Laman

Jumat, 22 Juni 2012

UKHUWAH ITU TAK PERNAH PUNYA DUSTA

Ia berbisik dengan bahasa yang tak direka-reka
Ucapan matamu bahkan mampu berbicara dengan 1000 ungkapan sarat makna
Ukhuwah tak butuh retorika
Modal ukhuwah adalah genderang iman yang menyala
Iman yang menghujam dalam dada
Ukhuwah berkelebat indah bersama rona keikhlasan
Aha, ana menukil nasihat Rasulullah SAW
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, melakukan najasy (semacam promosi palsu), saling membenci, memusuhi, atau menjual barang yang sudah dijual ke orang lain. Tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak menzhalimi, dan tidak membiarkan atau menghinakannya. Takwa itu di sini (beliau menunjuk ke dadanya tiga kali).”
Lalu apakah dengan diam lebih kita sukai daripada mengingatkan saudara kita ke jalan kebenaran?
Relakah kita membiarkan diri kita terjerembab fatamorgana kenaifan?
Padahal diri kita adalah diri saudara kita. Diri mereka adalah diri kita
Apa yang mereka rasakan harus kita rasakan pun sebaliknya
Atau justru “benteng” itu terlampau tinggi untuk kita naiki
Pengorbanan kerap lebih sulit untuk kita daki
Padahal kita adalah mereka, mereka adalah kita
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR. Muslim)
Patutkah kita menunggu hingga semua berlalu?
Dan semua akan berlari bagai angin lalu?
Ana yakin, Tidak…
Semua pasti merasai kerinduan akan “ruangan” itu
Ruangan tanpa sekat keangkuhan
Ruangan ukhuwah yang indah

“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR. Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar