Laman

Selasa, 17 Juli 2012

''MARHABAN YAA RAMADHAN''

 Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah: 183)
Marhaban… Marhaban… Marhaban Ya Ramadhan…! Kalimat inilah yang akan terucap pada lisan sebagian muslimin serta mukminin di seluruh dunia, karena seiring berjalannya waktu, detik demi detik, hari demi hari, bulan demi bulan hingga tak terasa bulan yang ditunggu-tunggu, bulan yang penuh magfirah (ampunan) bulan yang sangat dirindukan oleh seluruh umat muslim di seluruh dunia yaitu “Bulan Suci Ramadhan” yang tak lama lagi akan tiba.
Oleh karena itu dengan coretan ini mencoba menguraikan tentang bulan suci Ramadhan. sebenarnya hal-hal seperti ini sudah sangat ma’ruf di kalangan kita, namun apa salahnya jikalau kembali diasah melalui dalil-dalil naqli, agar menjelang masuknya bulan suci Ramadhan hati, mental, planning semuanya serba siap memasuki bulan yang penuh Rahmah, Maghfirah, Berkah (Kasih Sayang, Ampunan) dan lain sebagainya… Marhaban Ya Ramadhan.
Sucikan hati, siapkan diri, serta ikhlaskan hati dalam menyambut bulan suci ini. Saya kembali mengingatkan bahwa dalam berpuasa itu dari segi bahasa berarti Al-Imsak ataupun dengan arti menahan, kata yang tergarisbawahi tersebut sangat bermakna dan bermulti arti. Di mana Puasa seseorang individu harus menahan dari makan dan minum, menahan marah, menahan diri untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh sang Khaliq selama di bulan suci Ramadhan bahkan di luar Ramadhan. Jikalau ada individual yang di luar bulan suci Ramadhan hari-harinya penuh dengan maksiat maka memasuki bulan suci berhijrah ke jalan Allah menuju jalan kebahagiaan dunia dan akhirat, dengan demikian kita akan menemukan ketenangan jiwa, raga, ketenteraman, karena tujuan hidup sudah terarah.
Saudara-saudaraku, walaupun kita belum berpuasa namun tulisan ini akan lebih dulu menjumpai orang-orang yang akan berpuasa agar menjadi ma’rifah bagi seluruh umat mukmin. Ketahuilah bahwa dalam berpuasa, hendaknya mensucikan hati dari segala aib, sucikan jiwa dari segala noda, dan bersihkan tubuh dari segala kotoran. Berlepas dirilah kepada Allah dari musuh-musuh-Nya, tuluskan hati dalam mencintai-Nya, berpuasalah dari segala larangan-Nya dalam kesunyian dan terang-terangan, takutlah kepada Allah dengan yang sebenarnya dalam kesunyian dan terang-terangan, serahkan diri kepada Allah pada hari-hari puasa, kosongkan hati untuk-Nya, dan bagilah dirimu untuk-Nya dalam menjalankan perintah-Nya dan berdoalah pada-Nya. Jika telah menjalankan semua itu, maka kita adalah orang yang berpuasa karena-Nya alias Ikhlas karena Allah SWT tak ada niat yang lain. Perlu saudara-saudaraku ketahui bahwa bulan suci Ramadhan merupakan bulan, Allah SWT melipat gandakan amal (Pahala) kebaikan se seorang.
Berbahagialah bagi kaum muslimin yang akan memasuki/menyambut bulan suci Ramadhan yang dikhususkan untuk umat habibullah Muhammad SAW. Sebab di bulan ini seorang individual mukmin mendapatkan waktu yang tepat khusyu’ beribadah Kepada-NYA dibarengi dengan puasa yang ikhlas seperti yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW:
Dari Abu Hurairah berkata:
“Barangsiapa yang puasa karena iman dan berharap pahala dan ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu”.

Pada bulan yang paling indah ini yang sangat besar ganjarannya di sisi Allah dan berlimpah; karena itulah hendaknya setiap muslim bersungguh-sungguh memanfaatkan waktu yang agung ini dan menerimanya dengan taubat yang nusuh (sebenarnya) dan niat yang benar untuk ketaatan, dan keinginan yang kuat, himmah aliyah (semangat yang bergelora) untuk melanjutkan ketaatan hingga akhir Ramadhan; sehingga menjadi orang yang ditulis oleh Allah terbebas dari api neraka, dan perbanyaklah di dalamnya amalan-amalan kebaikan.


Bulan Suci Ramadhan… rasanya rindu akan terobati dengan kehadiran bulan suci Ramadhan yang hanya hadir sekali dalam setahun oleh karena itu kembali al-khatib mengingatkan ”Manfaatkanlah momen Bulan Suci Ramadhan Untuk Beribadah dengan Khusyu” sebab Ramadhan yang akan datang berikutnya belum tentu jasad ini akan menikmatinya. Semua Coretan jari ini merupakan Coretan jari seorang manusia biasa bukan manusia maksum dengan ini ana katakan Wallahu a’lam Bishowab. Syukran…

MAAFKAN HAMBA YA ALLAH,'' HAMBA HOBI BERSELINGKUH

 Sahabat muslim sekalian, jika kita mendengar kata selingkuh maka yang ada di benak kita ialah sebuah perbuatan tercela dan tanda ketidaksetiaan seorang suami atau istri kepada pasangannya. Selingkuh merupakan tanda bahwa sudah tidak adanya lagi rasa saling memiliki dan menyayangi. Mereka yang pernah mengalami pengalaman “diselingkuhi” oleh pasangannya tentunya merasakan betapa dahsyatnya sakit hati yang di terima, betapa remuk redamnya jiwa yang menjadi korban dari tindak tercela tersebut. Namun, pernahkah sahabat sekalian merenungi, ternyata tanpa kita sadari kita sebagai manusia ciptaan Allah ini, tanpa di sadari seringkali melakukan “perselingkuhan” atau menomorduakan Allah dan menciptakan tandingan baru bagi kekuasaannya Allah di antaranya ialah:
1} Sahabat sekalian coba mari kita renungi, adakah di antara kita yang ketika online waktu yang kita sediakan jauh lebih banyak dari pada tilawah Al Quran atau berdzikir kepada Allah? Jika ya, berarti kita telah “berselingkuh” dari sang Maha Pengasih Allah Azza Wa Jalla. Bahkan yang lebih buruk, apakah waktu kita buat buang air besar jauh lebih lama dari pada waktu kita untuk tilawah Al –Quran? Allahu Akbar, ya Rabb ampunilah hambaMu ini yang lebih khusyu saat online di jejaring sosial dari pada saat tilawah Al-Quran dan berdzikir memuja asmaMu.
2} Wahai Allah ampuni hambaMu yang lemah ini, yang lebih suka begadang untuk melihat serunya pertandingan sepak bola daripada berkhalwat denganMu di duapertiga malam, waktu dimana orang-orang shalih bertahajud. Ampuni hamba ya Allah, jika lebih nyaman berada di kasur empuk yang membuat kami terbuai dalam mimpi-mimpi indah nan menipu, daripada sujud di selembar sajadah untuk bermunajat kepadamu meminta ridha dan berkahMu untuk kehidupan kami.
3} Ya Rabb, Hamba mohon ampun jika diri hamba yang hina ini lebih taat kepada manusia yang mempunyai kedudukan daripada taat kepadaMu, ampuni hamba yang lebih cepat menyambut dan segera datang saat direktur hamba memanggil, sedangkan saat suara AdzanMu di lantunkan, hamba memiliki seribu alasan untuk tidak segera menyambut seruanMu dan hamba tidak merasa bersalah sama sekali, ya Rabb betapa penuh noda dan rapuhnya keimanan hamba.
4} Ya Allah hamba mohon ampun, jika hamba selama ini lebih cinta kepada kekasih yang belum halal buat hamba, daripada cinta kepadamu. Maafkan jika hamba lebih sering membayangkan pasangan pujaan hamba daripada membayangkan betapa dahsyatnya neraka dan indahnya syurga.
5} Maafkan hamba ya Allah jika selama ini hamba lebih sering melihat pesan di handphone canggih hamba setiap selesai shalat daripada melihat pesan-pesan hadits Rasulullah, kekasihmu yang agung. Hamba lebih sering menangis karena tidak dapat tiket konser artis luar negeri daripada menangis ketika membaca ayat-ayatMu.
6} Ya Allah, ampuni hamba yang bodoh ini, ketika hamba menjadi merinding saat mendengar seorang kafir bernyanyi dengan merdunya daripada saat mendengar Ayat-ayat Al-Quran dibacakan. Hamba merinding saat mendengar pidato presiden negara adi daya saat dia ada di negara hamba. Sedangkan ketika ulama berkhutbah di Masjid saat Shalat Jum’at Hamba malah tidur dengan nyenyaknya, seolah perkataan khatib yang penuh hikmah itu adalah hal yang membosankan, padahal di dalamnnya terkandung asma dan kalamMu.
7} Ya Rabb, ampuni hamba yang hanya bisa berkata-kata bijak di jejaring sosial tapi di belakang hamba jauh dari bijak, bahkan tidak sama sekali melakukan apa yang hamba tulis itu.
Ya Rabb, ampuni hamba yang tanpa disadari hamba “berselingkuh” dari mu setiap hari dan setiap waktu, ampuni hamba yang merasa diri hamba jauh dari dosa, padahal dosa-dosa itu sudah berkarat di diri hamba, sehingga tidak hamba sadari. Wahai Allah ampuni hambaMu ini setiap hari, dan hamba yakin Engkau Maha Pengampun kepada HambaMu, sesungguhnya rahmatMu lebih luas daripada dosa-dosa hamba.
Semoga tulisan ini bermamfaat untuk ana pribadi khususnya dan untuk antum semua... Amin Ya Rabbal Alamin..

Rabu, 11 Juli 2012

''JANGAN BIARKAN HATI MENGHITAM''


Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?” Allah berfirman, Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, Jadi begitu pula pada hari ini kamu diabaikan.” (QS. Taha: 125-126).
Ayat yang membuat hatiku bergetar hebat…Takut. Hati ini sungguh takut. Yaa Rabb, bagaimanakah nasibku di Hari Akhir nanti? Apakah hamba termasuk ke dalam golongan yang dihinakan, diabaikan oleh-Mu? Dikumpulkan dalam keadaan buta? Betapa mengerikan! Bayangkanlah… Dikumpulkan dalam keadaan buta … Tuhan kita mengabaikan kita, dan kita pun terhalang memperoleh kelezatan memandang wajah Allah! Na’udzubillah…
Di dunia ini kita telah diberikan berbagai kenikmatan yang sangat besar, mata yang dapat melihat, telinga yang dapat mendengar, mulut yang dapat berbicara, dan juga akal yang dapat berpikir. Bayangkan bila detik ini Allah mencabut nikmat mata, nikmat telinga, nikmat mulut, dan nikmat akal dari kita, apa yang dapat kita lakukan?
Maka, sudahkah kita bersyukur? Menggunakan mata, telinga, dan akal untuk mengambil pelajaran?  Merenungkan dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya? Dengan karunia alat indra dan akal dari Allah, adakah kita semakin mendekatkan diri kepada Allah? Atau malah mata, telinga, mulut juga akal kita gunakan untuk bermaksiat? Kita gunakan nikmat Allah dengan menuruti  hawa nafsu, mata yang mengumbar pandangan, mulut yang berdusta, telinga yang mendengar hiburan yang melenakan, hati yang lalai mengingat-Nya, dan akal yang tak mau mengambil pelajaran, mengabaikan ayat-ayat-Nya… Padahal mata, telinga, dan hati kita sungguh akan diminta pertanggungjawabannya…
Di dunia ini ada manusia yang dikatakan oleh Allah telah buta. Bukan, bukan matanya yang buta, tetapi yang buta adalah hatinya.
Sebagaimana dalam firman Allah Swt:
“Sesungguhnya bukan penglihatan ini yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada.” (Q.S al Hajj: 46)
Mengapa mata hati menjadi buta?  Karena dalam hati  tidak ada cahaya. Bukankah kita dapat melihat karena adanya cahaya? Begitu pun mata hati kita butuh cahaya. Cahaya dari Allah, Sang Pemilik cahaya.
“Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, dan tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya dia atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An Nur: 35)
Saya teringat sebuah hadits: “Apabila hamba melakukan dosa, muncul goresan hitam di hatinya. Jika ia melakukan dosa lagi, goresan hitam bertambah. Bila terus begitu, hatinya menjadi hitam.”
Mungkin inilah penyebab butanya mata hati. Hati menjadi hitam karena dosa! Sehingga cahaya ilahi tidak bisa tembus ke dalam hati yang hitam ini!
Rasulullah Saw melanjutkan, “Namun, jika bertobat, hatinya menjadi bersih dan terang.”
Alhamdulillah… Masih ada kesempatan untuk membersihkan hati yang penuh dengan goresan hitam, sehingga hati kita kembali bersih, sehingga cahaya ilahi dapat dengan mudah masuk ke dalam hati ini.
Jangan, jangan biarkan hati kita menghitam, berkarat, dan kemudian membatu. Bahkan menurut Allah, batu pun lebih baik dari hati kita!
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada air yang mengalir sungai-sungai daripadanya, dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antara sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah… (QS. Al Baqarah: 74)
Tidakkah hati kita seorang mukmin malu ketika membaca ayat ini?  Bahkan batu pun jatuh meluncur karena takut kepada Allah! Adakah hati kita takut kepada Allah? Takut tatkala berbuat maksiat dan dosa? Takut akan azab dan siksa-Nya yang teramat keras?
Rasa takut menuntunku untuk bersegera menghadap Allah, mengambil air wudhu… khusyuk, rukuk dan sujud kepada-Nya, bersimpuh memohon ampunan-Nya…
Duhai Rabb Yang Maha Penerima tobat, Rabb Yang Maha Penyayang, ampuni segala dosa hamba, ampuni hamba yang seringkali lalai… Duhai Rabb Yang Maha Lembut, lembutkan hati hamba, sucikanlah hati ini dari segala goresan hitam akibat dosa,  limpahkan cahaya-Mu ke dalam hati ini, teguhkan hatiku di atas iman, jadikanlah hati ini senantiasa khusyuk mengingat-Mu, hati yang selalu merindukan-Mu, rindu untuk memandang wajah-Mu… Ya Tuhanku, kumpulkan aku kelak bersama orang-orang yang Engkau ridhai, jadikan saat berjumpa dengan-Mu sebagai hari terbaik untukku. Amin.
Wallahu’alam bishshawaab.

Sabtu, 07 Juli 2012

''KIAT-KIAT BERSYUKUR''

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18)
Maha Suci Allah yang menciptakan hamparan langit indah membentang, yang padanya burung-burung terbang bebas mengelilingi wujud Kemahabesaran-Nya. Yang padanya menggantung awan-awan yang berbaris menurut kisaran angin, yang ketika telah mencapai waktunya turunlah hujan dari celah-celahnya membasahi bumi yang kering kerontang. Kemudian air hujan itu menyuburkan bumi dengan buah dan sayur mayur.
“Allah yang mencipta langit-langit dan bumi, dan menurunkan air hujan dari langit lalu mengeluarkan dengan air itu buah-buahan sebagai rezeki bagimu. Dan Dia menundukkan bagimu perahu sehingga berjalan di atas lautan dengan perintah-Nya, dan Dia menundukkan sungai-sungai bagimu. Dan Dia menundukkan bagimu matahari dan bulan yang tidak henti-hentinya (beredar), dan Dia menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia memberikan kepadamu semua yang kamu minta. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu adalah makhluk yang banyak berbuat zhalim dan banyak mengkufuri (nikmat).” (QS. Ibrahim: 32-34)
Segala Puji bagi-Nya yang membuat kita masih mampu bernafas, masih bisa melihat, masih lapang ketika sempit, masih mampu bersabar, masih….dan masih…..
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 13)
Semua itu karena Allah amat mencintai hamba-hamba-Nya. Karena kasih sayang-Nya lah kita masih diberi amanah untuk tetap menatap dunia. Kita masih dipercaya untuk memperbaiki segala kerusakan yang kita lakukan. Kita masih diberi tenggang waktu untuk bisa terus maju menegakkan yang hak dan menjauhi yang batil.
“Sesungguhnya, diri kitalah kesaksian utama bagi-Nya. Tetapi seperti halnya kelelawar hanya bisa melihat pada malam hari dan tidak di siang hari karena kelemahan penglihatannya, yang dibutakan oleh benderangnya sinar matahari. Begitu pula pikiran manusia terlalu lemah untuk melihat keagungan penuh Kebesaran Ilahi.” (Imam Al-Ghazzali)
Karena kita manusia yang selalu khilaf, selalu lupa bersyukur ketika sedang makmur. Maka marilah kita meneladani Nabi Sulaiman yang selalu berdoa agar bisa mensyukuri nikmat Allah. Yang terabadikan dalam Al-Qur’an;
“Wahai Rabb-ku, tunjukkanlah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku. Dan (tunjukkanlah aku) untuk melakukan amal shalih yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.” (QS. An-Naml: 19)
Hal itu pula senada dengan apa yang pernah di wasiatkan Nabi Muhammad SAW kepada Mu’adz agar memohon pertolongan kepada Allah untuk mensyukuri nikmat-Nya;
“Wahai Mu’adz, demi Allah aku mencintaimu. Kemudian aku wasiatkan kepadamu wahai Mu’adz, janganlah kamu tinggalkan di akhir setiap shalat, kamu ucapkan (doa yang artinya) wahai Allah, tolonglah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan memperbagus ibadah kepada-Mu.” (Riwayat Abu Daud dan an-Nasa’i dengan sanad yang Shahih)
Oleh karenanya, marilah kita biasakan diri untuk mensyukuri segala apa yang telah kita capai. Karena semua itu merupakan salah satu tanda orang beriman.
Wallahu a’lam.....''