Laman

Sabtu, 03 Januari 2015

***~~~ HAKIKAT CINTA ~~~***

Kita semua menyadari bahwa mencintai Rasulullah shallahu alaihi wasallam merupakan kewajiban

Kewajiban untuk mencintainya berada pada martabat kedua setelah kecintaan kepada Allah.
Bahkan tidak sempurna imam seseorang apabila dia tidak mencintai Rasulullah lebih dari apapun selain Allah.

Beliau -shallahu alaihi wasallam- bersabda:

"Tidak beriman salah seorang diantara kalian hingga aku lebih dicintainya melebihi cintanya terhadap anak-anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia" (HR. Bukhori dan Muslim)
 
Saya pernah mendengar sebuah ungkapan indah tentang konsekwensi cinta.
لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لَأَطَعْتَـهُ إِنَّ المُحِبَّ لِمَنْ أَحَبَّ مُطِيْـعُ

Jikalau cintamu tulus murni (kepadanya), niscaya engkau akan mentaatinya.
Karena sesungguhnya orang yang mencintai akan patuh terhadap orang yang dicintainya.

Pikirkupun membawaku pada baris-baris sabda yang dulu pernah kubaca:
من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد

"Barangsiapa yang melakukan satu amalan yang tidak kami perintahkan, maka amalan itu tertolak" 

Dia tidak pernah memerintahkannya.
Jadi kami tidak akan merayakannya.
Bukan karena kami tak sanggup, tapi takut kalau amal-amal kami ditolak.
Kami juga takut bila hari yang dijanjikan itu tiba, kami ditolak saat mendekat mendekati telaga haudhnya.

Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:
  
ليردن علي أقوام أعرفهم ويعرفونني ثم يحال بيني وبينهم فأقوِل إنهم من أمتي ، فيقال : إنك لا تدري ما أحدثوا بعدك . فأقول : سحقاَ لمن غيّر بعدي

"sungguh ada suatu kaum yang akan mendekat padaku (di telaga al-haudh). aku mengenal mereka dan mereka pun mengenalku. kemudian aku dan mereka dipisahkan, maka aku berkata: “mereka adalah ummatku.” kemudian dikatakan pada beliau: “engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu.” Maka aku pun berkata: “celakalah (menjauhlah) orang-orang yang mengubah (agama) setelahku." 
(HR. Bukhari-Muslim)

                                      Sahabat... 
Karna aku tak ingin engkau juga tertolak diri telaga haudh itu, maka kutuliskan catatan kecil ini sebagai pikiran banding untukmu yang masih terbuwai dengan apa yang kau sebut bid'ah hasanah...

Bukankah di dalam Al-Qur'an Allah berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

"Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu dan telah kusempurnakan bagimu nikmat-Ku dan telah kuridhoi Islam sebagai agamamu" (QS: Al-Maidah ayat: 3)

Imam Malik -rahimahullah- berkata "maka apa-apa saja yang bukan bagaian dari agama dimasa itu, maka hari ini juga tetap bukan bagian dari agama"

Akhi fillah..
Hendaknya seorang muslim mengikuti jejak salafussholeh dalam ibadah serta muamalahnya..
Besungguh-sungguhlah agar dengan perlahan tapi pasti engkau bisa lepas dari jerat-jerat buwaian bid'ah hasanah.

Karana kekasihku dan kekasihmu bersabda: 

"semua bid'ah adalah sesat"

Ketahuilah...
Kecintaan yg tulus itu terwujud dalam bentuk ittiba (mengikuti petunjuknya dengan segenap jiwa dan raga) 
Manisnya cinta Rasul tidak dapat diraih dengan mendengar bait-bait cinta yang dilantunkan dimalam maulid nabi.
Bait-bait cinta yang berisi pujian berlebihan kepada Rasulullah. 
Padahal beliau bersabda: 

“Jangan memujiku secara berlebihan seperti kaum Nasrani yang memuji Isa putera Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya, maka ucapkanlah, “Hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari dan Ahmad).

Orang yg paling bahagia adalah orang yg selalu mengingat Rasulullah dalam sunnahnya, meneladani cara hidupnya dari cara buang hajat sampai memimpin negara.
Buktikan kalau cintamu tulus.
Sebagaimana firman Allah: 

“Katakanlah (hai Muhāmmad), jika kalian (benar-benar) mencintai Allâh maka ikutilah aku (nabi muhammad sholAllahu ‘alaihi wa sallam ), niscaya Allah akan mencintai kalian dan Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian, dan Allah Māhapengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-‘Imrân: 31)

Kami mencintaimu wahai Rasullah..
Kami akan mengingatmu bersama jenggot yang kami biarkan tumbuh..
Bersama pakaian yang tak kami biarkan melewati mata kaki..
Kami akan mengingatmu dalam shalawat yang terucap setiap kali namamu disebut.
Dalam senyum tulus untuk saudara kami saat bertemu.
Bersama ayunan langkah ke masjid untuk sholat berjamaah.
Disaat menaiki kenderaan dengan do'a yang pernah kau ajarkan dulu..
Kami mencintaimu dengan caramu.. seperti yang kau mau..
Dengan sunnah yang kau ajarkan, bukan dengan bid'ah yang engkau cela..
Kami akan terus besama ahli baitmu yang mengikutimu.
Kami tidak akan mengingatmu bersama mereka ditengah manusia yang merayakan kelahiranmu setahun sekali,
Dengan Jubah yg menjulur melebihi mata kaki..
Dengan jenggot yang dicukur rapi..
Dengan ba'it ba'it pujian yang diiringi tabuhan rebana, bunyi beduk yang bertalu-talu disertai petikan gitar gambus dimalam maulidmu..
Kami tidak akan merayakannya..
Kami takkan hadir.. 
Meski yang mengajak kami adalah mereka yang mengaku sebagai ahli baitmu..
Sebagai anak cucukmu..
Iya, kami memang WAHHABI.. Karena kami adalah hamba Al Wahhab..
Kami mencintaimu wahai Rasulullah.. 
Mencintai ahlul baitmu yang shaleh serta sahabat-sahabatmu -radhiallahu anhum-...

Ya Allah.. Kurniakan untuk kami syafaat nabi-Mu

        Tulisan ini di ambil dari blog  ustadz aan chandra thalib dengan sdikit perubahan untk melihat lengkapnya silhakn di lnik ini :http://abulfayruz.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar