan jenazah saudaranya itu.Allah s.w.t. Yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana, tidak rela melihat mayat hamba-Nya yang soleh dan tidak berdosa itu tersia-sia demikian rupa, maka dipertunjukkanlah kepada Qabil, bagaimana seekor burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan, ke dalam lubang yang telah digalinya, dan menutupi kembali dengan tanah. Melihat contoh dan pengajaran yang diberikan oleh burung gagak itu, termenunglah Qabil sejenak lalu berkata pada dirinya sendiri:"Alangkah bodohnya aku, tidakkah aku dapat berbuat seperti burung gagak itu dan mengikuti caranya menguburkan mayat saudaraku ini?"

Kemudian kembalilah Adam dari perjalanan jauhnya.Ia tidak melihat Habil di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul.Bertanyalah ia kepada Qabil:"Di manakah Habil berada?Aku tidak melihatnya sejak aku pulang."

Qabil menjawab:"Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habil yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi."

Melihat sikap yang angkuh dan jawapan yang kasar dari Qabil, Adam dapat meneka bahawa telah terjadi sesuatu ke atas diri Habil, puteranya yang soleh, bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu.Pada akhirnya terbukti bahawa Habil telah mati dibunuh oleh Qabil sewaktu peninggalannya.Ia sangat sesal di atas perbuatan Qabil yang kejam dan ganas itu di mana rasa persaudaraan, ikatan darah dan hubungan keluarga diketepikan sekadar untuk memenuhi hawa nafsu dan bisikan yang menyesatkan.

Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikurniai kesabaran dan keteguhan iman baginya dan kesedaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya Qabil.

Kisah Qabil dan Habil Dalam Al-Quran

Dan bacakanlah (wahai Muhammad) kepada mereka kisah (mengenai) dua orang anak Adam (Habil dan Qabil) yang berlaku dengan sebenarnya, iaitu ketika mereka berdua mempersembahkan satu persembahan korban (untuk mendampingkan diri kepada Allah). Lalu diterima korban salah seorang di antaranya (Habil), dan tidak diterima (korban) dari yang lain (Qabil). Berkata (Qabil):" Sesungguhnya aku akan membunuhmu!". (Habil) menjawab: "Hanyasanya Allah menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa; (Al-Maidah 5:27)
 
Maka nafsu jahat (Qabil) mendorongnya (sehingga ia tergamak) membunuh saudaranya, lalu ia membunuhnya. Oleh itu menjadilah dia dari golongan orang-orang yang rugi .(Al-Maidah 5:30)
 
Kemudian Allah hantarkan seekor burung gagak (menyuruhnya) mengorek-ngorek di bumi supaya, diperlihatkan kepada (Qabil) bagaimana cara menimbus mayat saudaranya. (Qabil) berkata: "Wahai celakanya aku! Alangkah lemah serta bodohnya aku, aku tidak tahu berbuat seperti burung gagak ini, supaya aku dapat menimbuskan mayat saudaraku?". Kerana itu menjadilah ia dari golongan orang-orang yang menyesal. (Al-Maidah 5:31)
 
Pengajaran Dari Kisah Putera Nabi Adam a.s.

 
Bahawasanya Allah s.w.t. hanya menerima korban dari seseorang yang menyerahkannya dengan tulus dan ikhlas, tidak dicampuri dengan sifat riyak, takabur atau ingin dipuji.Barang atau binatang yang dikorbankan harus yang masih baik dan sempurna dan dikeluarkannya dari harta dan penghasilan yang halal.Jika korban itu berupa binatang sembelihan, harus yang sihat, tidak mengandungi penyakit atau pun cacat, dan jika berupa bahan makanan harus yang masih segar baik dan belum rusak atau busuk.

Bahawasanya penyelesaian jenazah manusia yang terbaik adalah dengan cara penguburan sebagaimana telah diajarkan oleh Allah kepada Qabil.itulah cara paling sesuai dengan martabat manusia sebagai makhluk yang dimuliakan dan diberi kelebihan oleh Allah di atas makhluk-makhluk lainnya, menurut firman Allah dalam surah "Al-Isra" ayat 70 yang bererti ; "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.Kami angkut mereka di daratan dan di lautan.Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan''


NABI ADAM AS

 Nabi Adam A.S. merupakan nabi dan juga manusia pertama yang bergelar khalifah Allah yang dimuliakan dan ditinggikan darjatnya menjadi nabi yang pertama. Baginda diutuskan kepada anak cucunya agar menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Maka di antara mereka ada yang taat dan ada pula yang enggan.
Nabi Adam A.S. pada mulanya ditempatkan di syurga tetapi telah diturunkan ke bumi bersama isterinya, Hawa kerana mengingkari perintah Allah.

Ringkasan riwayat hidup

Setelah Allah s.w.t. menciptakan bumi, langit, malaikat-malaikatnya; Allah mahu mencipta pula sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi serta memeliharanya.

Para malaikat ketika dikhabarkan oleh Allah akan kehendak-Nya menciptakan makhluk itu, mereka risau sekiranya kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu akan menyebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau kerana pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disedari. Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:

“Wahai Tuhan kami! Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-henti, sedangkan makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu, nescaya akan bertengkar satu dengan lain, akan saling bunuh-membunuh kerana berebut untuk menguasai kekayaan alam yang terlihat di atasnya dan terpendam di dalamnya, sehingga akan terjadilah kerosakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu.”
Allah berfirman, menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:

“Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku. Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepadanya, maka bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah, kerana Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya.” [Al-Baqarah 2:30]

Kemudian, diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang berbentuk. Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna:

PENCIPTAAN ADAM
Kesombongan Iblis
Ketika semua makhluk syurga sujud kepada keagungan Allah itu, Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah kerana merasa dirinya lebih mulia, lebih utama dan lebih agung dari Adam. Demikian halnya adalah disebabkan Iblis diciptakan dari unsur api sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan dengan asal-usulnya menjadikannya sombong dan tidak layak untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain, walaupun telah diperintah oleh Allah.

Disebabkan oleh kesombongan, kebongkakan dan keengganan melakukan sujud yang diperintahkan, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusirnya dari syurga dan mengeluarkannya daripada barisan malaikat disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga hari kiamat. Di samping itu, dia telah dijamin sebagai penghuni neraka.

Iblis dengan sombongnya menerima hukuman Tuhan itu dan dia hanya bermohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal sehingga hari kemusnahan alam. Allah memperkenankan permohonannya itu. Tanpa berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, dia sebaliknya mengancam akan menyesatkan Adam, sebagai punca terusirnya dia dari syurga, dan akan datang kepada anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan mengikutinya menempuh jalan yang sesat.

Kemudian, Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu sambil melaknatnya. Allah berkata bahawa Iblis tidak akan berjaya menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.

Pengetahuan Adam mengenai nama-nama benda
Allah hendak menghilangkan pandangan serong para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka diajarkan kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta, kemudian ditunjukkan benda-benda itu di hadapan para malaikat lalu mencabar malaikat menyebut nama itu untuk kalahkan Adam. Para malaikat tidak berdaya menyahut cabaran Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengaku ketidaktahuaan mereka dengan mengatakan yang mereka tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajarkan mereka.

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahu nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahawa Dia sahaja yang mengetahui rahsia langit dan bumi serta mengetahui apa yang zahir dan tersembunyi.

Adam menghuni Syurga
Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya, menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunannya. Menurut cerita para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri pada waktu baginda masih tidur sehingga ketika baginda terjaga, baginda melihat Hawa sudah berada di sisinya. Lalu baginda disoal oleh malaikat:”Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?”

Berkatalah Adam:”Seorang perempuan.”Sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya.”Siapa namanya?”tanya malaikat lagi.”Hawa”,jawab Adam.”Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?”,tanya malaikat lagi. Adam menjawab:”Untuk mendampingiku, memberi kebahagian kepadaku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah.”

Allah berpesan kepada Adam:”Tinggallah engkau bersama isterimu di syurga, rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya, rasailah dan makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan nafsumu. Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar,dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya. Akan tetapi janganlah engkau makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim. Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu,ia akan berusaha memujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmati ini.”

Iblis mula bertindak
Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh Allah dari Syurga akibat keengganannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan hasad dengki terhadap Adam yang menjadi penyebab sehinggakan dia dikutuk dan dilaknat selama-lamanya serta tersingkir dari singgahsana kebesarannya. Iblis mula menunjukkan rancangan untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia.

Dia menyatakan kepada mereka bahawa dia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka. Pelbagai cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa dia betul-betul jujur dalam nasihat dan memberi petunjuk kepada mereka. Dia membisikkan kepada mereka bahawa larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjukkan itu adalah kerana dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal. Diulang-ulangi lpujukkan itu dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang itu dan indah nian bentuk buahnya serta lazat rasanya. Akhirnya termakanlah pujuk rayu yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan melanggari larangan Tuhan.

Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud:
“Tidakkah Aku mencegah kamu daripada mendekati pohon itu dan memakan buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata.”

Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah mereka bahawa mereka telah melanggari perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan serta dosa besar. Maka mereka menyesal dan berkatalah mereka:

“Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiayai diri kami sendiri dan telah melanggari perintah-Mu kerana terikut pujukan Iblis. Ampunilah dosa kami kerana nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami.”

Adam dan Hawa diturunkan ke Bumi
Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampunkan perbuatan yang mereka telah lakukan. Hal ini demikian telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian mereka terhadap peringatan Tuhan mengenai Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa pujukan dan rayunya yang manis namun beracun itu.

Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar tidak mengulangi pelanggaran yang telah dilakukan serta menimbulkan murka seta teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan pujukan Iblis yang dilaknat itu. 

Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar kerana perbuatan mereka melanggar perintah Allah, hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya. Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. 

Allah s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk diterokaiya, akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu. Berfirmanlah Allah kepada mereka:”Turunlah kamu ke bumi sebahagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disana sampai waktu yang telah ditentukan.”

Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali.Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat serta tabiat mereka yang berbeza-beza serta warna kulit dan kecerdasan otaknya.

Umat manusia akan hidup berkelompok dan menjadi suku-suku serta bangsa-bangsa yang mana selah satu akan menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh, aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga Allah mengutuskan nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya untuk memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus dan penuh damai , kasih sayang di antara sesama manusia untuk menuju jalan yang diredhai-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.

Kisah Adam dalam Al-Quran
Al-Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah Al-Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al-A’raaf ayat 11 sehingga 25

Pengajaran yang terdapat dari kisah Adam
Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oleh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah akan menciptakan manusia – keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi sehinggakan mereka seakan-akan keberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk apa Allah menciptakan makhluk lain daripada mereka yang sudah taat, rajin beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagung- agungkankan nama-Nya.

Bahawasanya manusia walaupun telah dikurniakan kecergasan berfikir dan kekuatan fizikal dan mental mereka tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya seperti sifat lalai, lupa dan khilaf. Seperti mana yang telah terjadi pada diri Nabi Adam walaupun baginda telah menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan kedudukan yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusia yang lemah itu. Baginda telah lupa dan mengingkari perintah Allah kepadanya mengenai pohon terlarang itu dan mengenai Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.

Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa tidakkah sepatutnya mereka berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan asalkan mereka sedar akan kesilapan dan bertaubat serta tidak akan mengulanginya . Rahmat Allah dan maghfirah-Nya dapat mencakupi segala dosa yang dilakukan oleh hamba-Nya kecuali syirik sekalipun dosa besar asalkan diikuti dengan kesedaran bertaubat dan pengakuan kesalahan.

Sifat sombong dan bongkak selalu membawa kepada kerugian dan kebinasaan. Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya dilucutkan kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari syurga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya sehingga hari Kiamat kerana kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga dia menganggap dan memandang rendah Nabi Adam dan menolak untuk sujud menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah SWT.

Selasa, 13 Desember 2011

''SAYAP BURUNG DARA''


R E N U N G A N ....!!!

Sekumpulan burung dara tampak berkerumun di depan sarang mereka di sebuah pohon besar di tepian hutan. Keluarga besar burung ini sepertinya sedang bersiap untuk terbang ke suatu tempat. Wajah-wajah riang menghias tingkah mereka.

Hari itu, keluarga besar burung dara itu memang akan berangkat menuju ladang jagung yang bersebelahan dengan hutan tempat mereka tinggal. Naluri mereka seperti sudah menjadwalkan kalau hari itu butiran-butiran jagung lezat akan berserakan seusai panen petani.

“Ah, sebuah tempat yang begitu mengasyikkan,” bisik hati seekor burung dara muda yang juga tak mau ketinggalan. Dan, mereka pun mulai mengepak-ngepakkan sayap masing-masing untuk siap terbang.

Sayangnya, sebatang dahan kering tiba-tiba terjatuh dan tepat menimpa si burung dara muda. “Aduh!” teriak sang burung spontan.

Dahan patah yang terjatuh dari ketinggian itu tepat menimpa sayap kanan sang burung. Ia pun merintih kesakitan.

Semua burung yang lain sudah terlanjur terbang meninggalkan si burung dara muda yang masih di depan sarang. Begitu bersemangatnya mereka terbang, hingga lupa kalau salah satu saudara mereka masih tertinggal di pintu sarang.

Kini tinggallah si burung dara muda merintih kesakitan. Beberapa kali ia mencoba terbang, tapi sayapnya yang luka masih nyeri untuk digerakkan. ”Ah, mungkin sayap kananku patah!” keluh sang burung masih membayangkan tempat indah yang mungkin kini sedang dinikmati saudara-saudaranya.

Dalam kesendirian itu, ia sempat bergumam, ”Tuhan, kenapa kau timpakan ketidaknyamanan hanya buatku seorang.”

Selama beberapa jam ia menunggu kepulihan sayapnya agar bisa terbang. Tiba-tiba, seekor burung dara menukik tajam dan nyaris menabrak sarang di mana si burung muda beristirahat. Ia pun kaget ketika mendapati salah seorang saudaranya sudah berada persis di depannya dengan beberapa luka di bagian pangkal kaki dan dada.

“Ada apa, saudaraku?” ucap si burung dara muda sambil memeriksa luka saudaranya. “Mana yang lain?” sambungnya.

Dengan tertatih-tatih, saudara burung itu pun berujar pelan. ”Semuanya tertangkap jebakan manusia. Hanya aku yang berhasil kabur,” ucap sang burung sebelum akhirnya terkulai.

Saat itu, si burung dara muda pun tercenung. Ia seolah bingung, apakah dengan kondisi patah sayapnya itu ia sedang diberikan ketidaknyamanan oleh Tuhan, atau sebaliknya.

Saodaraku yang di muliakan Allah dalam upaya menggapai cita-cita hidup, tidak jarang terjadi ‘patah sayap’ yang dialami sebagian kita. Bisa berupa gagal karir karena musibah, putus pendidikan karena biaya, gagal berjodohan karena sesuatu hal, dan sebagainya
Nurani kemanusiaan kita pun seperti berontak untuk akhirnya mengatakan, “Tuhan, kenapa Kau timpakan ketidaknyamanan ini buatku seorang?”

Kalau saja ada kemampuan mata kita untuk melihat ujung perjalanan waktu yang akan kita alami, kalau saja kita bisa mengintip dari celah tirai hikmah hidup yang akan dilalui, mungkin hati dan lidah kita akan berujar, ”Terima kasih atas ketidaknyamanan ini, wahai Rabbi Yang Maha Sayang !!

Senin, 12 Desember 2011

''BUAH KE IKHLASAN''

Dikisahkan, Abdullah bin Mubarak mempunyai suatu kebiasaan yaitu melaksanakan ibadah haji pada suatu tahun dan kemudian berperang fi sabilillah pada tahun berikutnya. Pada suatu kali, aku pergi ke pasar unta Kufah untuk membeli unta dengan membawa 500 dinar uang emas. Di tengah perjalanan, aku melihat seorang perempuan yang sedang membersihkan bulu itik, sedangkan aku yakin bahwa bulu itik itu berasal dari itik yang sudah mati alias bangkai. Aku terperanjat, kemudian mendekatinya dan berkata, "Mengapa engkau melakukan hal ini?"

Dengan sigap si perempuan menjawab, "Wahai hamba Allah, janganlah engkau bertanya kepadaku tentang perkara yang tidak bermanfaat bagimu."

Dari jawabannya, aku dapat memahami bahwa sesuatu telah terjadi dengannya. Mesti ada 'apa-apanya' dengan perempuan itu. Tak puas dengan jawaban sederhana itu aku mendesaknya dengan satu kali lagi pertanyaan, "Mengapa engkau melakukan itu?"

Akhirnya perempuan itu menjawab, "Wahai hamba Allah, aku terpaksa mengatakan sebuah rahasia kepadamu. Semoga Allah merahmatimu. Aku memiliki empat orang anak sedangkan ayah dari anak-anakku itu telah berpulang ke rahmatullah beberapa waktu yang lalu. Hari ini adalah hari keempat kami tidak memakan apa-apa. Oleh karena itu, adalah halal bagi kami untuk memakan bangkai dalam keadaan darurat seperti ini. Kemudian aku mengambil bangkai itik ini. Seperti yang engkau lihat, saat ini aku sedang membersihkannya untuk kuberikan kepada anak-anakku."

Mendengar pengakuan polos itu aku bergumam pada diriku sendiri, "Celakalah engkau wahai Ibnu Mubarak, betapa senang keadaanmu dibanding orang itu." Kemudian aku berkata pada perempuan tersebut, "Bukalah kantongmu." Serta merta kumasukkan semua uang dinarku ke dalam kantong perempuan itu sedangkan ia terdiam dan tidak menoleh. Aku berujar lagi kepadanya, "Kembalilah ke rumahmu dengan uang ini dan perbaikilah kondisi keluargamu." Begitulah, Pada tahun itu Allah telah mencabut dari diriku keinginan untuk menunaikan ibadah haji dan aku segera kembali ke negeriku.

Tak lama setelah para jamaah haji pulang, aku menemui dan bertamu ke rumah beberapa orang kerabatku yang baru kembali dari menunaikan ibadah haji. Sesama mereka saling berucap, "Semoga Allah menerima hajimu dan membalas segala usahamu." Namun sungguh aneh terdengar di telingaku ketika mereka juga mengatakan hal yang sama padaku, "Semoga Allah menerima hajimu dan membalas segala usahamu. Bukankah kami telah bertemu denganmu pada beberapa tempat ini dan itu pada waktu menunaikan ibadah haji itu ?"

Ya. Subhanallah, kebanyakan mereka mengatakan hal yang sama kepadaku. Aku semakin tertegun dengan kenyataan ini. Kemudian dalam mimpiku aku melihat Nabi Muhammad SAW seraya berkata kepadaku, "Wahai hamba Allah, janganlah engkau heran, sesungguhnya engkau telah menolong seorang yang sengsara dari kerabatku, maka aku meminta kepada Allah agar menciptakan Seorang malaikat yang serupa bentuknya denganmu untuk menghajikanmu.

''KERJA KERAS SE EOKOR BURUNG''

Itu semua membuatku merasa cukup untuk menarik sebuah kesimpulan bahwa Sang pemberi rezeki telah memberi karunia kepada seekor burung yang pincang lagi buta dan jauh dari teman-temannya itu. Dan dengan kemurahan-Nya, Ia telah mencukupkan rezeki baginya. Kalau begitu dalam keyakinanku Ia tentu akan mencukupi rezekiku sekalipun aku tidak bekerja! Kemudian aku pun memutuskan untuk segera pulang saat itu juga."

Mendengar penuturan Al-Balkhi, Ibrahim bin Adham segera menanggapi. "Wahai Al Balkhi sahabatku, mengapa serendah itu pemikiranmu? Mengapa kau rela menyamakan derajatmu dengan seekor burung yang pincang lagi buta? Mengapa kau mengikhlaskan dirimu sendiri untuk hidup atas belas kasihan dan bantuan makhluk lain? Mengapa engkau tidak mencontoh perilaku burung yang satu lagi, yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dan kebutuhan sahabatnya yang memang tak mampu bekerja! Apakah engkau tidak tahu bahwa tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah?"

Mendengar berondongan pertanyaan yang sangat mendasar itu sadarlah Al Balkhi akan kekhilafannya. Serta merta ia bangkit dan mencium tangan Ibrahim bin Adham seraya berkata, "Wahai Ibrahim, ternyata engkaulah guru kami yang baik." Kemudian ia mohon diri untuk berangkat melanjutkan usaha dagangnya.

''SATU SAJA PINTAKU YA RASULULLAH''

Berjuta kegalauan mendera di lubuk hati perempuan itu. Tertatih ia melangkah. Jauhnya jarak, panasnya perjalanan, tidak ia pedulikan. Harapannya hanya satu. Ia ingin pulih. Kepulihan yang membuatnya ringan dalam beribadah. Kesembuhan yang dapat mengakhiri risaunya selama ini
Untuk itu, satu pintu yang ia tuju. Pintu rumah lelaki paling mulia. Pintu RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam.
Ya RasuluLlah," ujarnya. "Aku mengidap penyakit yang telah lama tak kunjung sembuh. Jika penyakitku itu menerpa, hilanglah kesadaranku. Aku bergerak-gerak tanpa dapat kukendalikan. Dalam ketidaksadaranku, seringkali tersingkap auratku."
Ya Rasulullah, aku mohon kepadamu, doakanlah aku agar terbebas dari penyakit ini," demikian pintanya.
RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam tersenyum dan menjawab, "Sungguh, jika engkau mampu untuk bersabar dalam derita penyakitmu ini, maka balasan bagimu adalah syurga ..."
Akan tetapi jika engkau tidak dapat bersabar, aku dapat saja meminta kepada Allah agar Ia berkenan menyembuhkanmu," ucap RasuluLlah.
Mendengar syurga yang dijanjikan kepadanya, perempuan itupun bergegas menyahut, "Aku siap untuk bersabar Ya RasuluLlah ..."
Hanya satu saja yang mengganggu fikiranku saat ini. Jika kau berkenan doakanlah aku untuk satu hal saja. Auratku sering tersingkap saat aku diserang penyakitku. Karena itu pintaku hanya satu wahai utusan Allah. Mohonkanlah kepada Allah, agar auratku tidak tersingkap saat aku tidak sadar," ungkapnya lirih.
RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam pun mengangkat kedua tangannya. Berdo'a kepada Allah, agar aurat perempuan itu tak pernah lagi tersingkap saat ia sakit.

AKHWAT YANG DI MULIAKAN ALLAH SWT

Kisah yang menggetarkan ini, ditulis oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab shahih-nya. Keduanya meriwayatkan kisah ini dengan jalur sanad yang bersumber dari sahabat Abdullah ibn Abbas radhiyaLlahu 'anhuma.
Ada banyak hikmah yang dapat kita petik dari kisah ini. Syaikh Salim ibn I'ed al-Hilali dalam kitab Bahjatun Nazhirin menyebutkan setidaknya lima pelajaran dalam hadits ini.
Namun dalam tulisan ini saya hanya ingin mengangkat satu saja hikmah dari kisah ini. Yaitu, betapa besarnya {al-hayaaa' 'inda shohaabiyaat} Betapa besarnya rasa malu di kalangan para sahabat perempuan.
Begitulah. Karena besarnya kerinduan akan syurga, perempuan ini berkomitmen untuk tetap bersabar dalam deraan penyakitnya. Penyakit sejenis epilepsi yang dapat membawanya kapan saja untuk hilang kesadaran.
Meskipun ia mampu untuk bersabar menjalani hari-hari dalam kehidupannya dengan penyakit, ia menyimpan satu kecemasan. Cemas karena auratnya bisa saja tersingkap saat ia tak sadar. Untuk itulah ia memohon agar RasuluLlah berkenan mendoakannya agar auratnya tidak tersingkap.
Jika dalam keadaan tidak sadar saja, perempuan di masa RasuluLlah cemas bila auratnya tersingkap. Apatah lagi jika dalam keadaan sadar. Tentu lebih besar lagi rasa malu itu tertanam.
Sekarang, kemanakah rasa malu itu berada ....? Saat perempuan-perempuan berjalan setiap hari, dengan kesadaran penuh, hanya dilapisi pakaian berbahan minim.
Kemanakah rasa malu itu pergi hari ini... ? Saat foto-foto "manis" para "akhwat" muslimah tersebar di mana-mana . Di dunia maya maupun di dunia nyata. Di tembok FACEBOOK maupun di tembok rumah dan pagar.
Masih adakah kerinduan pada syurga itu ...? Sebagaimana rindunya para shohabiyat. Kerinduan yang mengokohkan mereka untuk tetap bersabar dalam penderitaan. Tetap bersabar dalam keta'atan
Sungguh benarlah sabda RasuluLlah shallaLlahu alayhi wa sallam, "al-hayaa-u minal iimaan ..." Rasa malu itu adalah sebagian dari iman. Kalau rasa malu itu telah hilang, saatnya kita menjenguk hati kita. Masih adakah keimanan itu terpatri ? Masih adakah rasa takut kepada Allah tertanam ?
Seringkali ada orang yang berfikir, "Tak apalah auratku terbuka sedikit ... Mudah-mudahan ini diampuni oleh Allah ... Toh, ini bukanlah perkara yang besar .. Kalaupun dosa, ini hanya lah dosa kecil ..."
Hmm, mungkin saja ini dosa kecil. Namun, dibalik dosa kecil itu ada aturan Sang Pencipta Langit dan Bumi yang telah kau langgar.
Benarlah ucapan seorang sholih yang berkata, "Jangan pernah kau pandang remeh dosa kecil yang kau lakukan. Tapi pandanglah Ia yang perintah-Nya telah kau langgar."

''TERPEDAYA OLEH NIKMAT''


Duduk di depan TELEVISI atau LAPTOP seharian pun tak terasa, terhenyak sekian lama di hadapan berita-berita terbaru yang disajikan media massa sudah biasa, dan berjubel-jubel memadati stadion selama berjam-jam untuk menyaksikan pertandingan sepak bola atau konser grup band idola pun rela. Aduhai, alangkah meruginya kita tatkala waktu kehidupan yang detik demi detik terus berjalan menuju gerbang kematian ini kita lalui dengan menimbun dosa dan menyibukkan diri dengan perbuatan sia-sia.

Saudaraku, ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ada dua buah nikmat yang kebanyakan orang terperdaya karenanya; yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari [6412] dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, lihat Fath al-Bari [11/258])

Saudaraku, sesungguhnya dunia ini merupakan ladang akherat. Di dalam dunia ini terdapat sebuah perdagangan yang keuntungannya akan tampak jelas di akherat kelak. Orang yang memanfaatkan waktu luang dan kesehatan tubuhnya dalam rangka menjalankan ketaatan kepada Allah maka dialah orang yang beruntung. Adapun orang yang menyalahgunakan nikmat itu untuk bermaksiat kepada Allah maka dialah orang yang tertipu (lihat Fath al-Bari [11/259])

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya semua orang benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasehati dalam menetapi kebenaran dan saling menasehati dalam menetapi kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 1-3)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti layaknya orang yang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan jauh.” (HR. Bukhari [6416] dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, lihat Fath al-Bari [11/263])

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang yang lima: [1] Masa mudamu sebelum masa tuamu, [2] masa sehatmu sebelum sakitmu, [3] masa kayamu sebelum miskinmu, [4] waktu luangmu sebelum sibukmu, dan [5] hidupmu sebelum matimu.” (HR. al-Hakim dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, lihat Fath al-Bari [11/264], hadits ini disahihkan al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi, lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 486)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah sekedar kesenangan sementara, dan sesungguhnya akherat itulah negeri tempat tinggal yang sebenarnya.” (QS. Ghafir: 39)

Ada seorang yang bertanya kepada Muhammad bin Wasi’, “Bagaimana keadaanmu pagi ini?”. Maka beliau menjawab, “Bagaimanakah menurutmu mengenai seorang yang melampaui tahapan perjalanan setiap harinya menuju alam akherat?”. al-Hasan berkata, “Sesungguhnya dirimu adalah kumpulan perjalanan hari. Setiap kali hari berlalu, maka lenyaplah sebagian dari dirimu.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 482)

Sebagian orang bijak berkata, “Bagaimana bisa merasakan kegembiraan dengan dunia, orang yang perjalanan harinya menghancurkan bulannya, dan perjalanan bulan demi bulan menghancurkan tahun yang dilaluinya, serta perjalanan tahun demi tahun yang menghancurkan seluruh umurnya. Bagaimana bisa merasa gembira, orang yang umurnya menuntun dirinya menuju ajal, dan masa hidupnya menggiring dirinya menuju kematian.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 483)