Laman

Minggu, 06 Desember 2015

* ~~~ HARAPAN DALAM RINDU ~~~*

RINDU ialah bahasa Tuhan untuk memahami kesabaran. Sabar dalam sebentuk tunggu dan bersitahan dalam kesetiaan.

Rinduku padamu serupa embun yang berpinta warna, pada akhirnya pasrah pada ketentuan-Nya cukuplah mewujud bening untuk memurnikan rasa sebab ’embun tak perlu warna untuk membuat daun jatuh cinta’.

Rinduku padamu serupa air mata, di setiap tetesnya ada ribuan cerita yang tak mampu diterjemahkan oleh kata-kata. Pada akhirnya menyentuh kesadaran jiwa cukuplah mendoakan satu sama lain. Hingga Allah berkenan memberikan kesempatan untuk menyempurnakan separuh agama.

Rinduku padamu serupa angin di jantung cuaca, berembus perlahan mendinginkan gelisah yang telah memanaskan raga. Bersamanya kuterbangkan rubiyat pengharapan yang paling sederhana bahwa ‘kita boleh berbeda dalam segala, kecuali dalam cinta.’

Rinduku padamu serupa waktu, tempat pemberangkatan harapan dan kepulangan kenyataan. Sebab aku mencintaimu bukan hanya untuk hari ini, hari kemarin atau hari-hari yang akan datang. Tetapi aku mencintaimu sebelum hari-hari dilahirkan dan sebelum waktu belajar merangkak di atas zaman.

Senin, 30 November 2015

*~~~ NILAI SEBUAH KEBAJIKAN~~~*

Nilai sebuah kebajikan tidak diukur dari banyaknya harta yang kita berikan.

Harta memang bermanfaat bagi si fakir, tapi takkan bisa menghilangkan perihnya luka hati karena getirnya kehidupan.

Boleh jadi salam tulus yang kau ucapkan pada si faqir jauh lebih bernilai baginya dibanding dirham yang kau berikan.

Dan dirham yang kau berikan pada si fakir dengan uluran tangan yang tulus, lalu kau memintanya berjabatan tangan, jauh lebih berharga baginya ketimbang dinar yang kau berikan dengan tangan terangkat disertai perasaan angkuh dan mimik wajah yang seolah memintanya meneguk cawan kehinaan".

(Syaikh Ali Mustafa Thantawi rahimahullah

Senin, 23 November 2015

BACAAN DZIKIR SETELAH SHALAT FARDHU SESUAI SUNNAH RASULULLAH YANG SHAHIH

✅ أَسْـتَغْفِرُاللهَ 3
✅ اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَ مِنْكَ السَّـلَامُ تَبَارَكْتَ يَاذَاالْجَلَالِ وَ الْإِكْرَامِ
“Aku memohon ampun kepada Alloh (3x). Ya Alloh, Engkau pemberi keselamatan, dan dari-Mu keselamatan. Mahasuci Engkau, wahai Robb Pemilik keagungan dan kemuliaan” (1x) (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, an-Nasai, Ibnu Khuzaemah, ad-Darimi, dan Ibnu Majah)
✅ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ,لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ . اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا
مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَـدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
“Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan hanya Alloh Yang Mahaesa. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Alloh, tidak ada yang mencegah apa yang Engkau beri dan tidak ada yang memberi apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalih). Hanya dari-Mu kekayaan dan kemuliaan” (HR. Bukhari, Muslim,Ahmad,Ibnu Khuzaemah, ad-Darimi, Abu Daud, dan an-Nasai)
✅ لاَ إِلَهَ إِلاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ,لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. لاَحَـوْلَ وَلَاقُـوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ ,لاَ إِلَهَ إِلاَ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ
إِلاَّ إِيَّاهُ ,لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ ,لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنِ وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.
“Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan hanya Alloh Yang Mahaesa. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Alloh. Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan hanya Alloh. Kami tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Bagi-Nya nikmat, anugerah dan pujian yang baik. Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan hanya Alloh, dengan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya“(HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Khuzaemah, Abu Daud, dan an-Nasai)
✅ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ,لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْـيِىْ وَيُمِــيْتُ وَهُـوَ عَلَى كُلِّ شَـيْئٍ قَـدِيْرٌ
“Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan hanya Alloh, Yang Mahaesa. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya segala pujian. Dialah yang menghidupkan (orang yang sudah mati atau memberi ruh janin yang akan dilahirkan) dan yang mematikan. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu” (Khusus ini dibaca 10 x setiap ba’da maghrib dan Subuh) (HR. Ahmad,Tirmidzi).
✅ اَللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُـكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Alloh, tolonglah aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, serta beribadah dengan baik kepada-Mu” (HR. Abu Daud, an-Nasai,Ahmad,al-Hakim)
✅ سُبْحَانَ اللهِ (33) اَلْحَمْدُللهِ (33) اَللهُ أَكْبَرُ (33
“Mahasuci Alloh (33 x). Segala puji bagi Alloh (33 x).Alloh Mahabesar (33 x)
✅ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَّ شَرِيْكَ لَهُ ,لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan hanya Alloh, Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, bagi-Nya segala pujian. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu”. (HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Khuzaemah,al-baihaqi)
✅ سُوْرَةُ الْإِخْلَاصِ
Lalu membaca surat: al-Ikhlas “QulhuwAllohu ahad…”.(HR. Abu Daud, an-Nasai, Ibnu Khuzaemah, Tirmidzi)
✅ سُوْرَةُ الْفَلَقِ
Lalu membaca surat: al-falaq “Qul a’uudzu birobbil falaq…”.(HR. Abu Daud, an-Nasai, Ibnu Khuzaemah, Tirmidzi)
✅ سُوْرَةُ النَّاسِ
Lalu membaca surat : an-Naas “Qul a’uudzu birobbin naas…”.(HR. Abu Daud, an-Nasai, Ibnu Khuzaemah, Tirmidzi)
✅ أَيَةُ الْكُرْسِيْ
Lalu membaca ayat : Kursi “Allohu laa ilaaha illa huwal hayyul qoyyuum…”.(HR. an-Nasai, Ibnu Sunni)
✅ اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْـأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya Alloh, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal dan amal yang diterima” (Khusus dibaca ba’da sholat shubuh) (HR. Ibnu Majah, Ibnu Sunni)
-----------------------------------
BEBERAPA KEBIASAAN YANG PERLU DIHINDARI BERKAITAN DENGAN DZIKIR SESUDAH SHOLAT :
----------------------------------
Beberapa hal yang biasa dilakukan oleh banyak orang setelah sholat fardhu (wajib) yang lima waktu tapi tidak ada contoh dan dalil dari Rosululloh dan para sahabatnya.
Diantara kebiasaan yang salah tersebut ialah:
 1. Mengusapkan kedua tangan ke wajah/muka sesudah salam, karena kebiasaan ini sama sekali tidak berdasar pada dalil yang shohih.
 2. Berdo’a dan berdzikir secara berjamaah yang dipimpin oleh imam sholat.
3. Berdzikir dengan bacaan yang tidak ada nash/dalilnya, baik lafazh maupun bilangannya, atau berdzikir dengan dasar hadits yang dha’if (lemah) atau maudhu’ (palsu).
 Contoh : 
1. Sesudah sholat membaca: “Alhamdulillaah”
2. Membaca surat al-Faatihah setelah salam.
3. Membaca beberapa ayat terakhir surat al-Hasyr dan lainnya.
4. Menghitung dzikir dengan memakai biji-bijian tasbih atau yang serupa dengannya. Tidak ada satupun hadits yang shahih tentang menghitung dzikir dengan biji-bijian tasbih, bahkan sebagiannya maudhu’ (palsu). Syaikh al-Albani mengatakan: “Berdzikir dengan biji-bijian tasbih adalah bid’ah.”
Syaikh Bakr Abu Zaid mengatakan bahwa BERZIKIR DENGAN MENGGUNAKAN BIJI2AN MENYERUPAI ORANG2 YAHUDI, NASRANI & BUDHA, dan perbuatan ini adalah bid’ah. Yang disunnahkan dalam berdzikir adalah dengan menggunakan jari-jari tangan:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلُ اللهِ يَعْقِدُ التَّسْبِيْحَ بِيَمِيْنِهِ
“Dari Abdullah bin ‘Amr, ia berkata: “Aku melihat Rasulullah menghitung bacaan tasbih (dengan jari-jari) tangan kanannya.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Bahkan, Nabi memerintahkan para sahabat menghitung; Subhaanallaah, alhamdulillah, dan mensucikan Allah dengan jari-jari, karena jari-jari akan ditanya dan diminta untuk berbicara (pada hari kiamat) (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
5. Berdzikir dengan suara keras, karena bertentangan dengan dalil-dalil al-Qur’an yang menyuruh kita untuk berdzikir dengan suara pelan. Firman Allah dalam Qs. Al A’raaf Ayat 55;
ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِي
“Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan BERENDAH DIRI DAN SUARA YANG LEMBUT. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” [Qs. Al-A’raaf 55]
Dan Qs. Al A’raaf Ayat 205
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ
وَلاَ تَكُن مِّنَ الْغَافِلِي
“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” [Qs. Al-A’raaf 205]
Nabi melarang berdzikir dengan suara keras sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Imam Muslim dan lain-lain. Imam Syafi’i menganjurkan agar imam atau makmum tidak mengeraskan bacaan dzikir.
6. Bersalam2an/berjabatan tangan antar jamaah sesudah salam, sebelum dzikir. Tidak ada contoh dari Nabi dan para sahabatnya yang bersalam-salaman sesudah salam dalam shalat. BERSALAMAN YANG DICONTOHKAN ADALAH PADA SAAT AWAL BERTEMU DAN SAAT AKAM BERPISAH. Selain itu kebiasaan bersalam-salaman sesudah salam akan mengganggu kekhusu’an dzikir yang disyari’atkan untuk dilaksanakan tanpa ada jeda waktu sesudah salam. Apalagi dzikir sesudah sholat fardhu memiliki keutamaan yang tinggi.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran yang terbaik dari ajaran Islam yang hanif ini. Wallohu a’lam bis shawab. (WAG-MDS)
📗 Di Salin dari Buku Do'a Dan Wirid.
______
📝 Ust. Yazid bin Abdul Qodir Jawas

Rabu, 18 November 2015

*~~~ TERKADANG WANITA ITU ~~~*

Kata pujangga....
Perempuan itu bagaikan angin
Lembutnya melenakan
Ributnya menggusarkan

Adakalanya ia seperti Ibu : yang menyaji Kasih Menghidang Sayang

Adakalanya ia seperti Anak2 : ingin di belai pinta dimanjakan

Adakalanya ia seperti Nenek : berleter seadanya Merungut semaunya

Namun.... 
Teman kembara di kehidupan sementara ini,Bahgia dan Derita erat kaitannya dengan mereka...

Bahkan sukses seorang pria bisa jadi kerna ada wanita di belakangnya....

Jumat, 30 Oktober 2015

*~~~ BERSABARLAH HINGGA WAKTUNYA ~~~*

من ثعجل بشيئ عقب بحرمانه

"Man ta'ajjala bisyaiin uqiba bihirmanihi"

Barang siapa yang ingin mendapatkan sesuatu dengan segera (blm saatnya) maka dia akan dihukum dengan sebaliknya (tdk mendapatkannya.

Biarkanlah sebuah proses berjalan dengan alami, jangan dipaksakan untuk mempercepatnya.
Wujud segala seauatu memiliki proses yang tidak sama temponya antara satu dengan yang lainnya. Hargailah prosesnya, bersabarlah....,tunggulah hingga proses itu selesai pada tahapannya masing masing.

Contoh:
Ketika seseorang menggoreng telor dengan api yang besar dengan alasan biar cepat mateng maka yang terjadi sebaliknya. Gosong.., dia tdk mendapatkannya, tdk menikmatinya. Karena gosong. 

Contoh Dalam hukum islam. Seorang anak ingin secepatnya dapat harta warisan dari ayahnya. Dibunuhlah ayahnya biar cepat mati dan dia dapat harta warisan. Tetapi, hukum islam menyatakan, seorang pembunuh ayahnya tdk berhak mendapatkan harta warisan. Dia dikeluarkan dari hak waris.

Bersabarlah., segala sesuat akan indah pada waktunya.

Rabu, 14 Oktober 2015

*~ SUNGGUH NIKMAT & KASIH SAYANG ALLAH ITU SANGATLAH LUAS ~*

Di sebuah negeri Arab, ada seorang yang sudah sepuh, usianya sudah menginjak 80 tahun. Umumnya orang-orang yang sudah berumur, banyak penyakit yang datang silih berganti, tidak terkecuali sang kakek ini. Sang kakek mengidap penyakit kanker prostat yang cukup parah.
Pada suatu hari ia sama sekali tidak bisa mengeluarkan air urinnya. Anak-anaknya pun membawanya ke rumah sakit agar segera ditangani oleh dokter. Kakek tua ini langsung diperiksa oleh dokter dan diupayakan agar masalahnya bisa teratasi. Alhamdulillah, para dokter bisa mengatasi masalahnya, ia bisa mengelurkan urinnya dan berkuranglah rasa sakitnya. Anak-anaknya menemui dokter yang mengobati ayah mereka, mereka mengucapkan rasa syukur dan terima kasih atas bantuan para dokter ini.
Setelah itu, anak-anak kakek ini kembali menemui ayah mereka untuk menghibur dan menenangkan hatinya. Namun ternyata mereka melihat ayah mereka sedang tenggelam dalam deraian air mata. Lalu mereka mengatakan, “Wahai ayah, rasa sakit yang engkau rasakan telah hilang, mengapa ayah menangis?”
Kakek tua ini menenangkan diri dari tangisnya, lalu ia menjawab, “Dokter itu hanya menolongku dalam satu kali kesempatan ini saja, tapi kita benar-benar merasakan kebaikannya, dan kita benar-benar sangat berterima kasih kepadanya. Aku teringat Allah Ta’ala, yang selama 80 tahun ini aku benar-benar dibuai dengan kenikmatan yang Dia berikan kepadaku. Dengan kedermawanan dan kebaikan-kebaikan-Nya, sampai-sampai perkara yang tidak aku minta pun Dia berikan untukku, namun betapa kurang rasa syukurku kepada-Nya.”
Ibnu Qayyim mengatakan, “Jika Allah menyingkapkan kepada hamba-Nya sebuah tabir, dan menunjukkan kepada mereka bagaimana Allah mengatur urusan mereka, betapa Allah sangat menginginkan kebaikan untuk hamba-hamba-Nya lebih dari hamba tersebut menginginkan kebaikan itu untuk dirinya sendiri, dan Allah lebih menyayangi hamba-hamba-Nya lebih dari kasih sayang ibu-ibu mereka, pasti hati mereka akan leleh karena mencintai Allah dan pasti hati mereka akan tersayat-sayat karena berterima kasih kepada Allah.”
Demikianlah kenikmatan yang Allah berikan kepada kita semenjak kita dalam kandungan ibu kita hingga di usia kita saat ini. Banyak kenikmatan yang Allah berikan, bahkan terkadang kita tidak memintanya, dan kita tidak tahu akan mendapatkannya, namun Allah berikan kepada kita lalu kita bahagia dengan kenikmatan yang tidak disangka-sangka itu.
Sampai Imam Ibnu Qayyim menggambarkan jika saja kita benar-benar menyadari nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita niscaya kita akan sangat mencintainya dan ketika kita benar-benar menyadari nikmat-Nya, hati kita akan tersayat-sayat betapa kita selama ini tidak berterima kasih kepada-Nya.

Senin, 05 Oktober 2015

*~~ SETETES MADU JATUH DI ATAS TANAH ~~*

🐜Datanglah seekor semut kecil, perlahan-lahan dicicipinya madu tersebut. . .

🐜Hmmm... manis. Lalu dia beranjak hendak pergi. .
.
. 🐜Namun rasa manis madu sudah terlanjur memikat hatinya. Dia pun kembali untuk mencicipi lagi, sedikit saja. Setelah itu barulah dia akan pergi. .
.
. 🐜Namun, ternyata dia merasa tidak puas hanya mencicipi madu dari pinggir tetesannya. .
.
. 🐜Dia pikir, kenapa tidak sekalian saja masuk dan menceburkan diri agar bisa menikmati manisnya, lagi dan lagi. .
.
. 🐜Maka masuklah sang semut, tepat di tengah tetesan madu. .
.
. 🐜Ternyata? Badan mungilnya malah tenggelam penuh madu, kakinya lengket dengan
tanah. .

. . 🐜Dan... Tentu saja tak bisa bergerak. .

. . 🐜Malangnya, dia terus seperti itu hingga akhir hayatnya. Mati dalam kubangan setetes madu. ..

. 🌀Demikianlah analogi sederhana tentang dunia dan pecinta dunia, sebagaimana diperumpamakan dalam sebuah pepatah Arab : .

. ✨"Hakikat apa-apa dari kenikmatan dunia melainkan bagai setetes besar dari madu.

💦Maka siapa yang hanya mencicipinya sedikit, ia akan selamat.

💦Namun siapa yang menceburkan diri ke dalamnya, ia akan binasa." .
-------------
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّار
ُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Q.S. Al- An'am : 32)

Rabu, 16 September 2015

''~~~ SAYA TAK MAU BERPISAH DENGAN HARTA SAYA..~~~''


Haji Usman, sebutlah begitu nama beliau. Mungkin orangtuanya dulu berdo'a agar sang putra mewarisi kemuliaan Sayyidina Utsman ibn Affan Radhiyallahu ‘Anhu.

Pemilik salah satu usaha batik terkemuka di Yogyakarta ini memang dikenal atas kedermawanannya, seakan harta telah begitu tak berharga baginya. Seakan dunia telah begitu hina di matanya.

Ringan baginya membuka kotak persediaan, gampang baginya menyeluk kantong simpanan dan seakan tanpa beban dia mengulur bantuan.

Inilah mungkin sosok nyata orang yang dunia di tangannya dan akhirat di hatinya.

Maka beberapa orang pengusaha muda yang bersemangat mendatangi beliau.

“Ajarkan pada kami, Ji,” kata mereka, “bagaimana caranya agar kami seperti haji Usman. Bisa tidak cinta pada harta dan tidak sayang pada kekayaan...hingga seperti haji Usman, bershadaqah terasa ringan.”

“Wah,” sahut Haji Usman tertawa, “salah alamat!”

“Lho?”...

“Lha iya. Kalian datang pada orang yang salah. Lha saya ini SANGAT MENCINTAI HARTA SAYA je. Saya ini sangat mencintai kekayaan saya je.”

“Lho?”..

“Kok lho. Lha sebab saking cinta dan sayangnya saya pada harta, SAMPAI-SAMPAI SAYA TIDAK RELA MENINGGALKAN HARTA SAYA DI DUNIA INI. Saya itu TIDAK MAU BERPISAH dengan kekayaan saya. Makanya sementara ini saya titip-titipkan dulu. TITIP pada Masjid, TITIP pada anak yatim, TITIP pada madrasah, TITIP pada pesantren, TITIP pada pejuang fii sabilillah. Alhamdulillah ada yang berkenan dititipi, saya senang sekali. Alhamdulillah ada yang sudi diamanati, saya bahagia sekali. Pokoknya DI AKHIRAT NANTI MAU SAYA AMBIL LAGI. Saya ingin kekayaan saya itu dapat saya nikmati berlipat-lipat di akhirat. 

Senin, 10 Agustus 2015

'' *~~~ AH,ITU KAN CUMAN SUNNAH ~~~* ''

                              Bismillah.

                                                         “Ah, itu kan Cuma Sunnah.”

Itulah kebanyakan yang terucap dari lisan para umat muslim zaman sekarang ini.
Teringat akan sebuah kisah nyata dari seorang remaja, ketika dalam sebuah pekerjaan di salah satu instansi bidang pendidikan, kala itu, beberapa pria sedang asik berbincang dengannya. 

Si bapak :
“mas, jenggotnya nggak di cukur? Nggak risih apa? Lagian kurang rapih kelihatannya mas, itu juga celananya, naik naik gitu, nggak cocok banget sama kerapihan dalam dunia kerja.”

Si remaja :
“Ini kan sunnah pak, memang dilarang ya dalam instansi ini bergaya seperti ini?”

Si bapak :
“Bukan dilarang mas, tapi kurang etis terlihat. Dan lagian itu juga kan cuma sunnah mas, dikerjakan dapet pahala, nggak di kerjakan nggak dosa, ya kan?”

Sahabat, lagi lagi masih banyak saudara kita yang lupa akan pentingnya mengerjakan sunnah sunnah nabi kita shallallahu alaihi wasallam. padahal sunnah bukanlah untuk ditinggalkan sobat, bahkan sebaliknya, justru itu untuk kita kerjakan sebagai pelengkap/tambahan amalan-amalan fardhu. Ingatlah, banyak perkara sunnah yang berpahala amat besar, Seperti shalat qabliyah shubuh yang lebih baik dari dunia dan seisinya, Bahkan ada amalan sunnah yang menjadi tonggak kebaikan, yaitu menyegerakan berbuka bagi yang menjalankan shaum.

Dan juga ganjaran bagi yang tidak menjalankan sunnah nabi yang mulia rasulullah shallallahu alaihi wasallam itu sangat berat. Kita ambil contoh dalam masalah sholat berjamaah saja. Banyak dari kita yang berpendapat seperti ini,

“yang penting kan tidak ketinggalan sholat 5 waktunya. Kalau masalah berjamaah di masjid kan Cuma sunnah. Jadi mau dikerjakan syukur, nggak di laksanakan juga nggak apa-apa. Yang penting pahala wajibnya kan tetap dapet.”

Subhanallah. Dan ini masalah yang juga banyak dari kita menyepelekannya sobat. Dan ganjaran bagi yang meninggalkannya pun sangat berat. Ada sebuah kisah yang disampaikan oleh rasulullah kepada kita dalam sebuah haditsnya,

“Demi Dzat yang jiwaku yang ada di tangan-Nya, ingin kiranya aku memerintahkan orang-orang untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan mereka untuk menegakkan sholat yang telah dikumandangkan adzannya, lalu aku memerintahkan salah seorang untuk menjadi imam, lalu aku menuju orang-orang yang tidak mengikuti sholat jama’ah, kemudian aku bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Bukhori)

Sungguh, hadits di atas menunjukan betapa luar biasanya sholat berjamaah, dan itu bukan hanya sekedar sunnah sobat, karena jika hanya sekedar sunnah niscaya beliau tidak sampai mengancam orang yang meninggalkannyadengan membakar rumah rumah mereka. Rosullullah tidak mungkin menjatuhkan hukuman semacam ini pada orang yang meninggalkan sholat berjamaah, karena sudah ada orang yang melaksanakannya sebelumnya.

Dan juga Sahabat besar Ibnu Mas’ud rodhiyallohu’anhu pernah berkata tentang orang-orang yang tidak hadir dalam sholat jama’ah: “Telah kami saksikan (pada zaman kami), bahwa tidak ada orang yang meninggalkan sholat berjama’ah kecuali orang munafik yang telah diketahui kemunafikannya atau orang yang sakit”. Lalu bagaimana seandainya Ibnu Mas’ud hidup di zaman kita sekarang ini, apa yang akan beliau katakan???

Dan juga lihat pesan di bawah ini sahabat, 
Al Qurthubi rahimahullahu berkata: 
"Siapa yang terus menerus meninggalkan sunnah, maka itu kekurangan dalam agamanya.. 
Jika ia meninggalkannya karena meremehkan dan tidak suka.. 
Maka itu kefasikan..

Karena adanya ancaman dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam : 
"Siapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia bukan dari golonganku."

Dahulu para shahabat dan orang-orang yang mengikutinya.. 
Senantiasa menjaga yang sunnah sebagaimana menjaga yang wajib.. 
Mereka tidak membedakan keduanya dalam meraih pahala.. 

(Fathul Baari syarah Shahih Al Bukhari 3/265).

Dan terakhir,
Mari hiasi hari hari kita dengan sunnah.. 
Meraih cinta Allah.. 
Dia berfirman dalam sebuah hadits qudsi.. 
"Senantiasa hambaKu bertaqarrub (mendekatkan diri) kepadaku dengan ibadah yang sunnah hingga Aku mencintainya." 
Untuk inilah kita berlomba..
Disarikan dari :
~ Ust. Abu yahya badrussalam dalam catatan singkatnya “walaupun tidak wajib”

Minggu, 09 Agustus 2015

*~~~ RISALAH HIKMAH ~~~*

Kita tidak bisa mengubah yang telah terjadi.
Juga tidak bisa menggariskan masa depan.
Lalu mengapa membunuh diri kita dengan penyesalan,
atas apa yang sudah tidak bisa kita ubah?
Hidup itu singkat sementara targetnya banyak.
Maka tataplah awan dan jangan lihat ke tanah .
Kalau merasa jalan sudah makin sempit, kembalilah kepada Allah subhanahu wa ta'ala yang Maha Mengetahui hal yang gaib...
Dan ucapkan "alhamdulillah" atas apa saja.
Kapal Titanic dibuat oleh ratusan orang.
Sedangkan kapal nabi Nuh alahissalam dibuat hanya oleh satu orang.
Tetapi, Titanic tenggelam. Sedangkan kapal Nabi Nuh alahissalam menyelamatkan ummat manusia.

Taufik hanya dari Allah subhanahu wa ta'ala
Kita bukanlah penduduk asli bumi, asal kita adalah surga
Tempat, dimana org tua kita, Adam alahissalam, tinggal pertama kali...
Kita tinggal di sini hanya untuk sementara. Untuk mengikuti ujian lalu segera kembali.

Maka berusahalah semampumu, untuk mengejar kafilah orang-orang shalih, yang akan kembali ke tanah air yang sangat luas, di akhirat sana...
Jangan sia-siakan waktumu di planet kecil ini!

Perpisahan itu bukanlah karena perjalanan yang jauh
Atau karena ditinggal orang tercinta...
Bahkan, kematian pun bukanlah perpisahan, sebab kita akan bertemu lagi di akhirat Perpisahan adalah ketika satu diantara kita masuk surga, sedang yang lainnya terjebak sebelum sampai ke tujuanya yaitu surga dan ana berharap semoga semua kita,semua ahli kluarga kita dan para pembaca tercatat sebagai ahli surga-Nya Aamiin Ya Rabb.

Jumat, 15 Mei 2015

*~~ IKHWAN IDAMAN ITU ~~*

Bismillah..
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuhu
Ikhwani wa akhwati fillah yang semoga Allah subhanahu wa ta'ala senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia serta lindungan-Nya kepadamu Aamiin..
Berbicara tentang seorang ikhwan atau calon imam dalam mengharungi kehidupan berumah tangga akan banyak versi masing-masing orang dalam menilai dari segi sesuai pemikiran orang tersebut namun ana sedikit ingin berbagi dari coretan ini semoga ini jadi bahan renungan bagi diri pribadai dan ikhwani wa akhwati fillah

Ikhwan idaman itu adalah yang sejak awal sudah mempersiapkan semua untuk rumah tangganya. 
Dia telah bekerja keras di masa muda untuk menyusun rencana demi membahagiakan wanita terbaik yang kelak menjadi istrinya. Sehingga ketika tiba saat pernikahan, sang istri akan sangat beruntung mendapatkannya.

Sehebat apapun seorang ikhwan....

Setampan apapun ikhwan itu...

Setinggi apapun kehormatannya... 

Dan sekaya apapun orang tuanya,dia tak akan pernah bernilai jika semua kebutuhan rumah tangga harus mengandalkan kekayaan orang tuanya.


Meski hidup berkecukupan sang istri akan merasa kekurangan. 
Dia kekurangan sosok yang bisa dibanggakan atas kerja kerasnya. Bayangkan bagaimana anak-anaknya kelak akan mencari teladan dari sosok seorang ayah.

Jika ayahnya sendiri tidak mandiri dan selalu mengandalkan orang tuanya,sungguh akan jauh lebih indah pernikahan sederhana dimana suami bertanggung jawab sebagai nakhodanya. 

Dia telah mempersiapkan semua demi istri dan anaknya. 
Tak perlu berpenghasilan tetap tapi tetap berpenghasilan. 
Tak perlu berwajah tampan tapi berwibawa dalam menata tujuan menggapai masa depan.

Di situlah ada rasa bahagia dari seorang istri karena memiliki suami yang gigih berjuang untuk keluarganya. 
Di situlah ada rasa hormat dan bangga dari anak-anak karena mereka punya sosok teladan hebat yang selalu berjuang bagi kebahagiaan mereka.
      Wallahu ta'ala a'lam

Selasa, 14 April 2015

~~~ KISAH TAUBAT SEORANG KIYAI ~~~

Terus terang, sampai diusia +35 tahun saya ini termasuk Kyai Ahli Bid’ah yang tentunya doyan tawassul kepada mayat atau penghuni kubur, sering juga bertabarruk dengan kubur sang wali atau Kyai. Bahkan sering dipercaya untuk memimpin ziarah Wali Songo dan juga tempat-tempat yang dianggap keramat sekaligus menjadi imam tahlilan, ngalap berkah kubur, marhabanan atau baca barzanji, diba’an, maulidan, haul dan selamatan yang sudah berbau kesyirikan”
“Kita dulu enjoy saja melakukan kesyirikan, mungkin karena belum tahu pengertian tauhid yang sebenarnya” (Kyai Afrokhi dalam Buku Putih Kyai NU hal. 90)
“Kita biasa melakukan ziarah ngalap berkah sekaligus kirim pahala bacaan kepada penghuni kubur/mayit. Sebenarnya, hal tersebut atas dasar kebodohan kita. Bagaimana tidak, contohnya adalah saya sendiri di kala masih berumur 12 tahun sudah mulai melakukan ziarah ngalap berkah dan kirim pahala bacaan, dan waktu itu saya belum tahu ilmu sama sekali, yang ada hanya taklid buta. Saat itu saya hanya melihat banyak orang yang melakukan, dan bahkan banyak juga kyai yang mengamalkannya. Hingga saya menduga dan beranggapan bahwa hal itu adalah suatu kebenaran.” (Kyai Afrokhi dalam Buku Putih Kyai NU hal. 210)
Beliau adalah Kyai Afrokhi Abdul Ghoni, pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren “Rahmatullah”. Nama beliau tidak hanya dibicarakan oleh teman-teman dari Kediri saja, namun juga banyak diperbincangkan oleh teman-teman pengajian di Surabaya, Gresik, Malang dan Ponorogo.
Keberanian beliau dalam menantang arus budaya para kyai yang tidak sejalan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih yang telah berurat berakar dalam lingkungan pesantrennya, sikap penentangan beliau terhadap arus kyai itu bukan berlandaskan apriori belaka, bukan pula didasari oleh rasa kebencian kepada suatu golongan, emosi atau dendam, namun merupakan Kehendak, Hidayah dan Taufiq dari Allah ta’ala.
Kyai Afrokhi hanya sekedar menyampaikan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mengatakan yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil. namun, usaha beliau itu dianggap sebagai sebuah makar terhadap ajaran Nahdhatul Ulama (NU), sehingga beliau layak dikeluarkan dari keanggotaan NU secara sepihak tanpa mengklarifikasikan permasalahan itu kepada beliau.
Kyai Afrokhi tidak mengetahui adanya pemecatan dirinya dari keanggotaan NU. Beliau mengetahui hal itu dari para tetangga dan kerabatnya. Seandainya para Kyai, Gus dan Habib itu tidak hanya mengedepankan egonya, kemudian mereka mau bermusyawarah dan mau mendengarkan permasalahan ajaran agama ini, kemudian mempertanyakan kenapa beliau sampai berbuat demikian, beliau tentu bisa menjelaskan permasalahan agama ini dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih yang harus benar-benar diajarkan kepada para santri serta umat pada umumnya.
Seandainya para Kyai itu mau mengkaji kembali ajaran dan tradisi budaya yang berurat berakar yang telah dikritisi dan digugat oleh banyak pihak. Bukan hanya oleh Kyai Afrokhi sendiri, namun juga dari para ulama tanah haram juga telah menggugat dan mengkritisi penyakit kronis dalam aqidah NU yang telah mengakar mengurat kepada para santri dan masyarakat. Jika mereka itu mau mendengarkan perkataan para ulama itu, tentunya penyakit-penyakit kronis yang ada dalam tubuh NU akan bisa terobati. Aqidah umatnya akan terselamatkan dari penyakit TBC (Tahayul, Bid’ah, Churofat). Sehingga Kyai-kyai NU, habib, Gus serta asatidznya lebih dewasa jika ada orang yang mau dengan ikhlas menunjukkan kesesatan yang ada dalam ajaran NU dan yang telah banyak menyimpang dari tuntunan Rasulullah dan para sahabatnya. Maka, Insya Allah, NU khususnya dan para ‘alim NU pada umumnya akan menjadi barometer keagamaan dan keilmuan. ‘Alimnya yang berbasis kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih, yang sesuai dengan misi NU itu sendiri sebagai Ahlussunnah wal Jama’ah, sehingga para ‘alim serta Kyai yang duduk pada kelembagaannya berhak menyandang predikat sebagai pewaris para Nabi.
Namun sayang, dakwah yang disampaikan oleh Kyai Afrokhi dipandang sebelah mata oleh para Kyai NU setempat. Mereka juga meragukan keloyalan beliau terhadap ajaran NU. Dengan demikian, beliau harus menerima konsekuensi berupa pemecatan dari kepengurusan keanggotaannya sebagai a’wan NU Kandangan, Kediri, sekaligus dikucilkan dari lingkungan para kyai dan lingkungan pesantren. Mereka semua memboikot aktivitas dakwah Kyai Afrokhi.
Walaupun beliau mendapat perlakuan yang demikian, beliau tetap menyikapinya dengan ketenangan jiwa yang nampak terpancar dari dalam dirinya.
Siapakah yang berani menempuh jalan seperti jalan yang ditempuh oleh Kyai Afrokhi, yang penuh cobaan dan cobaan? Atau Kyai mana yang ingin senasib dengan beliau yang tiba-tiba dikucilkan oleh komunitasnya karena meninggalkan ajaran-ajaran tradisi yang tidak sesuai dengan syari’at Islam yang haq? Kalau bukan karena panggilan iman, kalau bukan karena pertolongan dari Allah niscaya kita tidak akan mampu.
Kyai Afrokhi adalah sosok yang kuat. Beliau menentang arus orang-orang yang bergelar sama dengan gelar beliau. yakni Kyai. Di saat banyak para Kyai yang bergelimang dalam kesyirikan, kebid’ahan dan tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang haq, di saat itulah beliau tersadar dan menantang arus yang ada. Itulah jalan hidup yang penuh cobaan dan ujian.
Bagi Kyai Afrokhi untuk apa kewibawaan dan penghormatan tersandang, harta melimpah serta jabatan terpikul, namun murka Allah dekat dengannya, dan Allah tidak akan menolongnya di hari tidak bermanfaat harta dan anak-anak. Beliau lebih memilih jalan keselamatan dengan meninggalkan tradisi yang selama ini beliau gandrungi.
Inilah fenomena kyai yang telah bertaubat kepada Allah dari ajaran-ajaran syirik, bid’ah dan kufur. Walaupun Kyai Afrokhi ditinggalkan oleh para kyai ahli bid’ah, jama’ah serta santri beliau, ketegaran dan ketenangan beliau dalam menghadapi realita hidup begitu nampak dalam perilakunya. Dengan tawadhu’ serta penuh tawakkal kepada Allah, beliau mampu mengatasi permasalahan hidup.
Pernyataan taubat Kyai Afrokhi:
“Untuk itulah buku ini saya susun sebagai koreksi total atas kekeliruan yang saya amalkan dan sekaligus merupakan permohonan maaf saya kepada warga Nahdhatul Ulama (NU) dimanapun berada yang merasa saya sesatkan dalam kebid’ahan Marhabanan, baca barzanji atau diba’an, maulidan, haul dan selamatan dari alif sampai ya` yang sudah berbau kesyirikan dan juga sebagai wujud pertaubatan saya. Semoga Allah senantiasa menerima taubat dan mengampuni segala dosa-dosa saya yang lalu (Amin ya robbal ‘alamin)”
(Dinukil dan diketik ulang dengan gubahan seperlunya dari buku “Buku Putih Kyai NU” oleh Kyai Afrokhi Abdul Ghoni, Pendiri dan Pengasuh Ponpes Rohmatulloh-Kediri-, mantan A’wan Syuriah MWC NU Kandangan Kediri)
catatan: Note ini ditulis hanya semata-mata sebagai nasehat, bukan karena ada alasan sentimen atau kebencian terhadap sebuah kelompok. Silahkan nukil dan share serta pergunakan untuk kebutuhan dakwah ilalloh.
-Abu Shofiyah Aqil Azizi- jazahullah khairan

Jumat, 03 April 2015

INIKAH PENYEBAB HIZBUT TAHRIR MEMBENCI ARAB SAUDI..?!

Hizbut Tahrir adalah kelompok sesat yang banyak disingkap kesesatannya oleh para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah, khususnya para ulama di Arab Saudi secara umum dan dua kota suci Makkah dan Madinah secara khusus, dan berikut beberapa poin ringkasan penyimpangan Hizbut Tahrir yang dijelaskan oleh Asy-Syaikh Abdur Rahmman bin Muhammad Sa’id Ad-Dimaysqiyyah dalam kitab beliau “Ar-Roddu ‘ala Hizbit Tahrir”:
1) Kesibukan utama mereka adalah politik dan ajakan mendirikan khilafah, maka tidak akan engkau dapati mereka sibuk mengajak untuk membersihkan aqidah, menegakkan sholat, puasa, zakat dan ibadah-ibadah lainnya.
2) Hijrahnya banyak anggota dan tokoh-tokoh Hizbut Tahrir ke negeri-negeri kafir Eropa.
3) Mereka tidak memiliki aqidah yang jelas, selain khilafah yang menurut aqidah mereka adalah prioritas, seakan-akan Allah menyatakan, “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menegakkan khilafah”.
4) Menawarkan khilafah kepada tokoh Syi’ah Khomeini yang melakukan banyak kekafiran (sebagaimana disebutkan dalam majalah “Khilafah” mereka no. 18 tanggal 4-9-1989 M) dan mereka memuji kitab Khomeini yang berisi banyak kesyirikan dan kekafiran berjudul “Al-Hukumah Al-Islamiyah” dalam majalah mereka Al-Wa’i no. 26 tahun 1989 M, maka ini diantara yang menunjukkan rusaknya aqidah mereka.
5) Tidak memahami dan berusaha mengobati perkara-perkara yang menyebabkan runtuhnya khilafah kaum muslimin, yaitu kesyirikan, bid’ah dan maksiat. Mereka ingin Allah ta’ala merubah mereka namun mereka tidak berusaha merubah diri mereka.
6) Para penceramah mereka selalu berceramah hanya dengan mengandalkan emosi dan pembicaraan politik untuk menutupi kebodohan mereka terhadap ilmu agama, maka engkau tidak akan dapati tokoh-tokoh mereka memiliki halaqoh-halaqoh ilmu syar’i yang diprioritaskan.
7) Memusuhi aqidah tauhid dan bersikap lembek dalam mengamalkannya, disertai ajakan untuk bersatu bersama kelompok-kelompok syirik seperti Syi’ah, Shufiyyah dan lain-lain.
8) Membolehkan orang kafir menjadi anggota parlemen Islam atau menjadi kepala daerah dan pemimpin pasukan di negeri muslim (sebagaimana dalam buletin “Ajwibah wa Asilah” yang diterbitkan oleh Pendiri HT An-Nabhani bulan Rabi’uts Tsani 1390 H/5-6-1970 M)
9) Kondisi mereka menunjukkan bahwa tujuan dapat membenarkan segala cara.
10) Kekacauan aqidah mereka dalam masalah Al-Qodha dan Al-Qodar.
11) Akal menurut mereka termasuk sumber agama, dan ini adalah hasil adopsi dari Mu’tazilah.
12) Berjilbab lebar sesuai syari’at menurut mereka adalah kemerosotan moral sebagaimana diisyaratkan An-Nabhani dalam “An-Nizhom fil Islam” hal. 10 dan 128.
13) Tidak ada bedanya menurut mereka antara Sunni dan Syi’ah, padahal jelas sekali kekafiran Syi’ah.
14) Meniadakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar hingga tegak khilafah khayalan mereka, sebagaimana disebutkan dalam kitab mereka “Manhaj Hizbit Tahrir minat Taghyir” hal. 21.
15) Pengkafiran mereka terhadap kaum muslimin dan tuduhan mereka bahwa negeri-negeri muslim adalah negeri-negeri kafir, sebagaimana dalam kitab mereka “Hizbut Tahrir” hal. 32, 103.
16) Bahkan menganggap Makkah dan Madinah bukan negeri Islam, sebagaimana dikatakan seorang tokoh Hizbut Tahrir dalam dialog bersama Asy-Syaikh Abdur Rahman Ad-Dimasyqiyyah.
17) Menolak hadits-hadits Ahad dalam aqidah, ini adalah kesesatan yang nyata.
18) Mengingkari azab kubur.
19) Mencela hadits-hadits tentang Imam Mahdi.
20) Fatwa-fatwa fiqh aneh Hizbut Tahrir:
Boleh berciuman dan berjabat tangan dengan wanita non mahram (Buletin Hizbut Tahrir “Jawaabus Suaal” 29-05-1970 M yang disebarkan An-Nabhani).
Boleh melihat gambar porno.
Boleh bagi wanita mengenakan wig dan celana “banthalun” dan boleh keluar mengikuti Pemilu meski dilarang suami (Buletin Hizbut Tahrir “Jawaabus Suaal” 17-02-1972 M yang disebarkan An-Nabhani)
Wanita boleh jadi anggota parlemen, sebagaimana dalam kitab mereka “Muqoddimatus Dustur” hal. 114 dan “Mitsaqul Ummah” hal. 72.
Boleh wanita menjadi qodhi, sebagaimana dalam kitab mereka “An-Nizhom Al-Ijtima’i fil Islam” hal. 89.
Boleh mengqishosh seorang muslim yang membunuh orang kafir, padahal Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melarang.
Boleh taat kepada khalifah mereka meski menyelisihi ayat dan hadits yang jelas, sebagaimana dalam kitab mereka “Ad-Daulah Al-Islamiyah” hal. 108.
Dan masih banyak lagi yang dipaparkan Asy-Syaikh Abdur Rahman Ad-Dimasyqiyah secara detail dalam kitab beliau “Ar-Roddu ‘ala Hizbit Tahrir” silakan merujuk kitab tersebut.
PENEGASAN
Bagi yang mendalami dan memahami manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah insya Allah dengan mudah memahami analisa sebab kebencian Hizbut Tahrir terhadap Arab Saudi, yaitu karena negeri Arab Saudi, baik pemerintah dan ulamanya memiliki peran yang sangat besar dalam memperjuangkan tauhid dan sunnah serta berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai Pemahaman Salaf, yang sangat bertentangan dengan manhaj Hizbut Tahrir, bersamaan dengan itu para ulama Ahlus Sunnah baik yang memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung dengan Arab Saudi, merekalah yang menyingkap kesesatan Hizbut Tahrir, maka Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah penghalang terbesar bagi “khilafah” khayalan dan berbagai kesesatan Hizbut Tahrir yang lainnya, dan bukanlah ini suatu analisa yang baru, tapi sudah disebutkan ulama Salaf sejak dulu.
Al-Imam Yahya bin Ma’in rahimahullah berkata,
علامة أهل البدع الوقيعة في أهل الأثر
“Tanda ahlul bid’ah adalah menjelek-jelekan Ahlul Atsar (Ahlus Sunnah).” [As Sunnah lil Laalakaai, 1/179]
Al-Imam Al-Auza’i rahimahullah berkata,
لَيْسَ مِنْ صَاحِبِ بِدْعَةٍ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخِلَافِ بِدْعَتِهِ بِحَدِيثٍ إِلَّا أَبْغَضَ الْحَدِيثَ
“Tidak ada satu pun pelaku bid’ah yang engkau sampaikan hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam yang menyelisihi bid’ahnya, kecuali ia akan membenci hadits tersebut.” [Syarafu Ashaabil Hadits: 149]
Al-Imam Ahmad bin Sinan Al-Qoththon rahimahullah berkata,
لَيْسَ فِي الدُّنْيَا مُبْتَدِعٌ إِلَّا وَهُوَ يُبْغِضُ أَهْلَ الْحَدِيثِ فَإِذَا ابْتَدَعَ الرَّجُلُ نُزِعَ حَلَاوَةُ الْحَدِيثِ مِنْ قَلْبِهِ
“Tidak ada di dunia ini seorang ahlul bid’ah pun kecuali ia membenci Ahlul Hadits (Ahlus Sunnah), dan apabila seseorang berbuat bid’ah maka akan dihilangkan manisnya hadits dari hatinya.” [Syarafu Ashaabil Hadits: 150]
Al-Imam Abu Nashr bin Sallaam Al-Faqih rahimahullah berkata,
لَيْسَ شَيْءٌ أَثْقَلَ عَلَى أَهْلِ الْإِلْحَادِ، وَلَا أَبْغَضُ إِلَيْهِمْ مِنْ سَمَاعِ الْحَدِيثِ وَرِوَايَتِهِ بِإِسْنَادِه
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat atas orang-orang yang sesat dan lebih dibenci oleh mereka dari mendengar hadits dan meriwayatkannya dengan sanadnya.” [Syarafu Ashaabil Hadits: 151]
Al-Imam Abu ‘Utsman Ash-Shabuni rahimahullah berkata,
علامات البدع على أهلها بادية ظاهرة، وأظهر آياتهم وعلاماتهم: شدة معاداتهم لحملة أخبار النبي صلى الله عليه وسلم واحتقارهم واستخفافهم بهم
“Tanda-tanda ahlul bid’ah nampak jelas pada orang-orangnya, dan tanda mereka yang paling jelas adalah, kerasnya permusuhan, perendahan dan peremehan mereka terhadap para ulama pembawa hadits-hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.” [‘Aqidatus Salaf Ashhaabil Hadits: 101]
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
FansPage Website: Sofyan Chalid bin Idham Ruray