"Dosa yang membuat Anda merasa hina di hadapan Allah lebih dicintai-Nya daripada ketaatan yang membuat Anda sombong."(Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy)
Laman
Sabtu, 06 April 2013
Senin, 14 Januari 2013
SABARKAN HATIMU
Hiduplah dengan sabar,
karena hidup tak selamanya berjalan indah,
kadang mampu memberikan suasana pahit dan tangis,
perumpamaan hidup ibarat langit,
kadang cerah dengan mentarinya,
dan kadang berubah mendung dengan datangnya hujan,
itulah hidup,
kuatkanlah keyakinanmu padaNya dengan sabar,
agar mampu menghadirkan ketenangan dalam hatimu
karena setiap kesukaran, pasti datang kemudahan
hiasi hidupmu dengan sabar,
atas ujian-ujian hidup yang Allah berikan
semoga akan menjadi manis dengan sabarkan hatimu..
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْن
"Wahai orang-orang yang beriman ! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (ayat 153).
karena hidup tak selamanya berjalan indah,
kadang mampu memberikan suasana pahit dan tangis,
perumpamaan hidup ibarat langit,
kadang cerah dengan mentarinya,
dan kadang berubah mendung dengan datangnya hujan,
itulah hidup,
kuatkanlah keyakinanmu padaNya dengan sabar,
agar mampu menghadirkan ketenangan dalam hatimu
karena setiap kesukaran, pasti datang kemudahan
hiasi hidupmu dengan sabar,
atas ujian-ujian hidup yang Allah berikan
semoga akan menjadi manis dengan sabarkan hatimu..
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْن
"Wahai orang-orang yang beriman ! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (ayat 153).
Selasa, 17 Juli 2012
''MARHABAN YAA RAMADHAN''
Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah: 183)
Marhaban… Marhaban… Marhaban Ya Ramadhan…! Kalimat inilah yang akan terucap pada lisan sebagian muslimin serta mukminin di seluruh dunia, karena seiring berjalannya waktu, detik demi detik, hari demi hari, bulan demi bulan hingga tak terasa bulan yang ditunggu-tunggu, bulan yang penuh magfirah (ampunan) bulan yang sangat dirindukan oleh seluruh umat muslim di seluruh dunia yaitu “Bulan Suci Ramadhan” yang tak lama lagi akan tiba.
Oleh karena itu dengan coretan ini mencoba menguraikan tentang bulan suci Ramadhan. sebenarnya hal-hal seperti ini sudah sangat ma’ruf di kalangan kita, namun apa salahnya jikalau kembali diasah melalui dalil-dalil naqli, agar menjelang masuknya bulan suci Ramadhan hati, mental, planning semuanya serba siap memasuki bulan yang penuh Rahmah, Maghfirah, Berkah (Kasih Sayang, Ampunan) dan lain sebagainya… Marhaban Ya Ramadhan.
Sucikan hati, siapkan diri, serta ikhlaskan hati dalam menyambut bulan suci ini. Saya kembali mengingatkan bahwa dalam berpuasa itu dari segi bahasa berarti Al-Imsak ataupun dengan arti menahan, kata yang tergarisbawahi tersebut sangat bermakna dan bermulti arti. Di mana Puasa seseorang individu harus menahan dari makan dan minum, menahan marah, menahan diri untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh sang Khaliq selama di bulan suci Ramadhan bahkan di luar Ramadhan. Jikalau ada individual yang di luar bulan suci Ramadhan hari-harinya penuh dengan maksiat maka memasuki bulan suci berhijrah ke jalan Allah menuju jalan kebahagiaan dunia dan akhirat, dengan demikian kita akan menemukan ketenangan jiwa, raga, ketenteraman, karena tujuan hidup sudah terarah.
Saudara-saudaraku, walaupun kita belum berpuasa namun tulisan ini akan lebih dulu menjumpai orang-orang yang akan berpuasa agar menjadi ma’rifah bagi seluruh umat mukmin. Ketahuilah bahwa dalam berpuasa, hendaknya mensucikan hati dari segala aib, sucikan jiwa dari segala noda, dan bersihkan tubuh dari segala kotoran. Berlepas dirilah kepada Allah dari musuh-musuh-Nya, tuluskan hati dalam mencintai-Nya, berpuasalah dari segala larangan-Nya dalam kesunyian dan terang-terangan, takutlah kepada Allah dengan yang sebenarnya dalam kesunyian dan terang-terangan, serahkan diri kepada Allah pada hari-hari puasa, kosongkan hati untuk-Nya, dan bagilah dirimu untuk-Nya dalam menjalankan perintah-Nya dan berdoalah pada-Nya. Jika telah menjalankan semua itu, maka kita adalah orang yang berpuasa karena-Nya alias Ikhlas karena Allah SWT tak ada niat yang lain. Perlu saudara-saudaraku ketahui bahwa bulan suci Ramadhan merupakan bulan, Allah SWT melipat gandakan amal (Pahala) kebaikan se seorang.
Berbahagialah bagi kaum muslimin yang akan memasuki/menyambut bulan suci Ramadhan yang dikhususkan untuk umat habibullah Muhammad SAW. Sebab di bulan ini seorang individual mukmin mendapatkan waktu yang tepat khusyu’ beribadah Kepada-NYA dibarengi dengan puasa yang ikhlas seperti yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW:
Dari Abu Hurairah berkata:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah: 183)
Marhaban… Marhaban… Marhaban Ya Ramadhan…! Kalimat inilah yang akan terucap pada lisan sebagian muslimin serta mukminin di seluruh dunia, karena seiring berjalannya waktu, detik demi detik, hari demi hari, bulan demi bulan hingga tak terasa bulan yang ditunggu-tunggu, bulan yang penuh magfirah (ampunan) bulan yang sangat dirindukan oleh seluruh umat muslim di seluruh dunia yaitu “Bulan Suci Ramadhan” yang tak lama lagi akan tiba.
Oleh karena itu dengan coretan ini mencoba menguraikan tentang bulan suci Ramadhan. sebenarnya hal-hal seperti ini sudah sangat ma’ruf di kalangan kita, namun apa salahnya jikalau kembali diasah melalui dalil-dalil naqli, agar menjelang masuknya bulan suci Ramadhan hati, mental, planning semuanya serba siap memasuki bulan yang penuh Rahmah, Maghfirah, Berkah (Kasih Sayang, Ampunan) dan lain sebagainya… Marhaban Ya Ramadhan.
Sucikan hati, siapkan diri, serta ikhlaskan hati dalam menyambut bulan suci ini. Saya kembali mengingatkan bahwa dalam berpuasa itu dari segi bahasa berarti Al-Imsak ataupun dengan arti menahan, kata yang tergarisbawahi tersebut sangat bermakna dan bermulti arti. Di mana Puasa seseorang individu harus menahan dari makan dan minum, menahan marah, menahan diri untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh sang Khaliq selama di bulan suci Ramadhan bahkan di luar Ramadhan. Jikalau ada individual yang di luar bulan suci Ramadhan hari-harinya penuh dengan maksiat maka memasuki bulan suci berhijrah ke jalan Allah menuju jalan kebahagiaan dunia dan akhirat, dengan demikian kita akan menemukan ketenangan jiwa, raga, ketenteraman, karena tujuan hidup sudah terarah.
Saudara-saudaraku, walaupun kita belum berpuasa namun tulisan ini akan lebih dulu menjumpai orang-orang yang akan berpuasa agar menjadi ma’rifah bagi seluruh umat mukmin. Ketahuilah bahwa dalam berpuasa, hendaknya mensucikan hati dari segala aib, sucikan jiwa dari segala noda, dan bersihkan tubuh dari segala kotoran. Berlepas dirilah kepada Allah dari musuh-musuh-Nya, tuluskan hati dalam mencintai-Nya, berpuasalah dari segala larangan-Nya dalam kesunyian dan terang-terangan, takutlah kepada Allah dengan yang sebenarnya dalam kesunyian dan terang-terangan, serahkan diri kepada Allah pada hari-hari puasa, kosongkan hati untuk-Nya, dan bagilah dirimu untuk-Nya dalam menjalankan perintah-Nya dan berdoalah pada-Nya. Jika telah menjalankan semua itu, maka kita adalah orang yang berpuasa karena-Nya alias Ikhlas karena Allah SWT tak ada niat yang lain. Perlu saudara-saudaraku ketahui bahwa bulan suci Ramadhan merupakan bulan, Allah SWT melipat gandakan amal (Pahala) kebaikan se seorang.
Berbahagialah bagi kaum muslimin yang akan memasuki/menyambut bulan suci Ramadhan yang dikhususkan untuk umat habibullah Muhammad SAW. Sebab di bulan ini seorang individual mukmin mendapatkan waktu yang tepat khusyu’ beribadah Kepada-NYA dibarengi dengan puasa yang ikhlas seperti yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW:
Dari Abu Hurairah berkata:
“Barangsiapa yang puasa karena iman dan berharap pahala dan ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu”.
Pada bulan yang paling indah ini yang sangat besar ganjarannya di sisi Allah dan berlimpah; karena itulah hendaknya setiap muslim bersungguh-sungguh memanfaatkan waktu yang agung ini dan menerimanya dengan taubat yang nusuh (sebenarnya) dan niat yang benar untuk ketaatan, dan keinginan yang kuat, himmah aliyah (semangat yang bergelora) untuk melanjutkan ketaatan hingga akhir Ramadhan; sehingga menjadi orang yang ditulis oleh Allah terbebas dari api neraka, dan perbanyaklah di dalamnya amalan-amalan kebaikan.
Pada bulan yang paling indah ini yang sangat besar ganjarannya di sisi Allah dan berlimpah; karena itulah hendaknya setiap muslim bersungguh-sungguh memanfaatkan waktu yang agung ini dan menerimanya dengan taubat yang nusuh (sebenarnya) dan niat yang benar untuk ketaatan, dan keinginan yang kuat, himmah aliyah (semangat yang bergelora) untuk melanjutkan ketaatan hingga akhir Ramadhan; sehingga menjadi orang yang ditulis oleh Allah terbebas dari api neraka, dan perbanyaklah di dalamnya amalan-amalan kebaikan.
Bulan Suci Ramadhan… rasanya rindu akan terobati dengan kehadiran bulan
suci Ramadhan yang hanya hadir sekali dalam setahun oleh karena itu
kembali al-khatib mengingatkan ”Manfaatkanlah momen Bulan Suci Ramadhan
Untuk Beribadah dengan Khusyu” sebab Ramadhan yang akan datang
berikutnya belum tentu jasad ini akan menikmatinya. Semua Coretan jari
ini merupakan Coretan jari seorang manusia biasa bukan manusia maksum
dengan ini ana katakan Wallahu a’lam Bishowab. Syukran…
MAAFKAN HAMBA YA ALLAH,'' HAMBA HOBI BERSELINGKUH
Sahabat muslim sekalian, jika kita mendengar kata
selingkuh maka yang ada di benak kita ialah sebuah perbuatan tercela dan
tanda ketidaksetiaan seorang suami atau istri kepada pasangannya.
Selingkuh merupakan tanda bahwa sudah tidak adanya lagi rasa saling
memiliki dan menyayangi. Mereka yang pernah mengalami pengalaman
“diselingkuhi” oleh pasangannya tentunya merasakan betapa dahsyatnya
sakit hati yang di terima, betapa remuk redamnya jiwa yang menjadi
korban dari tindak tercela tersebut. Namun, pernahkah sahabat sekalian
merenungi, ternyata tanpa kita sadari kita sebagai manusia ciptaan Allah
ini, tanpa di sadari seringkali melakukan “perselingkuhan” atau
menomorduakan Allah dan menciptakan tandingan baru bagi kekuasaannya
Allah di antaranya ialah:
1} Sahabat sekalian coba mari kita
renungi, adakah di antara kita yang ketika online waktu yang kita
sediakan jauh lebih banyak dari pada tilawah Al Quran atau berdzikir
kepada Allah? Jika ya, berarti kita telah “berselingkuh” dari sang Maha
Pengasih Allah Azza Wa Jalla. Bahkan yang lebih buruk, apakah waktu kita
buat buang air besar jauh lebih lama dari pada waktu kita untuk tilawah
Al –Quran? Allahu Akbar, ya Rabb ampunilah hambaMu ini yang lebih
khusyu saat online di jejaring sosial dari pada saat tilawah Al-Quran
dan berdzikir memuja asmaMu.
2} Wahai Allah ampuni hambaMu yang
lemah ini, yang lebih suka begadang untuk melihat serunya pertandingan
sepak bola daripada berkhalwat denganMu di duapertiga malam, waktu
dimana orang-orang shalih bertahajud. Ampuni hamba ya Allah, jika lebih
nyaman berada di kasur empuk yang membuat kami terbuai dalam mimpi-mimpi
indah nan menipu, daripada sujud di selembar sajadah untuk bermunajat
kepadamu meminta ridha dan berkahMu untuk kehidupan kami.
3} Ya
Rabb, Hamba mohon ampun jika diri hamba yang hina ini lebih taat kepada
manusia yang mempunyai kedudukan daripada taat kepadaMu, ampuni hamba
yang lebih cepat menyambut dan segera datang saat direktur hamba
memanggil, sedangkan saat suara AdzanMu di lantunkan, hamba memiliki
seribu alasan untuk tidak segera menyambut seruanMu dan hamba tidak
merasa bersalah sama sekali, ya Rabb betapa penuh noda dan rapuhnya
keimanan hamba.
4} Ya Allah hamba mohon ampun, jika hamba selama
ini lebih cinta kepada kekasih yang belum halal buat hamba, daripada
cinta kepadamu. Maafkan jika hamba lebih sering membayangkan pasangan
pujaan hamba daripada membayangkan betapa dahsyatnya neraka dan indahnya
syurga.
5} Maafkan hamba ya Allah jika selama ini hamba lebih
sering melihat pesan di handphone canggih hamba setiap selesai shalat
daripada melihat pesan-pesan hadits Rasulullah, kekasihmu yang agung.
Hamba lebih sering menangis karena tidak dapat tiket konser artis luar
negeri daripada menangis ketika membaca ayat-ayatMu.
6} Ya Allah,
ampuni hamba yang bodoh ini, ketika hamba menjadi merinding saat
mendengar seorang kafir bernyanyi dengan merdunya daripada saat
mendengar Ayat-ayat Al-Quran dibacakan. Hamba merinding saat mendengar
pidato presiden negara adi daya saat dia ada di negara hamba. Sedangkan
ketika ulama berkhutbah di Masjid saat Shalat Jum’at Hamba malah tidur
dengan nyenyaknya, seolah perkataan khatib yang penuh hikmah itu adalah
hal yang membosankan, padahal di dalamnnya terkandung asma dan kalamMu.
7}
Ya Rabb, ampuni hamba yang hanya bisa berkata-kata bijak di jejaring
sosial tapi di belakang hamba jauh dari bijak, bahkan tidak sama sekali
melakukan apa yang hamba tulis itu.
Ya Rabb, ampuni hamba yang
tanpa disadari hamba “berselingkuh” dari mu setiap hari dan setiap
waktu, ampuni hamba yang merasa diri hamba jauh dari dosa, padahal
dosa-dosa itu sudah berkarat di diri hamba, sehingga tidak hamba sadari.
Wahai Allah ampuni hambaMu ini setiap hari, dan hamba yakin Engkau Maha
Pengampun kepada HambaMu, sesungguhnya rahmatMu lebih luas daripada
dosa-dosa hamba.
Semoga tulisan ini bermamfaat untuk ana pribadi khususnya dan untuk antum semua... Amin Ya Rabbal Alamin..Rabu, 11 Juli 2012
''JANGAN BIARKAN HATI MENGHITAM''
Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?” Allah berfirman, Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, Jadi begitu pula pada hari ini kamu diabaikan.” (QS. Taha: 125-126).
Ayat yang membuat hatiku bergetar hebat…Takut. Hati ini sungguh takut. Yaa Rabb, bagaimanakah nasibku di Hari Akhir nanti? Apakah hamba termasuk ke dalam golongan yang dihinakan, diabaikan oleh-Mu? Dikumpulkan dalam keadaan buta? Betapa mengerikan! Bayangkanlah… Dikumpulkan dalam keadaan buta … Tuhan kita mengabaikan kita, dan kita pun terhalang memperoleh kelezatan memandang wajah Allah! Na’udzubillah…
Di dunia ini kita telah diberikan berbagai kenikmatan yang sangat besar, mata yang dapat melihat, telinga yang dapat mendengar, mulut yang dapat berbicara, dan juga akal yang dapat berpikir. Bayangkan bila detik ini Allah mencabut nikmat mata, nikmat telinga, nikmat mulut, dan nikmat akal dari kita, apa yang dapat kita lakukan?
Maka, sudahkah kita bersyukur? Menggunakan mata, telinga, dan akal untuk mengambil pelajaran? Merenungkan dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya? Dengan karunia alat indra dan akal dari Allah, adakah kita semakin mendekatkan diri kepada Allah? Atau malah mata, telinga, mulut juga akal kita gunakan untuk bermaksiat? Kita gunakan nikmat Allah dengan menuruti hawa nafsu, mata yang mengumbar pandangan, mulut yang berdusta, telinga yang mendengar hiburan yang melenakan, hati yang lalai mengingat-Nya, dan akal yang tak mau mengambil pelajaran, mengabaikan ayat-ayat-Nya… Padahal mata, telinga, dan hati kita sungguh akan diminta pertanggungjawabannya…
Di dunia ini ada manusia yang dikatakan oleh Allah telah buta. Bukan, bukan matanya yang buta, tetapi yang buta adalah hatinya.
Sebagaimana dalam firman Allah Swt:
“Sesungguhnya bukan penglihatan ini yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada.” (Q.S al Hajj: 46)
Mengapa
mata hati menjadi buta? Karena dalam hati tidak ada cahaya. Bukankah
kita dapat melihat karena adanya cahaya? Begitu pun mata hati kita butuh
cahaya. Cahaya dari Allah, Sang Pemilik cahaya.“Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, dan tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya dia atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An Nur: 35)
Saya teringat sebuah hadits: “Apabila hamba melakukan dosa, muncul goresan hitam di hatinya. Jika ia melakukan dosa lagi, goresan hitam bertambah. Bila terus begitu, hatinya menjadi hitam.”
Mungkin inilah penyebab butanya mata hati. Hati menjadi hitam karena dosa! Sehingga cahaya ilahi tidak bisa tembus ke dalam hati yang hitam ini!
Rasulullah Saw melanjutkan, “Namun, jika bertobat, hatinya menjadi bersih dan terang.”
Alhamdulillah… Masih ada kesempatan untuk membersihkan hati yang penuh dengan goresan hitam, sehingga hati kita kembali bersih, sehingga cahaya ilahi dapat dengan mudah masuk ke dalam hati ini.
Jangan, jangan biarkan hati kita menghitam, berkarat, dan kemudian membatu. Bahkan menurut Allah, batu pun lebih baik dari hati kita!
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada air yang mengalir sungai-sungai daripadanya, dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antara sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah…” (QS. Al Baqarah: 74)
Tidakkah hati kita seorang mukmin malu ketika membaca ayat ini? Bahkan batu pun jatuh meluncur karena takut kepada Allah! Adakah hati kita takut kepada Allah? Takut tatkala berbuat maksiat dan dosa? Takut akan azab dan siksa-Nya yang teramat keras?
Rasa takut menuntunku untuk bersegera menghadap Allah, mengambil air wudhu… khusyuk, rukuk dan sujud kepada-Nya, bersimpuh memohon ampunan-Nya…
Duhai Rabb Yang Maha Penerima tobat, Rabb Yang Maha Penyayang, ampuni segala dosa hamba, ampuni hamba yang seringkali lalai… Duhai Rabb Yang Maha Lembut, lembutkan hati hamba, sucikanlah hati ini dari segala goresan hitam akibat dosa, limpahkan cahaya-Mu ke dalam hati ini, teguhkan hatiku di atas iman, jadikanlah hati ini senantiasa khusyuk mengingat-Mu, hati yang selalu merindukan-Mu, rindu untuk memandang wajah-Mu… Ya Tuhanku, kumpulkan aku kelak bersama orang-orang yang Engkau ridhai, jadikan saat berjumpa dengan-Mu sebagai hari terbaik untukku. Amin.
Wallahu’alam bishshawaab.
Sabtu, 07 Juli 2012
''KIAT-KIAT BERSYUKUR''
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak
akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18)
Maha Suci
Allah yang menciptakan hamparan langit indah membentang, yang padanya
burung-burung terbang bebas mengelilingi wujud Kemahabesaran-Nya. Yang
padanya menggantung awan-awan yang berbaris menurut kisaran angin, yang
ketika telah mencapai waktunya turunlah hujan dari celah-celahnya
membasahi bumi yang kering kerontang. Kemudian air hujan itu menyuburkan
bumi dengan buah dan sayur mayur.
“Allah yang mencipta
langit-langit dan bumi, dan menurunkan air hujan dari langit lalu
mengeluarkan dengan air itu buah-buahan sebagai rezeki bagimu. Dan Dia
menundukkan bagimu perahu sehingga berjalan di atas lautan dengan
perintah-Nya, dan Dia menundukkan sungai-sungai bagimu. Dan Dia
menundukkan bagimu matahari dan bulan yang tidak henti-hentinya
(beredar), dan Dia menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia
memberikan kepadamu semua yang kamu minta. Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu
menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu adalah makhluk yang banyak
berbuat zhalim dan banyak mengkufuri (nikmat).” (QS. Ibrahim: 32-34)
Segala
Puji bagi-Nya yang membuat kita masih mampu bernafas, masih bisa
melihat, masih lapang ketika sempit, masih mampu bersabar, masih….dan
masih…..
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 13)
Semua
itu karena Allah amat mencintai hamba-hamba-Nya. Karena kasih
sayang-Nya lah kita masih diberi amanah untuk tetap menatap dunia. Kita
masih dipercaya untuk memperbaiki segala kerusakan yang kita lakukan.
Kita masih diberi tenggang waktu untuk bisa terus maju menegakkan yang
hak dan menjauhi yang batil.
“Sesungguhnya, diri kitalah
kesaksian utama bagi-Nya. Tetapi seperti halnya kelelawar hanya bisa
melihat pada malam hari dan tidak di siang hari karena kelemahan
penglihatannya, yang dibutakan oleh benderangnya sinar matahari. Begitu
pula pikiran manusia terlalu lemah untuk melihat keagungan penuh
Kebesaran Ilahi.” (Imam Al-Ghazzali)
Karena kita
manusia yang selalu khilaf, selalu lupa bersyukur ketika sedang makmur.
Maka marilah kita meneladani Nabi Sulaiman yang selalu berdoa agar bisa
mensyukuri nikmat Allah. Yang terabadikan dalam Al-Qur’an;
“Wahai
Rabb-ku, tunjukkanlah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang Engkau
berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku. Dan (tunjukkanlah aku)
untuk melakukan amal shalih yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku
dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.” (QS. An-Naml: 19)
Hal
itu pula senada dengan apa yang pernah di wasiatkan Nabi Muhammad SAW
kepada Mu’adz agar memohon pertolongan kepada Allah untuk mensyukuri
nikmat-Nya;
“Wahai Mu’adz, demi Allah aku mencintaimu.
Kemudian aku wasiatkan kepadamu wahai Mu’adz, janganlah kamu tinggalkan
di akhir setiap shalat, kamu ucapkan (doa yang artinya) wahai Allah,
tolonglah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan memperbagus
ibadah kepada-Mu.” (Riwayat Abu Daud dan an-Nasa’i dengan sanad yang Shahih)
Oleh
karenanya, marilah kita biasakan diri untuk mensyukuri segala apa yang
telah kita capai. Karena semua itu merupakan salah satu tanda orang
beriman.
Wallahu a’lam.....''
Selasa, 26 Juni 2012
BELAJAR DENGAN HATI''KETIKA HATI SEDANG GALAU
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
ASSALAMAU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH
Sepotong hati memang acap kali terbolak-balikan, seperti me-ji-ku-hi-bi-ni-u dalam pancaran pelangi. Susah, senang, bahagia, sedih, kasih, sayang, cemburu, cinta dan yang saat ini populer adalah GALAU.
Galau, sebuah kata sifat yang banyak menghiasi tampilan status jejaring sosial, desiran kata, dan tentunya sering menyelimuti atmosfir suasana hati seseorang. Bukan hanya dirasakan oleh para ABG saja, orang yang sudah lanjut pun ikut merasakannya. Rasanya asam, kecut manis pahit berbaur jadi satu.
Galau, sebuah suasana hati yang meresahkan, membuat sang hati tak tenang dan tak jarang sangat berpengaruh pada perilaku seseorang. Yang biasa riang jadi garang, yang biasanya semangat jadi terasa penat, yang biasanya aktif jadi pasif, yang biasanya suka jadi duka, yang biasanya gembira jadi bencana, yang biasanya syukur jadi kufur, yang biasanya cinta jadi menderita…
Ah… galau. Ada apa denganmu? Saat ku butuhkan bara api semangat, malah kau padamkan dengan mengajak hatiku pada suasanamu… Bilakah kau tahu, seandainya aku tanpa dirimu…
Ah… galau. Ada apa denganmu? Saat ku butuhkan bara api semangat, malah kau padamkan dengan mengajak hatiku pada suasanamu… Bilakah kau tahu, seandainya aku tanpa dirimu…
Bagaimanapun, seorang manusia dewasa. Manusia yang semakin spesifik akan setiap permohonan dalam untaian doanya, bukan hanya memandang hanya apa yang diinginkan hatinya, kadang juga berfikir apakah itu semua pantas untuk ia sandang, apakah pantas untuk ia dapatkan, dan apakah benar – benar sejatinya pantas untuk dirinya. Manusia dewasa yang telah diberikan kemampuan untuk mengelola suasana hatinya, mengendalikan sebuah warna yang akan menyinari warna hatinya. Apakah hanya akan berlama – lama untuk mempertahankan warna hijau? Mempercepat datangnya warna merah? Menghilangkan warna kuning? Atau konsisten untuk seberkas warna merah jambu? Ataukah putih? Ya, seseorang yang dewasa dialah sang ahli dalam memanage hati. Menjadikan proporsinya pas untuk dikonsumsi oleh suasana ruhiyahnya, bahkan untuk kondisi fisiknya.
Ketika problematika datang bertubi – tubi, kesedihan menghampiri, gelisah yang menggelayuti, iri melihat sana – sini. Bilakah galau melanda, menyusup perlahan ataupun dengan cepatnya membalikkan hati yang tenang, menjadikannya resah gelisah dan tak tahu harus bagaimana lagi. Terdapatlah 8 penawar yang insya Allah akan membalikkan hati kita menjadi hati yang bersuasana ideal, tenteram dan nyaman
1. Dzikrullah (mengingat kepada Allah)
“(Yaitu) orang – orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
2. Membaca Al-Qur’an
Sebuah kapal selam akan tetap bertahan di dalam air dengan tanpa masalah sedikit pun, walau di permukaan bumi terjadi berbagai guncangan keadaan dia tetap bertahan, berjalan dengan pasti tak ada pengaruh bisikan sana – sini, yang ada dia hanya bersikukuh untuk meneruskan perjalanannya sembari menikmati indahnya aneka makhluk di dasar laut.
Rasakanlah tenteramnya saat membaca ayat suci yang memang original buatan Yang Maha Pemilik Hati, sekalipun kita tak mengerti terjemahan dalam bahasa Indonesianya, tapi adalah perasaan yang berbeda dibandingkan dengan membaca buku – buku biasa, terlebih jika kita telah mengetahui arti dari ayat – ayat yang telah kita baca, subhanallah. Ya, karena Al – Qur’an memang istimewa.
3. Menjauhi maksiat
Bagaimana caranya hati kita menjadi tenteram, sementara hati kecil kita terus menolak akan kebenaran palsu (maksiat) yang kita lakukan? Segera tinggalkan, seburuk – buruknya hati pasti akan merasa tak nyaman jika kita melakukan kesalahan. Karena, sejatinya fitrah hati adalah suci. Dan ini tentang bagaimana orang yang diamanahi hati untuk tetap menjaga kesuciannya. Apakah akan tetap terjaga dalam kesuciannya, ataukah merelakannya untuk ditutupi oleh kebenaran palsu dan keindahan yang semu.
4. Menjauhi ketergantungan pada makhluk
Apa yang membuatmu ragu untuk melakukannya dengan tegaknya pijakanmu sendiri? Kita sama, kita bisa. Coba dulu deh & rasakan sensasinya. Optimis.
5. Perbanyak ibadah
Sibukkan diri dengan ibadah, karena segala sesuatu yang kita lakukan, memang surga adalah obsesinya. Bagaimana caranya untuk meraih surga?
6. Yakin dengan pertolongan Allah.
Bukankah Allah itu dekat? Allah akan sesuai prasangka hambaNya.
7. Memperhatikan bukti kekuasaan Allah
Lihat sekeliling kita, betapa mentari dengan cerahnya menyambut kita, betapa malam yang selalu setia menina bobo kan kita dalam ketenangannya. Lihatlah betapa ilmu terbentang luas, dan apakan sedikit pun telah kita genggam dengan penguasaan? Rasakan setiap apa kita hirup, sebuah proses yang terus berulang tanpa ada keluh kesah karena segalanya telah berjalan pada koridor kebenaran yang tepat
8. Bersyukur
Dan Allah akan memberi balasan dan menambah nikmat-Nya kepada orang-orang yang bersyukur. Qur’an: Surat Ali Imran: 144.
Coba membiasakan diri mencatat, setiap hari, semua hal baik yang terjadi pada kita hari itu. (Keep a gratitude journal). Sudahkah kita mensyukuri apa yang kita dapatkan? Apa yang kita rasakan? Apa yang kita peroleh? Sudahkah?
Wallahua’lam…
Minggu, 24 Juni 2012
~~~SURAT SEORANG SAHABAT~~~
Bismillaahirrohmaanirrohiim…
Sahabat fillah, percayalah…
Kebahagiaan seorang sahabat sejati bukan terletak pada ucapan terima kasih kita. Bukan juga terletak pada hadiah yang kita berikan padanya.
Kebahagiaan seorang sahabat sejati terletak pada keberhasilan kita dalam mencapai potensi terbaik!
Karena kita selalu memperhatikan dengan sungguh-sungguh atas pesan-pesan yang ia sampaikan. Dan menyikapinya dengan benar dalam setiap langkah hidup kita.
Sahabat terbaik adalah yang datang dengan nasihat-nasihat kehidupan yang dengannya engkau mengerti arti hidup dan kehidupan ini.
Ia tak mengharapkan sesuatu darimu selain engkau menjadi orang yang baik dan mampu memberi kebaikan kepada orang lain.
Ia hanya ingin melihat senyum dari wajahmu saat engkau menghadap Rabbmu…
Ia tak ingin ada kegelisahan dan kesedihan karena dunia tersirat di wajahmu.
Tapi, ia mengharapkan kesedihan dan kegelisahanmu dikarenakan ketakutanmu kepada ALLAH!
Sahabatmu bukanlah orang yang takut jika engkau terasing pada kehidupan dunia.
Namun, ia hanya takut, jika pada hari kebangkitan nanti, engkau termasuk orang-orang yang terusir dari rahmatNya!
Ia tak takut jika harus berpisah denganmu pada kehidupan dunia.
Namun, yang ia takutkan adalah ketika ia harus dipisahkan denganmu pada kehidupan setelah kehidupan yang fana ini… yaitu kehidupan akhirat, tanpa bias menolongmu sedikit pun.
Karena ia pun tak tahu dimana akhir dari perjalanan hidupnya, apakah di surga yang diliputi dengan segala kesenangan? Ataukah di neraka yang tak mengenal cinta, kasih sayang, dan persahabatan???
Sahabat fillah…
Selamat berjuang mengarungi samudra kehidupan dunia.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita.
Semoga selalu ada cinta di hati kita.
Cinta karena Rabbuna.
Sehingga timbul kejujuran dalam mencintai Allah dan hamba-hambaNya.
Wallahua’lam.
Jumat, 22 Juni 2012
UKHUWAH ITU TAK PERNAH PUNYA DUSTA
Ia berbisik dengan bahasa yang tak direka-reka
Ucapan matamu bahkan mampu berbicara dengan 1000 ungkapan sarat makna
Ukhuwah tak butuh retorika
Modal ukhuwah adalah genderang iman yang menyala
Iman yang menghujam dalam dada
Ukhuwah berkelebat indah bersama rona keikhlasan
Aha, ana menukil nasihat Rasulullah SAW
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, melakukan najasy (semacam promosi palsu), saling membenci, memusuhi, atau menjual barang yang sudah dijual ke orang lain. Tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak menzhalimi, dan tidak membiarkan atau menghinakannya. Takwa itu di sini (beliau menunjuk ke dadanya tiga kali).”
Lalu apakah dengan diam lebih kita sukai daripada mengingatkan saudara kita ke jalan kebenaran?
Relakah kita membiarkan diri kita terjerembab fatamorgana kenaifan?
Padahal diri kita adalah diri saudara kita. Diri mereka adalah diri kita
Apa yang mereka rasakan harus kita rasakan pun sebaliknya
Atau justru “benteng” itu terlampau tinggi untuk kita naiki
Pengorbanan kerap lebih sulit untuk kita daki
Padahal kita adalah mereka, mereka adalah kita
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR. Muslim)
Patutkah kita menunggu hingga semua berlalu?
Dan semua akan berlari bagai angin lalu?
Ana yakin, Tidak…
Semua pasti merasai kerinduan akan “ruangan” itu
Ruangan tanpa sekat keangkuhan
Ruangan ukhuwah yang indah
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR. Muslim)
Ucapan matamu bahkan mampu berbicara dengan 1000 ungkapan sarat makna
Ukhuwah tak butuh retorika
Modal ukhuwah adalah genderang iman yang menyala
Iman yang menghujam dalam dada
Ukhuwah berkelebat indah bersama rona keikhlasan
Aha, ana menukil nasihat Rasulullah SAW
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, melakukan najasy (semacam promosi palsu), saling membenci, memusuhi, atau menjual barang yang sudah dijual ke orang lain. Tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak menzhalimi, dan tidak membiarkan atau menghinakannya. Takwa itu di sini (beliau menunjuk ke dadanya tiga kali).”
Lalu apakah dengan diam lebih kita sukai daripada mengingatkan saudara kita ke jalan kebenaran?
Relakah kita membiarkan diri kita terjerembab fatamorgana kenaifan?
Padahal diri kita adalah diri saudara kita. Diri mereka adalah diri kita
Apa yang mereka rasakan harus kita rasakan pun sebaliknya
Atau justru “benteng” itu terlampau tinggi untuk kita naiki
Pengorbanan kerap lebih sulit untuk kita daki
Padahal kita adalah mereka, mereka adalah kita
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR. Muslim)
Patutkah kita menunggu hingga semua berlalu?
Dan semua akan berlari bagai angin lalu?
Ana yakin, Tidak…
Semua pasti merasai kerinduan akan “ruangan” itu
Ruangan tanpa sekat keangkuhan
Ruangan ukhuwah yang indah
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR. Muslim)
Selasa, 19 Juni 2012
KETIKA AKU INGIN MENIKAH
Wahai Rabb semesta alam,
Ku ingin menikah atas perintahMu,
Sungguh ku sangat khawatir tak mampu menjalankan perintahMu
Tak berpijak nafsu atau kepentinganku, tapi tuk harap ridhaMu
Wahai Maha Penggerak hati,
Izinkanlah hati ini tunduk dalam biduk cinta keshalihan
Terpatri ikrar Ilahiyah dan tauhid
Jangan kau biarkan hatiku keras membatu karena nafsu
Terombang ambing atas cinta, harapan fana nan semu
Kini hatiku gelisah tak menentu ya Rabb
Air mata seolah tak terbendung karena khawatir akan fitnah
Takut akan kehancuran pribadiku karena godaan setan mengusik sepanjang waktu
Iman ini mulai rapuh dan ragu pada janjiMu
Ku sadari ya Rabb, saat ini pernikahan adalah ujian terbesarku
Orientasi dan kecintaan pada diriMu kini kau uji
Kau suguhkan harta, tahta, dan paras menarik semata
Ya Rabb lindungi dan mampukan diriku, untuk lolos ujianMu
Jangan gagalkan aku memperoleh ridhaMu ya Rabb
Kusadari begitu banyak pejuang yang gagal dalam ujian ini
Terbelenggu oleh duniawi dan kebahagiaan sesaat
Terjebak oleh nafsu dan romantika keruh
Melepaskan perjuangan hingga hilang hanyut dalam kenistaan cinta yang fana
Banyak cinta yang datang menghampiri dan aku resah ya Rabb
Ketika itu tak lahir dari syariatMu
Bukan dalam kerangka iman dan Islam
Bukan untukMu tapi hanya untukku
Ya Rabb, hanya padaMu aku berkesah
Karena hanya padaMu aku berlindung dan memohon
Tunjukilah jalan yang lurus dan benar ya Rabb
Jalan yang kau ridhai bukan jalan yang kau celakakan
Mampukan aku memenuhi perintahMu untuk menikah
Hindarkan dari kehancuran dan kehinaan
Kokohkan niat untuk melangkah dalam kesucian
Luluskan dalam menghadapi ujianMu…
Demi Allah aku menikah…
Laa illaha illallah Muhammadarrasulullah…
Jumat, 15 Juni 2012
MAAF''KECANTIKANMU MUSIBAH BAGIKU
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Ukhti, saudariku,
kau cantik, ku akui itu
karena memang kau terlahir untuk itu
walau relatif kecantikanmu
tergantung hak individu
Ku tahu kecantikanmu anugerah
dari Rabbiku dan Rabbimu tapi, bukankah Rabbiku dan Rabbimu punya aturan untuk itu
Kau harus menjaganya
dari mata lelaki jalang
yang belum halal
baginya dan bagimu
Tahukah kau itu
atau kau sama sekali tak tau
atau pura-pura tak tau
atau tak mau tau soal itu
Rabbiku dan Rabbimu memberi instruksi untukmu
ulurkan kain ke seluruh tubuhmu
biar kau tak diganggu
Rabbiku dan Rabbimu juga ada instruksi untukmu
jangan nampakkan perhiasanmu
panjangkanlah kain itu ke dadamu
Rabbiku dan Rabbimu menambah instruksi untukmu dan untukku
tundukkan pandanganmu
agar hati kita tak berdebu
Namun, kenapa kau
tak gubris instruksi itu
dengan kau
umbar auratmu
kau hiasi aurat itu
agar mata lelaki terayu
mengakui cantikmu
indah bentuk tubuhmu
bagaimana aku menjaga nafsu
kalau kau umbar aurat selalu
aku sama sekali tak menyalahkanmu
karena ini lemahku
di depan sang nafsu
Tapi, mungkin lebih mudahku
membendung sang nafsu
kalau kau membantu
dengan menutup auratmu
karena ku bukan malaikat
bukan juga iblis terlaknat
imanku bisa melesat mendarat
bisa juga melusut melarat
hari ini, ku menjadi tuan nafsu
namun besok, mungkin nafsu memperbudakku
ku takut lirikan itu
menambah saldo dosa- dosaku
semoga kau menyadari itu
wahai ukhti saudariku
demi kebaikanku dan kebaikanmu
demi hatiku dan hatimu yang berdebu
karena noda- noda pandangan itu..''
Ukhti, saudariku,
kau cantik, ku akui itu
karena memang kau terlahir untuk itu
walau relatif kecantikanmu
tergantung hak individu
Ku tahu kecantikanmu anugerah
dari Rabbiku dan Rabbimu tapi, bukankah Rabbiku dan Rabbimu punya aturan untuk itu
Kau harus menjaganya
dari mata lelaki jalang
yang belum halal
baginya dan bagimu
Tahukah kau itu
atau kau sama sekali tak tau
atau pura-pura tak tau
atau tak mau tau soal itu
Rabbiku dan Rabbimu memberi instruksi untukmu
ulurkan kain ke seluruh tubuhmu
biar kau tak diganggu
Rabbiku dan Rabbimu juga ada instruksi untukmu
jangan nampakkan perhiasanmu
panjangkanlah kain itu ke dadamu
Rabbiku dan Rabbimu menambah instruksi untukmu dan untukku
tundukkan pandanganmu
agar hati kita tak berdebu
Namun, kenapa kau
tak gubris instruksi itu
dengan kau
umbar auratmu
kau hiasi aurat itu
agar mata lelaki terayu
mengakui cantikmu
indah bentuk tubuhmu
bagaimana aku menjaga nafsu
kalau kau umbar aurat selalu
aku sama sekali tak menyalahkanmu
karena ini lemahku
di depan sang nafsu
Tapi, mungkin lebih mudahku
membendung sang nafsu
kalau kau membantu
dengan menutup auratmu
karena ku bukan malaikat
bukan juga iblis terlaknat
imanku bisa melesat mendarat
bisa juga melusut melarat
hari ini, ku menjadi tuan nafsu
namun besok, mungkin nafsu memperbudakku
ku takut lirikan itu
menambah saldo dosa- dosaku
semoga kau menyadari itu
wahai ukhti saudariku
demi kebaikanku dan kebaikanmu
demi hatiku dan hatimu yang berdebu
karena noda- noda pandangan itu..''
Senin, 11 Juni 2012
TEMUKAN AKU DALAM ISTIKHARAHMU
Jodohku
Sabar dan tenanglah
Aku di sini masih bersabar menantimu
Hatimu tak sedang terluka kan?
Tersenyumlah
Karena aku yakin kebahagiaan akan slalu menyertai kita
Jikalau detik ini hatimu sedang terluka, basuhlah wajahmu dengan air
Dan mendekatlah kepada-Nya,
Tapi di sini aku berharap kau baik-baik saja
Waktu terasa lama buatku,
Tapi aku yakin takkan lama lagi kau akan hadir menyapaku
Mengajakku untuk melakukan shalat fardhu
Sering pula kau akan menanyakan
Sudah shalatkah kau?
Jodohku
Aku rindu
Kapan kita bertemu?
Begitu banyak hal yang ingin ku ceritakan kepadamu
Begitu banyak pula harapanku untuk menantikan nasihat-nasihatmu
Hati ini kosong dan tak sabar menanti kehadiranmu
Semoga engkau kan membalut & menyembuhkan luka di hatiku
Temukan aku dalam istikharahmu..''
SAAT ITU AKAN TIBA...!!!!
Sejenak lupakan tawa itu. Tinggalkan dulu segala urusan duniawimu. Luangkan waktu ‘tuk sekedar mengingat, bermuhasabah akan sesuatu yang pasti menghampiri diri.
Saat itu akan tiba, sahabat!
Saat dimana wajahmu terlihat pucat pasi. Tubuhmu kaku tak bergerak. Gelar hanya tinggal sejarah. Segala prestasi dan pencapaian yang didapat tak ada yang peduli. Bukankah hanya amal yang setia mengikuti?
Saat itu kau sendiri, mempertanggungjawabkan skenario hidup yang kau pilih. Baik buruk diperhitungkan di pengadilan dengan keadilan tertinggi. Mungkin ada banyak penyesalan akan waktu dunia yang terlewati sia-sia. Mungkin juga akan ada kelegaan atas kesadaran beribadah.
Atau saat yang lain akan tiba, sahabat!
Saat dimana kabar itu menghampirimu. (Siapapun) yang tersayang meninggalkanmu untuk selamanya. Tak akan ada lagi dialog yang terangkai panjang, tak bisa lagi canda tawa menggurat indah. Kau sendiri, melihat tubuh yang tersayang terbujur kaku.
Saat itu, hilanglah kesempatan ‘tuk mewujudkan niat baik membahagiakan. Hilang pula sosok yang paling menyayangi dan mengerti dirimu. Mungkin terlalu banyak penyesalan dalam keterlupaan dan kedurhakaan. Mungkin juga masih ada kelegaan atas doa yang pernah terpanjatkan.
Maka yang manapun, sebelum kepastian saat itu tiba, masih ada waktu yang diberikanNya. Jika sekarang kita terlalu lena dalam setumpuk aktivitas keduniaan, maka rehatlah, berikan sedikit waktu bagi diri ‘tuk mengingat yang kekal di sana. Apa yang sudah dilakukan? Sudah siapkah jika ‘tamu’ itu tiba-tiba menjemput diri? Atau sanggupkah diri jika ‘tamu’ itu menghampiri orang yang tersayang?
Tak ada yang bisa menjamin batas hidup seseorang. Mungkin besok atau sekarang, saat diri sedang bergelimang prestasi, saat orang-orang banyak yang mengagumi, atau saat dunia kau rasa telah diraih, saat itu pula Dia memanggilmu. Dan saat itu, hanya predikat khusnul khatimah yang bisa menjamin hidup setelah meninggalmu.
Minggu, 15 Januari 2012
BUAT APA BERKERUDUNG KALO KELAKUAN ROSAK''BENARKAH..??
Perempuan yang baik adalah yang bagus agamanya, yang dimaksud ‘agamanya’ adalah agama dalam hati bukan dalam penampilan. Pertanyaan, “Berarti lebih bagus perempuan tidak berkerudung tapi baik kelakuannya (beragama) daripada perempuan berkerudung yang tidak beragama (tidak baik kelakuannya)? Jawab: “Yang lebih bagus adalah perempuan yang berkerudung dan beragama sekaligus.” Kenapa?
Realitas memperlihatkan kepada kita bahwa perempuan berkerudung lebih banyak yang beragama ketimbang perempuan yang tidak memakai kerudung.
Jika ada perempuan tak memakai kerudung tapi beragama (berakhlaq), maka itu adalah pengecualian dari perempuan-perempuan tak berkerudung yang rata-rata kurang berakhlaq.
Begitu pula jika ada perempuan berkerudung tapi tidak/kurang beragama, maka itu adalah pengecualian dari perempuan-perempuan berkerudung yang rata-rata beragama.
Kerudung adalah setengah petunjuk kalau wanita yang memakai kerudung tersebut adalah wanita beragama, setengahnya lagi adalah hati atau perilaku kesehariannya.
Bila perilaku keseharian seorang wanita muslimah sudah bagus namun belum berkerudung, segera lengkapi dengan kerudung, agar setengahnya terlengkapi dan menjadi sempurna. Begitu pula jika seorang wanita muslimah sudah berkerudung, namun akhlaq atau perilaku kesehariannya masih tidak baik, segera lengkapi dengan akhlaq yang baik, agar setengahnya terlengkapi dan menjadi sempurna.
Jadi, jangan ada lagi orang yang berkata “Buat apa berkerudung kalau kelakuan seperti wanita tak beragama (tidak baik), lebih baik tidak berkerudung!!”
Pernyataan itu keliru karena beberapa alasan:
Pertama: Alasan Syar’i
Pernyataan tersebut sama dengan menyeru perempuan untuk melanggar apa yang telah Allah perintahkan kepada wanita muslimah. Di dalam Al-Quran Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء
الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى
أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
“Wahai
Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzaab: 59)
Kedua: Alasan Logis
Dikatakan sebelumnya bahwa wanita muslimah yang baik akhlaqnya namun tak berkerudung baru setengahnya menunjukkan kalau wanita tersebut beragama, karena setengahnya lagi adalah kerudung, berarti wanita yang tidak baik kelakuannya dan tidak berkerudung, tidak setengah pun menunjukkan bahwa wanita tersebut beragama. Maka, bukankah ini lebih parah nilainya di mata agama? Oleh karena itulah pernyataan di atas tidak menjadi solusi yang tepat.
Solusi yang Tepat
Bagi wanita muslimah yang sudah berkerudung dan merasa kalau akhlaq atau perilakunya masih jauh dari akhlaq seorang wanita muslimah yang sebenarnya, tidak perlu terhasut dengan pernyataan “Buat apa pakai kerudung, kalau…. dst” lantas melepas kerudungnya karena malu.
Solusi yang bijak adalah, biarkan kerudung itu tetap melekat bersamanya sembari berusaha untuk terus mengadakan perbaikan akhlaq atau perilakunya.
Pernyataan Lain
“Kerudungi hati dulu, baru kerudungi penampilan”. Jika pernyataan ini memang pernah terlontar dan pernah ada, alangkah bijak jika pernyataan ini kita ubah menjadi: “Mengerudungi hati tak kalah penting dari mengerudungi penampilan”.
Tentang pernyataan pertama, dikarenakan perbaikan akhlaq adalah proses berkesinambungan seumur hidup yang jelas bukan instan, dan dikarenakan tak ada yang dapat menjamin bagaimana dan seperti apa hari esok dalam kehidupan kita? Masih di atas bumi kah atau di dalam perutnya? Masih memijak kah atau dipijak? Maka menunda berkerudung dengan alasan memperbaiki akhlaq dulu adalah sesuatu yang tidak semestinya dilakukan oleh wanita muslimah mana pun.
Adapun pernyataan kedua, memang demikianlah adanya, bacalah Al-Quran dan tadabburi maknanya, maka kita temukan bahwa hampir setiap kali Allah berfirman tentang wanita muslimah yang baik (beragama), isinya adalah tentang “Bagaimana seharusnya wanita muslimah itu berperilaku?” selebihnya adalah tentang “Bagaimana seharusnya wanita muslimah itu berpenampilan?”. Jika berkenan bacalah QS. An-Nur ayat 31, At-Tahrim ayat 5, 10, 11 dan 12, dan seterusnya.
Pernyataan berikutnya adalah:
“Kerudung itu bukan inti dari Islam!” Ya, saya pribadi setuju, memang bukan inti dari Islam, tapi bagian penting dari Islam yang jika bagian itu tidak ada, maka terlalu sulit untuk dikatakan “Ini Islam” sama sulitnya untuk dikatakan “Ini bukan Islam”.
Dikatakan wanita muslimah sulit karena tidak pernah mau pakai kerudung, dikatakan bukan wanita muslimah juga sulit, karena shalat, zakat dan ibadah-ibadah lainnya tetap dikerjakan, juga akhlaqnya adalah akhlaq wanita muslimah.
Kalau saya ibaratkan, hal ini seperti bangunan rumah yang tak nampak seperti rumah, namun lebih tampak seperti gudang; berjendela tanpa kaca, tanpa lantai ubin, dan tanpa atap dan seterusnya.
Dikatakan rumah sulit, karena dari luar hampir tak dapat dibedakan dengan gudang. Dikatakan bukan rumah juga sulit, karena ternyata penghuninya lengkap, pasangan suami istri dan satu anak lelaki.
Jendela berkaca, pintu, atap, dan lantai ubin memang bukan bagian inti dari rumah, tapi tanpa adanya semua itu, sebuah bangunan akan kehilangan identitasnya sebagai rumah, konsekuensinya, orang-orang akan menyangka kalau bangunan tersebut adalah gudang tak berpenghuni.
Kerudung atau jilbab adalah identitas seorang muslimah (wanita beragama Islam). Kerudung lah yang memberi isyarat kepada lelaki-lelaki muslim bahkan semua lelaki bahwa yang mengenakannya adalah wanita terhormat, sehingga sangat tidak pantas direndahkan dalam pandangan mereka, kata-kata mereka, maupun perbuatan mereka (para lelaki).
Allah SWT berfirman:
Kesimpulan
“Identitas seorang wanita muslimah itu adalah jilbab dan akhlaqnya, akhlaq tanpa jilbab kurang, sama kurangnya dengan jilbab tanpa akhlaq”.
Kedua: Alasan Logis
Dikatakan sebelumnya bahwa wanita muslimah yang baik akhlaqnya namun tak berkerudung baru setengahnya menunjukkan kalau wanita tersebut beragama, karena setengahnya lagi adalah kerudung, berarti wanita yang tidak baik kelakuannya dan tidak berkerudung, tidak setengah pun menunjukkan bahwa wanita tersebut beragama. Maka, bukankah ini lebih parah nilainya di mata agama? Oleh karena itulah pernyataan di atas tidak menjadi solusi yang tepat.
Solusi yang Tepat
Bagi wanita muslimah yang sudah berkerudung dan merasa kalau akhlaq atau perilakunya masih jauh dari akhlaq seorang wanita muslimah yang sebenarnya, tidak perlu terhasut dengan pernyataan “Buat apa pakai kerudung, kalau…. dst” lantas melepas kerudungnya karena malu.
Solusi yang bijak adalah, biarkan kerudung itu tetap melekat bersamanya sembari berusaha untuk terus mengadakan perbaikan akhlaq atau perilakunya.
Pernyataan Lain
“Kerudungi hati dulu, baru kerudungi penampilan”. Jika pernyataan ini memang pernah terlontar dan pernah ada, alangkah bijak jika pernyataan ini kita ubah menjadi: “Mengerudungi hati tak kalah penting dari mengerudungi penampilan”.
Tentang pernyataan pertama, dikarenakan perbaikan akhlaq adalah proses berkesinambungan seumur hidup yang jelas bukan instan, dan dikarenakan tak ada yang dapat menjamin bagaimana dan seperti apa hari esok dalam kehidupan kita? Masih di atas bumi kah atau di dalam perutnya? Masih memijak kah atau dipijak? Maka menunda berkerudung dengan alasan memperbaiki akhlaq dulu adalah sesuatu yang tidak semestinya dilakukan oleh wanita muslimah mana pun.
Adapun pernyataan kedua, memang demikianlah adanya, bacalah Al-Quran dan tadabburi maknanya, maka kita temukan bahwa hampir setiap kali Allah berfirman tentang wanita muslimah yang baik (beragama), isinya adalah tentang “Bagaimana seharusnya wanita muslimah itu berperilaku?” selebihnya adalah tentang “Bagaimana seharusnya wanita muslimah itu berpenampilan?”. Jika berkenan bacalah QS. An-Nur ayat 31, At-Tahrim ayat 5, 10, 11 dan 12, dan seterusnya.
Pernyataan berikutnya adalah:
“Kerudung itu bukan inti dari Islam!” Ya, saya pribadi setuju, memang bukan inti dari Islam, tapi bagian penting dari Islam yang jika bagian itu tidak ada, maka terlalu sulit untuk dikatakan “Ini Islam” sama sulitnya untuk dikatakan “Ini bukan Islam”.
Dikatakan wanita muslimah sulit karena tidak pernah mau pakai kerudung, dikatakan bukan wanita muslimah juga sulit, karena shalat, zakat dan ibadah-ibadah lainnya tetap dikerjakan, juga akhlaqnya adalah akhlaq wanita muslimah.
Kalau saya ibaratkan, hal ini seperti bangunan rumah yang tak nampak seperti rumah, namun lebih tampak seperti gudang; berjendela tanpa kaca, tanpa lantai ubin, dan tanpa atap dan seterusnya.
Dikatakan rumah sulit, karena dari luar hampir tak dapat dibedakan dengan gudang. Dikatakan bukan rumah juga sulit, karena ternyata penghuninya lengkap, pasangan suami istri dan satu anak lelaki.
Jendela berkaca, pintu, atap, dan lantai ubin memang bukan bagian inti dari rumah, tapi tanpa adanya semua itu, sebuah bangunan akan kehilangan identitasnya sebagai rumah, konsekuensinya, orang-orang akan menyangka kalau bangunan tersebut adalah gudang tak berpenghuni.
Kerudung atau jilbab adalah identitas seorang muslimah (wanita beragama Islam). Kerudung lah yang memberi isyarat kepada lelaki-lelaki muslim bahkan semua lelaki bahwa yang mengenakannya adalah wanita terhormat, sehingga sangat tidak pantas direndahkan dalam pandangan mereka, kata-kata mereka, maupun perbuatan mereka (para lelaki).
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء
الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى
أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
“Wahai
Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzaab: 59)Kesimpulan
“Identitas seorang wanita muslimah itu adalah jilbab dan akhlaqnya, akhlaq tanpa jilbab kurang, sama kurangnya dengan jilbab tanpa akhlaq”.
Rabu, 21 Desember 2011
AYAH ! SHALAT SHUBUH
Suatu hari seorang anak sedang belajar di sekolahnya, dia baru kelas 3
SD. Di salah satu pelajaran, seorang guru menjelaskan tentang shalat
subuh dan dia menyimaknya dengan seksama. Mulailah gurunya berbicara
tentang keutamaan dan pentingnya shalat subuh dengan cara yang
menggugah, tersentuhlah anak didiknya yang masih kecil itu.
Terpengaruhlah seorang anak kecil tadi oleh perkataan gurunya sementara
ini dia belum pernah shalat subuh sebelumnya dan juga keluarganya.
Ketika dia pulang ke rumah, berfikirlah dia bagaimana caranya supaya bisa bangun untuk shalat subuh besoknya. Dia tidak mendapatkan caranya selain tidak tidur semalaman sampai bisa melaksanakan shalat subuh. Dia melakukan caranya itu. Dan ketika mendengar azan, bergegaslah dia untuk menjalankan shalat subuh. Tetapi ada masalah bagi anak kecil ini untuk sampai ke masjid karena letaknya jauh dari rumahnya. Dia tidak bisa berangkat sendirian, maka menangislah dia dan duduk di depan pintu. Tetapi tiba-tiba dia mendengar suara sepatu seseorang dari arah jalan, dibukalah pintu dan keluarlah segera dari rumahnya. Nampaknya kakek ini menuju masjid. Anak kecil ini melihat sang kakek dan dia kenal. Kakek ini adalah kakek temannya, Ahmad. Anak kecil ini mengikuti Kakek Ahmad di belakangnya dengan rasa khawatir dan perlahan-lahan dalam berjalan, jangan sampai Si kakek merasa diikuti dan melaporkan dia ke keluarganya dan yang kemungkinan akan menghukumnya. Berjalanlah peristiwa ini seterusnya sampai pada suatu ketika Si kakek dipanggil oleh Allah Pemilik jiwa dan raganya. Si kakek wafat.
Anak kecil mendengar kabar ini, tertegunlah dia dan menangis sejadi-jadinya. Ayahnya sangat heran melihat kondisi seperti ini, kemudian bertanyalah kepada anaknya, “wahai anakku kenapa kamu menangis sampai seperti ini, dia itu bukan teman bermainmu dan bukan pula saudaramu yang hilang?” Anak kecil itu melihat kearah ayahnya dengan berlinang air mata penuh kesedihan, dan berkata kepada ayahnya, “seandainya yang meninggal itu ayah, bukan dia.” Bagai disambar petir dan tercenganglah seorang ayah kenapa anaknya yang berkata dengan ungkapan seperti itu, dan kenapa begitu cintanya anaknya kepada si kakek? Anak kecil menjawab dengan suara parau, “Aku tidak kehilangan dia karena hal-hal yang ayah sebutkan.” Bertambah heran ayahnya itu dan bertanya, “lalu karena apa?” Anak itu menjawab, “karena shalat ayah….karena shalat!” Kemudian anak itu menambahkan pembicaraannya, “Ayah, kenapa ayah tidak shalat subuh? Kenapa ayah tidak seperti si kakek dan seperti orang lain yang aku lihat?” Berkata ayahnya, “dimana kamu melihatnya?” Anak kecil itu menjawab, “di masjid.” Berkata lagi ayahnya, “bagaimana kisahnya?” Maka berceritalah anak kecil itu kepada ayahnya tentang apa yang dilakukan selama ini. Tersentuhlah seorang ayah oleh anaknya, lembutlah hati dan tubuhnya, jatuhlah air matanya, dipeluklah anaknya, dan semenjak peristiwa itu, ayah anak itu tidak pernah meninggalkan shalat satu waktupun dan semuanya dilakukan di masjid. (athfal lakin du’ah)
Ketika dia pulang ke rumah, berfikirlah dia bagaimana caranya supaya bisa bangun untuk shalat subuh besoknya. Dia tidak mendapatkan caranya selain tidak tidur semalaman sampai bisa melaksanakan shalat subuh. Dia melakukan caranya itu. Dan ketika mendengar azan, bergegaslah dia untuk menjalankan shalat subuh. Tetapi ada masalah bagi anak kecil ini untuk sampai ke masjid karena letaknya jauh dari rumahnya. Dia tidak bisa berangkat sendirian, maka menangislah dia dan duduk di depan pintu. Tetapi tiba-tiba dia mendengar suara sepatu seseorang dari arah jalan, dibukalah pintu dan keluarlah segera dari rumahnya. Nampaknya kakek ini menuju masjid. Anak kecil ini melihat sang kakek dan dia kenal. Kakek ini adalah kakek temannya, Ahmad. Anak kecil ini mengikuti Kakek Ahmad di belakangnya dengan rasa khawatir dan perlahan-lahan dalam berjalan, jangan sampai Si kakek merasa diikuti dan melaporkan dia ke keluarganya dan yang kemungkinan akan menghukumnya. Berjalanlah peristiwa ini seterusnya sampai pada suatu ketika Si kakek dipanggil oleh Allah Pemilik jiwa dan raganya. Si kakek wafat.
Anak kecil mendengar kabar ini, tertegunlah dia dan menangis sejadi-jadinya. Ayahnya sangat heran melihat kondisi seperti ini, kemudian bertanyalah kepada anaknya, “wahai anakku kenapa kamu menangis sampai seperti ini, dia itu bukan teman bermainmu dan bukan pula saudaramu yang hilang?” Anak kecil itu melihat kearah ayahnya dengan berlinang air mata penuh kesedihan, dan berkata kepada ayahnya, “seandainya yang meninggal itu ayah, bukan dia.” Bagai disambar petir dan tercenganglah seorang ayah kenapa anaknya yang berkata dengan ungkapan seperti itu, dan kenapa begitu cintanya anaknya kepada si kakek? Anak kecil menjawab dengan suara parau, “Aku tidak kehilangan dia karena hal-hal yang ayah sebutkan.” Bertambah heran ayahnya itu dan bertanya, “lalu karena apa?” Anak itu menjawab, “karena shalat ayah….karena shalat!” Kemudian anak itu menambahkan pembicaraannya, “Ayah, kenapa ayah tidak shalat subuh? Kenapa ayah tidak seperti si kakek dan seperti orang lain yang aku lihat?” Berkata ayahnya, “dimana kamu melihatnya?” Anak kecil itu menjawab, “di masjid.” Berkata lagi ayahnya, “bagaimana kisahnya?” Maka berceritalah anak kecil itu kepada ayahnya tentang apa yang dilakukan selama ini. Tersentuhlah seorang ayah oleh anaknya, lembutlah hati dan tubuhnya, jatuhlah air matanya, dipeluklah anaknya, dan semenjak peristiwa itu, ayah anak itu tidak pernah meninggalkan shalat satu waktupun dan semuanya dilakukan di masjid. (athfal lakin du’ah)
KISAH-KISAH ISTIGHFAR
1.Hasan Al-Bashri dan istighfar
Imam Al-Qurthubi mnyebutkan dari ibnu shabih dengan mengatakan,''seseorang pernah mengadu mengenai kondisi kelaparan kepada hasan Al-Bashri. makan beliau berkata kepadanya,' bersitighfarlah kepada Allah !'yang lain mengadukan tentang kefakiran. maka beliau berkata kepadanya,beristigfarlah kepada Allah !'yang lain berkata kepada beliau ,'berdoalah kepada Allah agar DIA menganugrahiku seorang anak !'maka beliau berkata kepadanya ,'beristigfharlah kepada Allah !'
Lantasn,rabi'bin shabih berkata kepada beliau ,beberapa orang orang telah datang menemuimu untuk mengadukan berbagai macam perkara ,namuan engkau hanya memerintahkan kepada mereka agar beristigfhar..?
Beliau pun menjawab ,'apa yang ku ucapkan itu sedikit pun bukan dari diriku sendiri.sebab, Allah berfirman dalam surat nuh,'maka ku katakan kepada mereka,'mhonlah ampun kepada rabbimu,sesungguhnya DIA adalah maha pengampun.niscaya DIA akan mengirimkan kepadamu hujan dengan lebat.dan mebanyakkan harta dan anak-anakmu.dan mengadakan kepadamu kebun-kebun dan meengadakan pula untukmu sungai-sungai (nuh:10-12).'
Seseorang orang bertanya kepada hasan Al-bashri,Tidak malaukah salah seseoraqng di antara kita kepada rabbinya,jika ia berbuat dosa kemudia ia beristghfar,lalu melakukan dosa lgi,lantas dia beristigfhar,dan demikain seterusnya ?'
Maka beliau berkata kepadanya ,Setan ingin supaya ia bisa mengalahkan kalian dalam masalah ini.kerna itu,jangan pernah meninggalakan istirghfar selama lamanya!!!'''
2 SEDEKAH DAN ISTIGFHAR OBAT KEMANDULAN
Allah berfirman dalam kitabnya yang mulia:
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثاً وَيَهَبُ لِمَن يَشَاءُ الذُّكُورَ
أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَاناً وَإِنَاثاً وَيَجْعَلُ مَن يَشَاءُ عَقِيماً إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ
49. Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, [Asy-Syuura 49]
50. atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. [Asy-Syuura 50]
Inilah kebijakan Allah kepada mahluk-Nya kerna itu,wajib bagi setiap mukmin untuk mencari faktor-faktor dan kemudian percaya penuh kepada Allahh .
Sedekah dan istighfar ialah termasuk dari sekian faktor dan denganya dapt di peroleh suatu kesembuhan,dengan izin Allah,saodara ku yang mulia berikut ana ketengahkan suatu kisah yang terdapt dalam hadits !
Abu hanifah meriwayatkan sebuah hadits dalam Musnad-nya.jabir bin abdillah meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki mendatangi nabi bertanya kepada beliau .''Wahai Rasulullah,aku belum memiliki dan belum di karuniai seorang anakpun ??''
Maka Rasulullah menjawab,'' sesuai dengan banyknya istigfharmu dan sedekahmu,maka engkau akan di beri rizki (anak)karenanya.''akhirnya laki-laki itupun mulai memrbanyak istirghfar dan sedekahnya.
Jabir berkata,''setelah itu laki-laki itu pun di karuniai sembilan anak laki-laki
{musnad abu hanifah,syarhu mala alal qari'.}
syaikh Aidh Al-Qarani berkata dalam sebagaian ceramah,
''Di antara hal yang membaut iba ialah ada salah seorang yang mandul,tak mempunyai seorang anak pun para dokter tak mampu lagi menanganinya dan ilmu kedokteranpun tidak dapat menjawab masalah in.lants orang itu menanyakan hal tersebut kepada salah seorang ulama,maka orang alim itu menjawab.
Hendaknya kau banyak-banyak beristighfar di waktu pgi dan sore.sebab,Allah berfirman mengenai orang-orang yang banyak beristighfar :
dan membanyakan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”. [Nuh : 12]
Setelah itu orang itupun meperbanyak istighfar dan mengerjakannya secara kontinu.Sehingga Allah pun berkenan memberikan keturunan yang saleh kepadanya,''
3 ITIGHFAR DAN KEBERKAHAN RIZKI
Kisah ini di cerikan seorang sahabat dengan secara lisn .
Ada salah seorang sahabt pergi ke pasar untuk menjual barang daganganya,pasar tersebut telah penuh sesak oleh para penjual dan pembeli,sahabt tersebut lalu mulai menmpati tempat yang telah tersedia untuk berjualan,ia pun mulai mengelar barang dagannya untuk di jual dan duduk di dekatnya.
Waktu telah berjalan lama,namun ta seorang pun yang mendekati barang dagangannya.ada orang mendatanginya untuk meliht barang dagangannya,namun segera beranjak pergi.padahl sahabt tersebut sangat membutuhkan uang dan harus menjual barang daganganya agar kebutuhannya terpenuhin.
Waktu waktu telah berllau cukup lama dan tak seorangpun mau membelinya.sahabat itupun mulai merasa kegundahan dan mulai berfikir apa yang harus di perbuat.
Tak di nyana,terlintas dalam fikirannya sebuah hadits yang pernah dia denger dari seorang imam masjid.imam masjid itu pernah mengatakan,''Rasulullah bersabda:
Barang siapa memerbanyak istighfar.niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dari setiap kesusahan dan jalan keluar dari setiap kesempitan.serta dia juga aka memberikan rizki dari arah yang tak di sangka-sangka.''
Ia pun melepaskan ikatan lisan dan hatinya.lalu terus -menerus beristighfar.ia berkata.Demi Allah,ketika akan mulai beristighfar orang-orang pun mendekatiku, pembeli yang ini ingin memebeli dagangan ku,yang lain ingin membeli untuk dirinya sendiri,yang lain melebihkan harganya,dan yang lain menambahinya lagi.jiwakupun meras tenang dan barang daganganku telah laku segala puji hanya milik Allah.
Aku pun segera pulang membawa hasil penjualan dan segera pulang ke rumah.sementara mataku bercuruan air mata,di sebabkan aku telah banyak menyia-nyiakan harta terpendam yang sangat berharga ini,yaitu istighfar.maka,segal puji hanayha milik Allah.
4 ISTRI MULAI TENANG KERNA ISTIGHFAR
Seseorng menceritakan kisahnya dengan bertuturan berikut ini adalah cerita tersebut:
Pada suatu hari,aku pulang meenju rumah setelah seharian penuh meraskan kepayahan dan kesulitan,tatkala aku membuka pintu ,ternayata istriku telah menantikan kedtangnku serta tanpak pada dirinya tanda-tanda marah dan emosi.
Ia pun bergegas menegurku dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.kerna tak kausa menahan diri,aku pun menegurnya dengan kemarahan dan emosi pula.padahal,padahal waktu itu telah menunjukkan akhir malam.perdebatan dan amarah pun berlanjutan hingga menjelang shubuh.
Akhirnya,istriku mengambil keputusan untuk meninggalkan dan pergi menuju ke rumah orang tuanya.akupun berusaha membatalka keputusannya,namun tak juga berhasil.ia pergi ke kamar dan berkemas-kemas menyiapkan tas dan kopernya untuk meninggalkan rumah.ku tinggalkanlah ia keluar dari dari rumah,dan aku tidak tau hendak kemana aku pergi.saat itu aku berada dalam keadaan sangat marah dan emosi.
Di dekat rumahku terdapt sebuah masjid sementara adzan shubuh hampir di kuamndangksn.aku pun masuk ke dalam masjid,llau berhwudu'setelah itu.aku mengerjakan shalt dua rakaat.tak lama kemudian azan shubuh berkumandang aku pun mengerjakan shalt shubuh berjemaah usai shalat aku tetap berada di dalam masjid,untuk kemudian aku mulai beristighfar kepada Allah.keadaan ku ini berlangsung hinggaa hampir 1 jam.
Lantas kau pun bangkit untuk pulang ke rumah.tatkala pintu ku buka ternyata istirku sedang dudk menantikan kedatangku.namun kali.di wajahnya tersembul senyum yang lebar.
Setelah ku ucapkan saalam,aku pun bertanya kepadanya,
Masihkah engkau berketetapan untuk pergi meninggalkan rumah..??Istirku menjawab,''Tidak,aku menyesali keputusanku.''
Aku bertanya kepada diriku sendiri,Ada yang aneh apa yang sebenarnya terjadi ..??''lalu aku bertanya kepadanya tentang rahasia dari perubahan sikapnya.ia menjawab,demi Allah,aku tidk tau, Akan tetapi,semenjak satu jam yang lalu jiwaku mendadak menjadi tenang serta aku tau bahwa aku yang sala. Allah telah memebri pettunjuk kepadaku.''
Saat itu akupun jadi ingat bahwa pada saat yang bersamaan itulah aku mulai duduk un tuk beristighfar kepada Allah,dan aku jadi ingat sabda nabi:
Barang siapa yang memperbanyak beristighfar,niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dari setiap kesusahan dan jalan keluar dari setip kesempatan,sert DIA juga akan memberikan rizki kepadanya dari arah yng tak di sangka-sangka.''
Benarlah Rasuluallah !!
''Dan tiadalah yang di ucapkannya itu (AL-QUR'AN )menurut kemauan hawa nafsunya .Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang di wahyukan (kepadanya).''(An-Najm:3-4).
Semoga bermamfaat bagi para pembaca dan pengunjung Aamiin,,,mhon maaf jika ada kekurangan sesungguhnya kesalahan itu datangnnya dari diri saya sendiri dan segala yang baik hanya milik Allah semata.''
Imam Al-Qurthubi mnyebutkan dari ibnu shabih dengan mengatakan,''seseorang pernah mengadu mengenai kondisi kelaparan kepada hasan Al-Bashri. makan beliau berkata kepadanya,' bersitighfarlah kepada Allah !'yang lain mengadukan tentang kefakiran. maka beliau berkata kepadanya,beristigfarlah kepada Allah !'yang lain berkata kepada beliau ,'berdoalah kepada Allah agar DIA menganugrahiku seorang anak !'maka beliau berkata kepadanya ,'beristigfharlah kepada Allah !'
Lantasn,rabi'bin shabih berkata kepada beliau ,beberapa orang orang telah datang menemuimu untuk mengadukan berbagai macam perkara ,namuan engkau hanya memerintahkan kepada mereka agar beristigfhar..?
Beliau pun menjawab ,'apa yang ku ucapkan itu sedikit pun bukan dari diriku sendiri.sebab, Allah berfirman dalam surat nuh,'maka ku katakan kepada mereka,'mhonlah ampun kepada rabbimu,sesungguhnya DIA adalah maha pengampun.niscaya DIA akan mengirimkan kepadamu hujan dengan lebat.dan mebanyakkan harta dan anak-anakmu.dan mengadakan kepadamu kebun-kebun dan meengadakan pula untukmu sungai-sungai (nuh:10-12).'
Seseorang orang bertanya kepada hasan Al-bashri,Tidak malaukah salah seseoraqng di antara kita kepada rabbinya,jika ia berbuat dosa kemudia ia beristghfar,lalu melakukan dosa lgi,lantas dia beristigfhar,dan demikain seterusnya ?'
Maka beliau berkata kepadanya ,Setan ingin supaya ia bisa mengalahkan kalian dalam masalah ini.kerna itu,jangan pernah meninggalakan istirghfar selama lamanya!!!'''
2 SEDEKAH DAN ISTIGFHAR OBAT KEMANDULAN
Allah berfirman dalam kitabnya yang mulia:
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثاً وَيَهَبُ لِمَن يَشَاءُ الذُّكُورَ
أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَاناً وَإِنَاثاً وَيَجْعَلُ مَن يَشَاءُ عَقِيماً إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ
49. Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, [Asy-Syuura 49]
50. atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. [Asy-Syuura 50]
Inilah kebijakan Allah kepada mahluk-Nya kerna itu,wajib bagi setiap mukmin untuk mencari faktor-faktor dan kemudian percaya penuh kepada Allahh .
Sedekah dan istighfar ialah termasuk dari sekian faktor dan denganya dapt di peroleh suatu kesembuhan,dengan izin Allah,saodara ku yang mulia berikut ana ketengahkan suatu kisah yang terdapt dalam hadits !
Abu hanifah meriwayatkan sebuah hadits dalam Musnad-nya.jabir bin abdillah meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki mendatangi nabi bertanya kepada beliau .''Wahai Rasulullah,aku belum memiliki dan belum di karuniai seorang anakpun ??''
Maka Rasulullah menjawab,'' sesuai dengan banyknya istigfharmu dan sedekahmu,maka engkau akan di beri rizki (anak)karenanya.''akhirnya laki-laki itupun mulai memrbanyak istirghfar dan sedekahnya.
Jabir berkata,''setelah itu laki-laki itu pun di karuniai sembilan anak laki-laki
{musnad abu hanifah,syarhu mala alal qari'.}
syaikh Aidh Al-Qarani berkata dalam sebagaian ceramah,
''Di antara hal yang membaut iba ialah ada salah seorang yang mandul,tak mempunyai seorang anak pun para dokter tak mampu lagi menanganinya dan ilmu kedokteranpun tidak dapat menjawab masalah in.lants orang itu menanyakan hal tersebut kepada salah seorang ulama,maka orang alim itu menjawab.
Hendaknya kau banyak-banyak beristighfar di waktu pgi dan sore.sebab,Allah berfirman mengenai orang-orang yang banyak beristighfar :
dan membanyakan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”. [Nuh : 12]
Setelah itu orang itupun meperbanyak istighfar dan mengerjakannya secara kontinu.Sehingga Allah pun berkenan memberikan keturunan yang saleh kepadanya,''
3 ITIGHFAR DAN KEBERKAHAN RIZKI
Kisah ini di cerikan seorang sahabat dengan secara lisn .
Ada salah seorang sahabt pergi ke pasar untuk menjual barang daganganya,pasar tersebut telah penuh sesak oleh para penjual dan pembeli,sahabt tersebut lalu mulai menmpati tempat yang telah tersedia untuk berjualan,ia pun mulai mengelar barang dagannya untuk di jual dan duduk di dekatnya.
Waktu telah berjalan lama,namun ta seorang pun yang mendekati barang dagangannya.ada orang mendatanginya untuk meliht barang dagangannya,namun segera beranjak pergi.padahl sahabt tersebut sangat membutuhkan uang dan harus menjual barang daganganya agar kebutuhannya terpenuhin.
Waktu waktu telah berllau cukup lama dan tak seorangpun mau membelinya.sahabat itupun mulai merasa kegundahan dan mulai berfikir apa yang harus di perbuat.
Tak di nyana,terlintas dalam fikirannya sebuah hadits yang pernah dia denger dari seorang imam masjid.imam masjid itu pernah mengatakan,''Rasulullah bersabda:
Barang siapa memerbanyak istighfar.niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dari setiap kesusahan dan jalan keluar dari setiap kesempitan.serta dia juga aka memberikan rizki dari arah yang tak di sangka-sangka.''
Ia pun melepaskan ikatan lisan dan hatinya.lalu terus -menerus beristighfar.ia berkata.Demi Allah,ketika akan mulai beristighfar orang-orang pun mendekatiku, pembeli yang ini ingin memebeli dagangan ku,yang lain ingin membeli untuk dirinya sendiri,yang lain melebihkan harganya,dan yang lain menambahinya lagi.jiwakupun meras tenang dan barang daganganku telah laku segala puji hanya milik Allah.
Aku pun segera pulang membawa hasil penjualan dan segera pulang ke rumah.sementara mataku bercuruan air mata,di sebabkan aku telah banyak menyia-nyiakan harta terpendam yang sangat berharga ini,yaitu istighfar.maka,segal puji hanayha milik Allah.
4 ISTRI MULAI TENANG KERNA ISTIGHFAR
Seseorng menceritakan kisahnya dengan bertuturan berikut ini adalah cerita tersebut:
Pada suatu hari,aku pulang meenju rumah setelah seharian penuh meraskan kepayahan dan kesulitan,tatkala aku membuka pintu ,ternayata istriku telah menantikan kedtangnku serta tanpak pada dirinya tanda-tanda marah dan emosi.
Ia pun bergegas menegurku dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.kerna tak kausa menahan diri,aku pun menegurnya dengan kemarahan dan emosi pula.padahal,padahal waktu itu telah menunjukkan akhir malam.perdebatan dan amarah pun berlanjutan hingga menjelang shubuh.
Akhirnya,istriku mengambil keputusan untuk meninggalkan dan pergi menuju ke rumah orang tuanya.akupun berusaha membatalka keputusannya,namun tak juga berhasil.ia pergi ke kamar dan berkemas-kemas menyiapkan tas dan kopernya untuk meninggalkan rumah.ku tinggalkanlah ia keluar dari dari rumah,dan aku tidak tau hendak kemana aku pergi.saat itu aku berada dalam keadaan sangat marah dan emosi.
Di dekat rumahku terdapt sebuah masjid sementara adzan shubuh hampir di kuamndangksn.aku pun masuk ke dalam masjid,llau berhwudu'setelah itu.aku mengerjakan shalt dua rakaat.tak lama kemudian azan shubuh berkumandang aku pun mengerjakan shalt shubuh berjemaah usai shalat aku tetap berada di dalam masjid,untuk kemudian aku mulai beristighfar kepada Allah.keadaan ku ini berlangsung hinggaa hampir 1 jam.
Lantas kau pun bangkit untuk pulang ke rumah.tatkala pintu ku buka ternyata istirku sedang dudk menantikan kedatangku.namun kali.di wajahnya tersembul senyum yang lebar.
Setelah ku ucapkan saalam,aku pun bertanya kepadanya,
Masihkah engkau berketetapan untuk pergi meninggalkan rumah..??Istirku menjawab,''Tidak,aku menyesali keputusanku.''
Aku bertanya kepada diriku sendiri,Ada yang aneh apa yang sebenarnya terjadi ..??''lalu aku bertanya kepadanya tentang rahasia dari perubahan sikapnya.ia menjawab,demi Allah,aku tidk tau, Akan tetapi,semenjak satu jam yang lalu jiwaku mendadak menjadi tenang serta aku tau bahwa aku yang sala. Allah telah memebri pettunjuk kepadaku.''
Saat itu akupun jadi ingat bahwa pada saat yang bersamaan itulah aku mulai duduk un tuk beristighfar kepada Allah,dan aku jadi ingat sabda nabi:
Barang siapa yang memperbanyak beristighfar,niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dari setiap kesusahan dan jalan keluar dari setip kesempatan,sert DIA juga akan memberikan rizki kepadanya dari arah yng tak di sangka-sangka.''
Benarlah Rasuluallah !!
''Dan tiadalah yang di ucapkannya itu (AL-QUR'AN )menurut kemauan hawa nafsunya .Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang di wahyukan (kepadanya).''(An-Najm:3-4).
Semoga bermamfaat bagi para pembaca dan pengunjung Aamiin,,,mhon maaf jika ada kekurangan sesungguhnya kesalahan itu datangnnya dari diri saya sendiri dan segala yang baik hanya milik Allah semata.''
Sabtu, 17 Desember 2011
Khalifah Umar bin Khatab radhiallahu’anhu Membantu Kelahiran Seorang Rakyatnya
Suatu hari Umar bin Khatab radhiallahu’anhu pergi dari rumah untuk mengetahui secara langsung keadaan rakyatnya. Dia bertemu dengan seorang laki-laki yang duduk dengan sedih dan gelisah di pintu masjid.
Umar bertanya, “Ada apa denganmu?” laki-laki itu menjawab, “Istriku hampir melahirkan, tetapi kami tidak memiliki apapun dan tidak seorangpun bersamanya.”.
Umar menanyakan rumahnya. Lalu dia menunjuk sebuah tenda di pinggiran kota Madinah.
Umar pulang menemui istrinya, Ummu Kultsum bin Ali radhiallahu’anhu seraya berkata, “Maukah kamu memperoleh kebaikan yang Allah antarkan kepadamu?” Istrinya bertanya, “Apa itu ya Amiirul Mukminin?” Umar menjelaskan, “Seorang wanita hampir melahirkan dan tidak ada yang menemaninya.” Istrinya menjawab, “Ya.”
Umar lalu mengambil tepung, mentega, dan susu kering. Dia berangkat, diikuti istrinya di belakangnya. Ketika sampai di tenda, Umar berteriak, “Wahai penghuni tenda.” Laki-laki itu keluar. Umar menyuruh istrinya masuk kepada wanita itu, sedangkan ia menyiapakan bejana dengan tepung, mentega dan susu kering. Umar meletakkannya di tungku. Dia meniup apinya dan mengaduk isinya.
Apa yang ada di bejana belum juga masak, tetapi telah terdengar tangisan bayi dari dalam tenda yang diikuti suara Ummu Kultsum radhiallahu’anha, “Ya Amirul Mukminin, sampaikan berita gembira kepada temanmu, anaknya laki-laki.” Laki-laki itu terkejut. Dia berkata, “Kami telah merepotkan dan melelahkan Amirul Mukminin.” Umar berkata, “Tidak apa-apa. Besok pagi datanglah kepada kami. Kami akan memberimu apa yang kamu perlukan untuk keluargamu.”
Keesokan harinya laki-laki itu datang. Umar memberinya unta betina dan makanan yang memenuhi punggungnya. Laki-laki itu berbahagia dan berterimakasih kepada Amirul Mukminin radhiallahu’anhu. Begitulah orang besar mencetak sebuah keteladanan.
Khalifah Abu Bakar radhiallahu’anhu Menjadi Pelayan Nenek Buta
Pada masa Khulafa’ur Rasyidin para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan para tabi’in berlomba-lomba berbuat kebaikan dengan membantu orang yang membutuhkan dan menolong orang yang teraniaya. Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu’anhu dan Umar bin Khatab radhiallahu’anhu termasuk orang yang gigih berlomba-lomba dalam amal kebaikan yang mulia ini, yang pelakunya mendapatkan kebaikan besar di dunia dan banyak pahala di akhirat.
Peristiwa ini terjadi pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu’anhu. Pada saat itu Umar mengamati apa yang dilakukan oleh Abu Bakar, lalu dia melakukan dua kali lipatnya karena ia bermaksud mendapatkan kebaikan dan mendahului Abu Bakar ke tingkat Surga tertinggi.
Suatu hari Umar mengamati Abu Bakar Ash-Shidiq di waktu fajar. Sesuatu telah menarik perhatian Umar. Saat Abu Bakar pergi ke pinggiran kota Madinah setelah shalat Subuh. Abu Bakar mendatangi sebuah gubuk kecil untuk beberapa saat, lalu dia pulang kembali ke rumahnya. Umar tidak mengetahui apa yang ada di dalam gubuk itu dan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Umar mengetahui seluruh kebaikan yang dilakukan oleh Abu Bakar, kecuali rahasia urusan gubuk itu.
Hari-hari terus berjalan. Abu Bakar Ash-Shidiq tetap mengunjungi gubuk kecil di pinggiran kota itu. Umar tetap belum mengetahui apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di sana. Sampai akhirnya Umar memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk itu sesaat setelah Abu Bakar meninggalkannya. Umar ingin melihat apa yang ada di dalam gubuk itu dengan matanya sendiri. Dia ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh sahabatnya disitu.
Manakala Umar masuk ke dalam gubuk kecil itu, Umar mendapakan seorang nenek tua yang lemah tanpa bisa bergerak. Nenek itu juga buta kedua matanya. Tidak ada sesuatu pun di dalam gubuk kecil itu. Umar tercengang dengan yang dilihatnya. Dia ingin mengetahui ada hubungan apa nenek tua ini dengan Abu Bakar radhiallahu’anhu.
Umar bertanya, “Apa yang dilakukan laki-laki itu (Abu Bakar) di sini?”. Nenek tua itu menjawab, “Demi Allah, aku tidak mengenalnya, wahai anakku. Setiap pagi dia datang, membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia menyiapkan makan untukku. Kemudian dia pergi tanpa berbicara apapun denganku”
Umar menekuk kedua lututnya, kedua matanya basah oleh air mata. Kemudian ia mengucapkan kalimatnya yang masyhur, “Wahai Abu Bakar, sungguh engkau telah membuat lelah para khalifah sesudahmu” (maksudnya, khalifah berikutnya sesudah kekhalifahan Abu Bakar harus bekerja lebih keras agar mampu menandingi kualitas kekhalifahan Abu Bakar).
''KISAH JULAIBIB DAN ISTRI YANG TA'AT''
Wanita yang benar-benar shalihah ibarat seseorang yang tahan memegang bara api yang panas …
Jika telah sampai suatu perintah syariat pada seorang wanita muslimah maka ia segera taat, terima, dan tunduk (walau itu berat untuk dijalankannya). Dia tidak menyanggah, tidak membangkang, ataupun mencari alasan untuk tidak menerimanya.
Perhatikanlah cerita wanita mulia ini! Cerita tentang seorang pengantin wanita
Adalah seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bernama Julaibib. Wajahnya sungguh tidak menarik dan miskin pula. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menawarinya menikah. Dia berkata (tidak percaya), “Kalau begitu, Anda menganggapku tidak laku?”
Beliau bersabda, “Tetapi kamu di sisi Allah bukan tidak laku.”
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa terus mencari kesempatan untuk menikahkan Julaibib…
Hingga suatu hari, seorang laki-laki dari Anshar datang menawarkan putrinya yang janda kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar beliau nikahi. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Ya. Wahai fulan! Aku akan menikahkan putrimu.”
“Ya, dan sungguh itu suatu kenikmatan, wahai Rasulullah,” katanya riang.
Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku tidak menginginkannya untuk diriku…”
“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.
Beliau menjawab, “Untuk Julaibib…”
Ia terperanjat, “Julaibib, wahai Rasulullah?!! Tunggu dulu ya Rasulullah.. Biarkan aku meminta pendapat ibunya….”
Laki-laki itu pun pulang kepada istrinya seraya berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melamar putrimu.”
Dia menjawab, “Ya, dan itu suatu kenikmatan…”
“Menjadi istri Rasulullah!” tambahnya girang.
Dia berkata lagi, “Sesungguhnya beliau tidak menginginkannya untuk diri beliau.”
“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.
“Beliau menginginkannya untuk Julaibib,” jawabnya.
Dia berkata, “Aku siap memberikan leherku untuk Julaibib… ! Tidak. Demi Allah! Aku tidak akan menikahkan putriku dengan Julaibib. Padahal, kita telah menolak lamaran si fulan dan si fulan…” katanya lagi.
Sang bapak pun sedih karena hal itu, dan ketika hendak beranjak menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (untuk menyampaikan penolakannya), tiba-tiba putrinya (yang sejak tadi menguping) berteriak memanggil ayahnya dari kamarnya, “Siapa yang melamarkanku kepada kalian?”
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,” jawab keduanya.
Dia berkata, “Apakah kalian akan menolak perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”
“Bawa aku menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh, beliau tidak akan menyia-nyiakanku,” lanjut sang putri.
Sang bapak pun pergi menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, seraya berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, terserah Anda. Nikahkanlah dia dengan Julaibib.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun menikahkannya dengan Julaibib, serta mendoakannya,
“Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.”
Tidak selang beberapa hari pernikahannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar untuk berangkat dalam peperangan (jihad fisabilillah), dan Julaibib ikut serta bersama beliau. Setelah peperangan usai, dan para shahabat mulai saling mencari satu sama lain diantara mayat-mayat yang bergelimpangan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”
Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan si fulan dan si fulan…”
Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”
Setelah semuanya selesai mencari, Rasulullah bersabda, “Aku kehilangan Julaibib…”
Mereka pun ramai-ramai mencari dan memeriksanya di antara orang-orang yang terbunuh. Tetapi mereka tidak menemukannya di arena pertempuran. Terakhir, mereka menemukannya di sebuah tempat terpisah yang tidak begitu jauh dari lokasi pertempuran. Mayat Julaibib ditemukan diantara tujuh mayat orang-orang musyrik. Dia telah membunuh mereka, kemudian akhirnya ia terbunuh juga.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri memandangi mayatnya, lalu berkata,”Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia dari golonganku dan aku dari golongannya.”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membopongnya di atas kedua lengannya dan memerintahkan mereka agar menggali tanah untuk menguburnya.
Anas radhiallahu ‘anhu bertutur kisah tentang peristiwa itu, “Selama kami menggali kubur, tubuh Julaibib radhiallahu ‘anhu tidak memiliki alas kecuali kedua lengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga ia digalikan dan diletakkan di liang lahatnyaAnas radhiallahu ‘anhu berkata kemudian, “Demi Allah! Tidak ada di tengah-tengah orang Anshar yang lebih banyak berinfak daripada janda Julaibib (setelah wafatnya Julaibib, jandanya menerima begitu banyak pampasan perang sebagai hadiah penghargaan, red). Kemudian, para tokoh pun berlomba melamar janda Julaibib …”
Sungguh ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wata’ala,
“Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itu adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (An-Nur: 52).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah bersabda, sebagaimana dalam ash-Shahih, “Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang enggan itu?” Beliau bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku, maka ia masuk surga, dan barangsiapa mendurhakaiku berarti ia telah enggan.”
Langganan:
Postingan (Atom)