“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak
akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18)
Maha Suci
Allah yang menciptakan hamparan langit indah membentang, yang padanya
burung-burung terbang bebas mengelilingi wujud Kemahabesaran-Nya. Yang
padanya menggantung awan-awan yang berbaris menurut kisaran angin, yang
ketika telah mencapai waktunya turunlah hujan dari celah-celahnya
membasahi bumi yang kering kerontang. Kemudian air hujan itu menyuburkan
bumi dengan buah dan sayur mayur.
“Allah yang mencipta
langit-langit dan bumi, dan menurunkan air hujan dari langit lalu
mengeluarkan dengan air itu buah-buahan sebagai rezeki bagimu. Dan Dia
menundukkan bagimu perahu sehingga berjalan di atas lautan dengan
perintah-Nya, dan Dia menundukkan sungai-sungai bagimu. Dan Dia
menundukkan bagimu matahari dan bulan yang tidak henti-hentinya
(beredar), dan Dia menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia
memberikan kepadamu semua yang kamu minta. Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu
menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu adalah makhluk yang banyak
berbuat zhalim dan banyak mengkufuri (nikmat).” (QS. Ibrahim: 32-34)
Segala
Puji bagi-Nya yang membuat kita masih mampu bernafas, masih bisa
melihat, masih lapang ketika sempit, masih mampu bersabar, masih….dan
masih…..
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 13)
Semua
itu karena Allah amat mencintai hamba-hamba-Nya. Karena kasih
sayang-Nya lah kita masih diberi amanah untuk tetap menatap dunia. Kita
masih dipercaya untuk memperbaiki segala kerusakan yang kita lakukan.
Kita masih diberi tenggang waktu untuk bisa terus maju menegakkan yang
hak dan menjauhi yang batil.
“Sesungguhnya, diri kitalah
kesaksian utama bagi-Nya. Tetapi seperti halnya kelelawar hanya bisa
melihat pada malam hari dan tidak di siang hari karena kelemahan
penglihatannya, yang dibutakan oleh benderangnya sinar matahari. Begitu
pula pikiran manusia terlalu lemah untuk melihat keagungan penuh
Kebesaran Ilahi.” (Imam Al-Ghazzali)
Karena kita
manusia yang selalu khilaf, selalu lupa bersyukur ketika sedang makmur.
Maka marilah kita meneladani Nabi Sulaiman yang selalu berdoa agar bisa
mensyukuri nikmat Allah. Yang terabadikan dalam Al-Qur’an;
“Wahai
Rabb-ku, tunjukkanlah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang Engkau
berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku. Dan (tunjukkanlah aku)
untuk melakukan amal shalih yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku
dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.” (QS. An-Naml: 19)
Hal
itu pula senada dengan apa yang pernah di wasiatkan Nabi Muhammad SAW
kepada Mu’adz agar memohon pertolongan kepada Allah untuk mensyukuri
nikmat-Nya;
“Wahai Mu’adz, demi Allah aku mencintaimu.
Kemudian aku wasiatkan kepadamu wahai Mu’adz, janganlah kamu tinggalkan
di akhir setiap shalat, kamu ucapkan (doa yang artinya) wahai Allah,
tolonglah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan memperbagus
ibadah kepada-Mu.” (Riwayat Abu Daud dan an-Nasa’i dengan sanad yang Shahih)
Oleh
karenanya, marilah kita biasakan diri untuk mensyukuri segala apa yang
telah kita capai. Karena semua itu merupakan salah satu tanda orang
beriman.
Wallahu a’lam.....''
Tidak ada komentar:
Posting Komentar